• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori– teori yang telah digunakan, maka dapat disusun kerangka berpikir (framework) berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali sebagai masalah penting yang merupakan salah satu timbulnya masalah, diantara variabel X (Pengangguran), variabel Y (Kemiskinan).

Kerangka berpikir menjelaskan apakah terdapat pengaruh antara variabel variabel X dengan variabel Y (Kemiskinan). Sebagaimana digambarkan dalam bagan penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2

Keterangan :

X = Variabel Independen Y = Variabel Dependen

Kemiskinan (Y) Pengangguran

(x)

Kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa pengangguran dan akan mempengaruhi besarnya kemiskinan. Perubahan yang terjadi baik pada pengangguran akan mengakibatkan perubahan yang terjadi pada tingkat kemiskinan di Sumatera Barat.

BAB III Metode Penelitian A. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang bersumber pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS), buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, skripsi dan internet yang berhubungan dengan topik penelitian untuk memperoleh data sekunder. Data yang diteliti meliputi data pengangguran, dan data kemiskinan.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sangat penting digunakan dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.35

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui

35Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2014, (Bandung, Alfabeta), hal.401

dokumentasi berupa buku, jurnal, internet, koran, lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian, Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah.

C. Teknik Analisis Data

1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian,yaitu variabel terikat(dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).

a. Variabel Terikat (Dependent Variabel(Y)

Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Kemiskin (Y) yang ada di Sumatera Barat.

b. Variabel Bebas (Independent Variabe(X)

Pengangguran Terbuka (X), adalah penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di Sumatera Barat tahun 2012- 2016.

D. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisis inilah data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah.

Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data, Sebab data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data disini berfungsi untuk memberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu.36

Berdasarkan uraian yang ada sebelumnya, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data.37 Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis paramterik.

2. Metode Regresi Linear Sederhana

Analisis data adalah penafsiran peneliti terhadap data yang di peroleh baik dari sumber data primer maupun sumber data sekunder. Adapun metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunkanAnalisis Regresi Linear Sederhana

36 M. Kasirijm, Metode Penelitian, Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga, 2006, hal. 274

Analisis Regresi Linear Sederhana digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan satu variabel bebas (X = Pengangguran) dan variabel terikat (Y= Kemiskinan).

Dengan rumus:

Y = a + bX

Keterangan: Y= variabel terikat a =konstanta

b=Koefisien Regresi X=variabel bebas.38 3. Analisis Koefisien Korelasi (R)

Analisis koefisien korelasi digunakan untuk menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas (Pengangguran) terhadap variabel terikat (Kemiskinan).

r = 𝑁 ∑ 𝑥𝑦–(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

√[𝑁 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2] [𝑁 ∑ 𝑦2−(∑ 𝑦)]2

Keterangan : Y = kemiskinan N = jumlah sampel r = koefisien korelasi X1 = tingkat pengangguran 4. Uji Hipoesis

38Ibid, Metode Penelitian Bisnis, hal. 270

Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu sebagai berikut : a. Uji Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas (Pengangguran) dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel terikat (Kemiskina). Proses pengujian dilakukan dengan melihat pada tabel uji parsial dengan memperlihatkan kolom signifikan dan nilai ttabel dengan thitung. Adapun dasar pengambilan keputusan yaitu :

1) Jika nilai signifikansi (lebih kecil) < 0,05 dan thitung> ttabel, maka Ho ditolak H1 diterima.

2) Jika nilai signifikansi (lebih besar) > 0,05 dan thitung< ttabel, maka Ho diterima H1ditolak.

b. Uji Simultan (uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.Untuk mengetahui apakah semua variable penjelas yang digunakan dalam model regresi secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan, digunakan uji statistik F.

5. Uji Koefesien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menaerangkan variasi variabel dependen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Daerah Penelitian

1. Sejarah Sumatera Barat

Nama Provinsi Sumatera Barat bermula pada zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), di mana sebutan wilayah untuk kawasan pesisir barat Sumatera adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Kemudian dengan semakin menguatnya pengaruh politik dan ekonomi VOC, sampai abad ke 18 wilayah administratif ini telah mencangkup kawasan pantai barat Sumatera mulai dari Barus sampai Inderapura.

