• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Berpikir

Keberhasilan siswa setelah dilakukannya pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang terdiri dari pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah merupakan aspek berpikir matematika yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran matematika, banyak siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sehingga hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan. Kesulitan ini muncul karena paradigma bahwa jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi karena dalam kegiatan pemecahan masalah terangkum kemampuan matematika lainnya seperti penerapan aturan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian pemahaman konsep maupun komunikasi matematika. Secara garis besar langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (1973) yakni understanding the problem

(memahami masalah), devising a plan (merencanakan penyelesaian), carrying out the plan (melaksanakan rencana penyelesaian), dan looking back (memeriksa kembali).

Dalam memecahkan masalah, siswa memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, siswa dengan karakteristik berpikir yang berbeda akan memecahkan dan menyelesaikan masalah dengan cara

yang berbeda pula, sehingga prestasi belajar yang dicapai oleh tiap siswa belum tentu sama. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh gaya kognitif siswa. Gaya kognitif adalah cara khas yang dilakukan seorang individu dalam memfungsikan kegiatan mental dibidang kognitif, baik itu berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi maupun memproses informasi yang bersifat konsisten.

Gaya kognitif dibedakan menjadi gaya kognitif field independent (FI) dan

field dependent (FD). Secara umum, siswa dengan gaya kognitif FI cenderung memilih belajar individual dan tidak bergantung dengan oranglain. Siswa dengan gaya kognitif FI juga memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam mencermati suatu rangsangan tanpa ketergantungan dari guru. Ketika diberikan suatu permasalahan, siswa dengan gaya kognitif FI akan menggunakan beragam strategi dalam upaya memecahkan masalah serta mampu memecahkan masalah tanpa instruksi dan bimbingan dari guru.

Sedangkan siswa dengan gaya kognitif FD cenderung memilih belajar dalam kelompok dan sering berinteraksi dengan siswa lain atau guru. Siswa dengan gaya kognitif FD juga sangat bergantung pada sumber informasi dari guru. Ketika diberikan suatu masalah, siswa dengan gaya kognitif FD cenderung akan menggunakan cara atau metode yang telah ditetapkan, dipelajari, atau diketahui sebelumnya serta memerlukan instruksi lebih jelas dalam memecahkan masalah.

Siswa dengan gaya kognitif yang berbeda akan menerima pelajaran dan memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. Permasalahannya adalah guru belum memperhatikan gaya kognitif siswa dalam pembelajaran. Guru masih

menganggap siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima pelajaran dan memecahkan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari pembelajaran matematika, oleh karena itu penting bagi guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif siswa. Hal ini bermanfaat bagi guru untuk merancang desain pembelajaran maupun tugas yang sesuai dengan gaya kognitif siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Seorang guru harus dapat merencanakan dan melaksanakan suatu model pembelajaran yang tepat terhadap suatu materi, sehingga pada saat proses pembelajaran di kelas guru dapat berperan sebagai fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik. Sementara itu peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya sekedar menerima pelajaran dari guru.

Model pembelajaran Missouri Mathematics Project merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu guru secara efektif menggunakan latihan-latihan agar guru dapat membantu meningkatkan pencapaian siswa dalam belajar. Disamping itu pada model pembelajaran

Missouri Mathematics Project, banyaknya latihan membuat siswa terbiasa menyelesaikan beragam soal dan semakin terampil dalam memecahkan masalah matematika.

Langkah-langkah model pembelajaran MMP terdiri dari review, pengembangan, latihan terkontrol, latihan mandiri, dan penugasan. Langkah pertama dalam model MMP adalah review. Pada langkah review ini siswa diajak

untuk meninjau ulang materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya dan dikaitkan dengan materi hari ini. Melalui kegiatan ini siswa akan terbiasa untuk mengamati, memberikan pertanyaan, dan menyimak penjelasan guru sehingga mampu menumbuhkan kemampuan siswa dalam memahami masalah.

Langkah kedua adalah pengembangan. Dalam langkah ini guru menyampaikan materi baru yang merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya menggunakan alat peraga manipulatif. Melalui kegiatan ini siswa akan terbiasa untuk mengamati dan menyimak penjelasan guru. Siswa juga diharapkan mampu memberikan pertanyaan sehingga terjadi diskusi interaktif berupa tanya jawab antara siswa dan guru. Materi baru yang disampaikan oleh guru pada langkah pengembangan ini akan membantu siswa dalam merencanakan penyelesaian masalah dan menemukan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah.

Langkah berikutnya adalah latihan terkontrol, latihan mandiri (seatwork), dan penugasan. Pada latihan terkontrol guru membimbing dan mengontrol siswa dalam diskusi secara berkelompok untuk menyelesaikan LKS dan LTS yang diberikan oleh guru. Melalui latihan terkontrol ini siswa akan terbiasa mengamati masalah sehingga akan menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa tentang bagaimana menyelesaikan masalah yang telah diberikan yang nantinya akan membantu siswa untuk memahami masalah dan dengan diskusi secara berkelompok siswa akan mampu menemukan strategi atau rencana untuk menyelesaikan masalah.

Setelah siswa dibimbing dalam diskusi kelompok, guru memberikan latihan kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan latihan tersebut

secara mandiri. Informasi-informasi yang telah diperoleh siswa pada langkah sebelumnya digunakan untuk menyelesaikan latihan mandiri yang diberikan oleh guru. Melalui latihan mandiri, siswa akan mampu untuk memahami masalah, menyusun rencana dan melaksanakan rencana untuk memecahkan masalah.

Langkah terakhir pada model MMP adalah penugasan. Pada langkah ini siswa diajak untuk mengingat kembali dan membuat rangkuman tentang materi yang sudah dipelajari, guru juga memberikan penugasan berupa PR kepada siswa sebagai bentuk latihan tambahan untuk meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah dipelajari. Rangkuman yang diberikan pada langkah penugasan ini akan menumbuhkan kemampuan siswa dalam memahami masalah dan latihan berupa PR yang diberikan akan menumbuhkan kemampuan siswa dalam merencanakan penyelesaian masalah dan melaksanakan rencana penyelesaian.

Pemberian langkah latihan terkontrol, latihan mandiri (seatwork) dan penugasan akan membantu siswa dalam merencanakan penyelesaian masalah karena semakin sering siswa menyelesaikan masalah maka siswa akan dengan mudah menemukan strategi yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dan mampu melaksanakan rencana penyelesaian yang sudah disusun sebelumnya misalnya siswa memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum dan melaksanakan perhitungan sesuai dengan rencana yang dibuat.

Ketika langkah-langkah pada MMP ini dilakukan dengan baik, maka akan mampu membiasakan siswa untuk memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa

kembali proses dan hasil penyelesaian masalah sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah juga akan meningkat.

Kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih kurang perlu dikaji lebih lanjut agar guru dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Guru juga harus memiliki data tentang deskripsi kemampuan pemecahan masalah berdasarkan gaya kognitif siswa. Dengan deskripsi tersebut guru dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui model

pembelajaran yang efektif. Agar deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa dapat diketahui dengan lebih baik, maka dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya yang diberikan pada model pembelajaran MMP.

Dokumen terkait