• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Berpikir

Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses dalam Principles and Standards for School Mathematics selain kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi cukup beralasan karena untuk berpikir matematis dan mengomunikasikan ide-ide matematis seseorang perlu merepresentasikannya dalam bentuk-bentuk representasi seperti diagram, grafik, tabel, kata-kata, dan lain-lain. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa objek matematika semuanya abstrak sehingga untuk mempelajari dan memahami ide-ide abstrak tersebut tentunya memerlukan representasi. Salah satu materi yang

memerlukan kemampuan representasi matematis yang memadai adalah Bangun Ruang Sisi Datar.

Hasil analisis daya serap Ujian Nasional tahun pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1 Kunduran mempunyai kategori D pada mata pelajaran matematika. Hasil Ujian Nasional Matematika tersebut memiliki nilai terendah 20,0, nilai tertinggi 87,5, dan rata-rata 42,83. Materi bangun ruang sisi datar menempati urutan terendah daya serapnya di tingkat nasional, yaitu 51,37 %.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran pada tanggal 7 Januari 2016, pada nilai Ujian Akhir Semester (UAS) matematika semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa masih terdapat peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran yang mempunyai nilai hasil belajar kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Selain itu, didapat fakta bahwa kemampuan peserta didik pada aspek representasi matematis belum optimal. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang kesulitan dalam menalar konsep-konsep yang masih abstrak dengan pemikiran logisnya. Terbukti dengan masih kurangnya tingkat pemahaman yang dimiliki peserta didik dan masih terdapatnya kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam merespon berbagai masalah matematika pada saat ulangan materi tertentu yang memerlukan kemampuan representasi matematis yang baik. Kesalahan tersebut antara lain pada aspek representasi visual peserta didik masih kurang mampu memahami gambar dengan tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Peserta didik lebih terfokus pada rumus yang sudah diajarkan oleh guru. Pada

aspek representasi simbolik, peserta didik masih sering melakukan kesalahan dalam operasi hitung bilangan dan pada aspek representasi verbal peserta didik kurang mampu menyelesaikan permasalahan soal dengan langkah-langkah yang runtut dan tepat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pada penelitian ini peneliti ingin melihat kemampuan representasi peserta didik yang meliputi kemampuan visual, simbolik, dan verbal. Representasi visual dapat berupa diagram, grafik, tabel, dan gambar. Representasi simbolik dapat berupa ekspresi atau notasi matematik dan representasi verbal dapat berupa menulis dengan bahasa sendiri (Yudhanegara, 2014:77). Melalui cara belajar dari representasi-representasi yang dihadirkan peserta didik, dapat memberi kesempatan kepada guru untuk mengetahui dan mengakses cara peserta didik berpikir tentang matematika.

Dalam rangka mencapai ketuntasan belajar, dibutuhkan perhatian khusus dalam proses belajar mengajar agar peserta didik dapat memecahkan masalah dan mempresentasikan hasil penyelesaian masalah tersebut dengan benar. Sebagai langkah awal, guru dapat memahami cara atau karakteristik peserta didik dalam berpikir untuk memilih strategi yang tepat dalam memberikan materi.

Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki karakteristik cara berpikir matematika yang berbeda-beda. Karakterisrik cara berpikir matematika peserta didik berpengaruh dalam proses merepresentasikan penyelesaian permasalahan matematika. Menurut Anthony Gregorc dalam De Porter & Hernacki (2003:124), disebutkan bahwa ada empat tipe karakteristik cara berpikir yaitu, Sekuensial

Konkret (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkret (AK), dan Acak Abstrak (AA).

Secara umum peserta didik dengan tipe SK berpegang pada informasi yang teratur dengan cara menghubung-hubungkan dan mudah mengingat fakta, informasi, dan rumus. Catatan adalah cara yang baik bagi peserta didik tipe SK untuk belajar. Bagi peserta didik tipe SA, kenyataan adalah dunia pemikiran abstrak, berpikir dalam konsep, dan menganalisis informasi dengan baik. Peserta didik tipe SA mudah dalam menentukan titik kunci atau detail penting. Peserta didik dengan tipe AK berpegang pada kenyataan namun juga melakukan pendekatan trial and error, lebih berorientasi pada proses daripada hasil akhir, dan memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Peserta didik tipe AA berpegang pada dunia perasaan dan emosi mereka, sehingga mereka belajar sesuai dengan emosi mereka dan lebih suka berada pada lingkungan yang kurang teratur, meskipun demikian mereka lebih menyukai pembelajaran dimana guru menjelaskan materi dengan gambaran abstrak yang detail.

Dibutuhkan pelaksanaan pembelajaran yang efektif untuk mengoptimalkan hasil belajar dan mengembangkan kemampuan representasi matematis peserta didik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran berbasis keilmuan yang digunakan di dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran langsung yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus

dan RPP. Melalui pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Permendikbud, 2014:4). Pendekatan saintifik menjadikan pembelajaran lebih aktif dan tidak membosankan, peserta didik dapat mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya melalui fakta-fakta yang ditemukan dalam penyelidikan di lapangan pada saat pembelajaran (Ine, 2015:270). Keikutsertaan peserta didik secara aktif akan memperkuat pemahamannya terhadap konsep-konsep matematika. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri, baik secara personal maupun sosial, pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali melalui keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar, peserta didik aktif untuk mengonstruksi terus menerus (Kartini, 2009:361).

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir

1. Hasil analisis daya serap Ujian Nasional tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa SMP Negeri 1 Kunduran mempunyai kategori D pada mata pelajaran matematika. Materi bangun ruang sisi datar memiliki daya serap 42,77% untuk tingkat Kota, 44,51% untuk tingkat Propinsi, dan 51,37 % untuk tingkat Nasional.

2. Masih terdapat peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran yang mempunyai nilai hasil belajar Ujian Akhir Semester (UAS) matematika kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

3. Kemampuan representasi matematis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran belum optimal.

1. Hasil belajar peserta didik pada materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) mencapai ketuntasan belajar klasikal

2. Terdeskripsikannya kemampuan representasi matematis ditinjau dari karakteristik cara berpikir peserta didik

Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Analisis Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik yang meliputi kemampuan visual, simbolik, dan verbal

Tipe berpikir Sekuensial Konkret, Sekuensial Abstrak, Acak Abstrak, Acak Konkret menurut Anthony Gregorc dalam De Porter & Hernacki (2003:124)