Seiring dengan kejatuhan Kerajaan Pagaruyung , dan keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, pemerintah Hindia Belanda mulai menjadikan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai bagian dari Pax Nederlandica , kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda, dan

wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden .

Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust , termasuk di dalamnya wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Kemudian diperluas lagi dengan memasukkan Tapanuli dan Singkil. Namun pada tahun 1905 , wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli , sedangkan wilayah Singkil diberikan kepada Residentie Atjeh . Kemudian pada tahun 1914 , Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust , dan menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia ke dalam Residentie Sumatra's Westkust, serta pada tahun 1935 wilayah Kerinci juga digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust , wilayah Rokan Hulu dan Kuantan Singingi diberikan kepada Residentie Riouw, dan juga dibentuk Residentie Djambi pada periode yang hampir bersamaan.

Pada masa pendudukan tentara Jepang , Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah Kampar dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu .

Pada awal kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi . Empat tahun kemudian, Provinsi Sumatera dipecah menjadi tiga provinsi, yakni Sumatera Utara , Sumatera Tengah , dan Sumatera Selatan . Sumatera Barat beserta Riau dan Jambi merupakan bagian dari keresidenan di dalam Provinsi Sumatera Tengah . Pada masa PRRI, berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah lagi menjadi tiga provinsi yakni Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau , dan Provinsi Jambi . Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, digabungkan ke dalam Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar , Rokan Hulu , dan Kuantan Singingi ditetapkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau.

Selanjutnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini masih tetap di Bukittinggi. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 ibu kota provinsi dipindahkan ke Padang.39

2. Topografi Sumatera Barat a. Keadaan Geografi

Secara astronomis Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0o 54' Lintang Utara dan 3° 30' Lintang Selatan dan antara 98° 36' - 101° 53' Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Provinsi Sumatera

39Gusti Asnan, Memikir Ulang Regionalisme Sumatera Barat tahun 1950-an, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia and KITLV Jakarta, 2007, hal. 5

Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera dan mempunyai luas wilayah sekitar 42,297.30 Km² atau 4.229.730 Ha atau setara 2,21 persen dari luas Republik Indonesia.

Secara administratif, wilayah sumatera Barat berbatasan langsung dengan :

1) Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Utara 2) Sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu, 3) Sebelah Timur dengan Provinsi Jambi dan Riau, 4) Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Sumatera Barat memiliki 391 gugusan pulau dengan jumlah pulau terbanyak dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai sebanyak 124 pulau, sedangkan Kabupaten Agam mempunyai pulau paling sedikit sebanyak 2 pulau.

Sumatera Barat mempunyai 19 Kabupaten/Kota diantaranya Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6,01 ribu Km2 atau sekitar 14,21 % dari luas Provinsi Sumatera Barat.

Sedangkan Kota Padang Panjang, memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,0 Km2 (0,05%).

Alam Sumatera Barat meliputi kawasan lindung yang mencapai sekitar 41,55 persen atau sebesar 17.577,73 Km2 dari luas keseluruhan. Sedangkan lahan yang sudah termanfaatkan untuk budidaya baru tercatat sebesar 23.126,87 Km2 atau sekitar 54,68 persen dari kawasan seluruhnya.

Sumatera Barat juga memiliki empat danau yang indah, yaitu Danau Singkarak yang merupakan Danau terluas dengan luas 13.011 Ha juga danau Diatas dan danau Dibawah. Sumatera Barat juga memiliki gunung yang sebagian gunungnya masih aktif. Gunung yang paling tinggi di Sumatera Barat yaitu Gunung Talamau dengan ketinggian 2.913 meter yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat.40

b. Keadaan Iklim

Sumatera Barat berdasarkan letak geografisnya tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang nol derajat) tepatnya di Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Karena itu Sumatera Barat mempunyai iklim tropis dengan rata-rata suhu udara 25,78◦C dan rata-rata kelembaban yang tinggi yaitu 86,67% dengan tekanan udara rata-rata berkisar 994,69 mb.22.

Pengaruh letak ini pula, maka ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Barat sangat bervariasi, sebagian daerahnya berada pada dataran tinggi kecuali Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan Kota Padang. Provinsi Sumatera Barat sama dengan provinsi lainnya di Indonesia mempunyai musim penghujan.

Selama tahun 2015 rata-rata suhu udara Sumatera Barat berkisar 24,30 -25,30 dengan rata-rata kelembaban udara anatara

40 Sumatera Barat Dalam Angka 2015, hal. 4, diakses pada Senin 1 Januari 2018, pukul 20.00 WIB

80,3% - 87,4%. Untuk rata-rata tekanan udara 974,0 mb – 957,7 mb dengan kecepatan angin berkisar 2,6 knot -3,2 knot.41

3. Keadaan Sosial a. Kependudukan

Penduduk Sumatera Barat tahun 2015 hasil proyeksi penduduk sebanyak 5,20 juta jiwa yang terdiri dari 2,58 juta jiwa laki-laki dan 2,61 juta jiwa perempuan dengan ratio jenis kelamin 98,93.

Dibandingkan tahun lalu penduduk telah bertambah 64,41 ribu jiwa atau meningkat 1,46%.

Tingkat kepadatan penduduk Sumatera Barat tahun 2015, rata-rata 125 orang per Km2. Kepadatan penduduk tertinggi di kota Bukittinggi hampir mencapai 4.858 jiwa per Km2., sedangkan yang paling rendah terdapat di kabupaten Kepulaaan Mentawai yaitu sekitar 14 jiwa per Km2.

Struktur umur penduduk Sumatera Barat masuk kategori kelompok umur penduduk muda yang mana persenatse penduduk usia mudanya di bawah 15 tahun tergolong tinggi yaitu 30,25%

sedangkan komposisi penduduk usia tua 65 tahun ke atas hanya 5,47%.42

Jumlah rumah tangga di sumatera barat tahun 2015 telah mencapai 1,23 juta rumah tangga, sedikit meningkat dari tahun

41 Sumatera Barat dalam angka 2015, hal. 7 diakses pada Senin 1 Januari 2018, pukul 20.00 WIB

42Sumatera Barat dalam angka 2016, hal 122

2014 yaitu 1,22 juta rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga tahun 2015 sebanyak 4 orang per rumah tangga.

b. Ketenaga Kerjaan

Dalam konsep ketenaga kerjaan, penduduk dibagi atas dua kelompok, yatu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun dan lebih. Pada tahun 2015 penduduk usia kerja di sumatera barat mencapai 3,63 juta jiwa.

Dari 3,63 juta penduduk usia kerja tersebut, 2,35 juta jiwa diantaranya merupakan angkatan kerja yang terdiri dari bekerja 2,18 juta oranng dan 161,56 ribu jiwa pengangguran. Jumlah angakatan kerja mencapai 1,29 juta jiwa terdiri dari penduduk yang bersekolah 414 ribu jiwa, mengurus rumah tangga 672,48 ribu jiwa dan lainnya sebanyak 200,64 ribu jiwa.43

Jumlah angkatan kerja masih didominasi oleh laki-laki, yang mencapai 1,42 juta jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 79,63% dan perempuan hanya 922,96 ribu jiwa atau TPAKnya 49,97%. Sebaliknya jumlah bukan kerja lebih didominasi oleh perempuan yang tercatat sebanyak 924 ribu jiwa dan laki-laki hanya 364,07 ribu jiwa.

Jumlah penduduk yang bekerja tahun 2015 mencapai 2,18 juta jiwa. Pekerja laki-laki mencapai 1,33 juta jiwa dan perempuan

43 Sumatera Barat Dalam Angka 2014, hal. 123, diakses pada Senin 1 Januari 2018, pukul 20.03 WIB

856,45 ribu jiwa. Jika berdasarkan kelompok umur, pekerja terbanyak di sumatera barat tahun 2015 adalah kelompok umur 35-44 tahun tercatat sebanyak 545,25 ribu jiwa terdiri dari 330,68 ribu jiwa pekerja dan 214,57 ribu jiwa pekerja perempuan.

Menurut lapangan pekerjaan utama, jumlah pekerjaan yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan masih dominan yaitu sebanyak 756,44 ribu jiwa. Sektor kedua terbanyak adalah sektor sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel yang tercatat sebanyak 511,17 ribu jiwa.

Tahun 2015, dilihat jumlah jam kerja pekerja, penduduk yang jumlah jam kerja seluruhnya lebih dari 41 jam tercatat sebanyak 1,02 juta jiwa. Sementara itu pekerja yang jumlah jam kerja pada pekerjaan utamanya lebih dari 41 jam sebanyak 902,86 ribu jiwa.44 c. Pendidikan

Kondisi penduduk berusia 7-24 tahun yang masih bersekolah menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebanyak 77,30%

berarti masih aa 23% lagi penduduk kelompok umur tersebut yang tidak bersekolah dan tidak/belum bersekolah. Pada kelompok umur 19-24 tahun persenase penduduk yang masih bersekolah relatif masih rendah dibandingkan kelompok umur sekolah lainnya yaitu 33,13%.

44Sumatera barat dalam angka 2016. Hal 124

Apabila dilihat menurut jenis kelami, persenatse penduduk perempuan pada usia 7 hingga 24 yang masih bersekolah sekitar 80,48% lebih tinggi dari persentase penduduk laki-laki kelompok umur yang sama sebesar 74,17%.

Dilihat dari partisipasi sekolah penduduk usia 5 tahun ke atas, persentase terbesar adalah penduduk yang tidak bersekolah lagi sekitar 64,65% persen. Angka ini relatif tetap dibandingkan tahun sebelumnya. Bila dilihat menurut kabupaten/kota, persentase penduduk yang tidak/belum pernah bersekolah daerah kabupaten bersekitar antara 5 hingga 9%, sementara rentang persentase untuk daerah kota relatif lebih sembit, yaitu berkisar anatara 4 hingga 5%.

4. Kondisi Ekonomi

Secara bertahap perekonomian Sumatera Barat mulai bergerak positif setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa bumi tahun 2009 yang melanda kawasan tersebut. Dampak bencana ini terlihat pada triwulan IV-2009, di mana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun kini perekonomian Sumatera Barat telah membaik, dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional. Pada tahun 2012 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar 6,35%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6,25%. Dan pada triwulan I-2013 perekonomian Sumatera Barat telah tumbuh mencapai 7,3%. Tingginya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dalam tiga

tahun terakhir, telah menurunkan tingkat kemiskinan di provinsi ini dari 8,99% pada 2011 menjadi 8% pada 2012. Untuk Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), pada tahun 2012 provinsi ini memiliki PDRB mencapai Rp 110,104 triliun, dengan PDRB per kapita sebesar Rp 22,41 juta.

5. Agama dan Kebudaya a. Agama

Persentase penduduk sumatera barat yang beragama islam adalah 97,4%, kristen protestan 1,43%, katolok 0,83%, budha0,07%, dan hindu 0,01%.

b. Rumah Adat

Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang . Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun.

Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu , dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau ,

masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng.

c. Pakaian Adat

Kaum pria dari sumatera barat memakia tutup kepala yang disebut saluak. Memakai baju model teluk belangga yang berlengan agak pendek dan melebar ke ujung. Selembar kain menyelempang di bahu dan sebilah keris terselip di depan perut. Ia juga memakai celana panjang dengan kain songket melingkar di tengah badan.

Sedangkan wanita memakai tutup kepala bergonjong yang disebut tangkuluak tanduak, baju kurung dengan kain songket.

Perhiasan yang dipakainya adalah anting-anting, kalung bersusun dan gelang pada kedua belah tangan.

d. Seni Tari

Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai . Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam , keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya Tari Pasambahan , Tari Piring , Tari Payung, dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian,

nyanyian dan seni peran ( acting ) yang dikenal dengan nama Randai.

e. Senjata Tradisional

Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris dan Kurambiak atau Kerambit berbentuk seperti kuku harimau. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majelis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek.

Sedangkan kerambit merupakan senjata tajam kecil yang bentuknya melengkung seperti kuku harimau, karena memang terinspirasi dari kuku binatang buas tersebut. Senjata mematikan ini dipakai oleh para pendekar silat Minang dalam pertarungan jarak pendek yang biasanya merupakan senjata rahasia, terutama yang menggunakan jurus silat harimau. Berbagai jenis senjata lainnya juga pernah digunakan seperti tombak , pedang panjang, panah , sumpit dan sebagainya.

f. Suku

Mayoritas penduduk sumatera barat merupakan suku minagkabau. Di daerah pasaman selain etnis minang juga berdiam suku batak dan suku mandailing, di padang pariaman juga

terdapat masyarakat nias dan tamil dalam jumlah kecil. Di kepulawan menatawai yang mayoritas penduduknya beretnis mentawai, jarang dijumpai masyarakat minagkabau. Etnis Tionghoa hanya terdapat di kota-kota besar, seperti padang, Bukittinggi, dan payakumbuh.

g. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa Minangkabau, melayu dan lain-lain.

h. Musik

Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab , pupuik, serunai , dan gandang tabuik. Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang .

6. Visi dan Misi

Semboyan Sumatera Barat adalah “Tuah Sakato’’ yang berarti sepakat untuk melaksanakan hasil mufakat atau musyawarah dan

sebagai slogan kata (tanda kebesaran) yang terkandung dalam pribahasa indonesia “bersatu kita teguh Bercerai kita Runtuh”.

Gambar 4.1 Lambang Sumatera Barat

Arti dari warna lambang ini berarti atau bermakna, putih berarti suci, Merah berarti berani, Kuning Emas berarti agung. Hitam pekat berarti abadi, tabah, ulet dan Hijau cerah berarti harapan masa depan.

Arti Bentuk dari lambang Sumatera Barat ini adalah :

a. Bentuk perisai persegi lima, melambangkan bahwa propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu dari daerah-daerah propinsi dalam lingkungan wilayah negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

b. Rumah Gadang atau Balai Adat adalah tempat bermufakat atau tempat lahirnya filsafat alam pikiran Minangkabau yang mashur, demokrasi menurut alur dan patut sebagai lambang konsekwen melakanakan demokrasi.

c. Atap Masjid Bertingkat Tiga dan Bergonjong Satu melambangkan salah satu dari bentuk rumah ibadah yang khas menurut arsitektur alam Minangkabau asli, yang melambangkan agama Islam sebagai salah satu agama yang pada umumnya dipeluk masyarakat.

d. Bintang Segi Lima melukiskan nur cahaya dari pada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

e. Atap Rumah Gadang atau Balai Adat Minangkabau Bergaya Tajam dan Runcing ke Atas merupakan gaya pergas yang tangkas dalam seni bangunan khas alam Minangkabau yang melambangkan sifat rakyatnya yang dinamis, bekerja keras dan bercita-cita luhur untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

f. Empat Buah Gonjong Rumah Adat atau Balai Adat dan Sebuah Gonjong Mesjid yang Menjulang Tinggi Keangkasa melambangkan keluruhan sejarah Minangkabau dari zaman ke zaman dalam semboyan kata 'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabulah '.

g. Gelombang Air Laut adalah suatu lambang dinamika dari masyarakt Minangkabau.

B. Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Sumatera Barat Tahun 2012 - 2016

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis paramterik.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-sample Kolmogrov- smirnov Tes

Pengangguran Kemiskinan

N 5 5

Normal Parameter s

Mean 6.3960 7.3900

Std.

Deviation

.76297 .46476

Most Extreme

Absolute .354 .177

Positive .214 .177

Difference

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,557 untuk tingkat pengangguran dan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,557 untuk tingkat pengangguran dan

Dokumen terkait