• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT TAHUN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT TAHUN SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT TAHUN

2012 – 2016 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ekonomi Islam

Oleh :

Sri Novita 3214.236

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2018 M/ 1440 H

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBARAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Alam Nasyrah : 6-8)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia

amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedamgkan kamu tidak mengetahui.

(Qs. Al-Baqarah ,2; 216)

Kupersembahkan karya ini untuk kedua orang tuaku yang paling berjasa dalam hidupku selalu menjadi motivasi handal, pendengar keluh kesah paling setia sehingga kaki ini tak lagi gemetar untuk melangkah, hati ini yakin untuk bertindak, papa dan mama tercinta ( Misfar dan Masyoni) yang selalu mendoakan untuk anaknya dalam setiap sujudnya. Sehingga

ananda bisa menyelesaikan perkuliahan ini. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat papa dan mama

menjadi bahagia. Terimakasih untuk semuanya.

Terimakasih kakak ku Gita Yuniza S.pd abang ipar Adria Novel M.Pdi yang telah membatu membimbing ku dalam penulisan skrpsi ini dan selalu mengisi hari-hariku dengan

canda tawa dan kasih sayangnya. Adik ku Mitra Gusni

semoga bisa menggapai keberhasilan juga di kemudian hari.

(6)

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Allah swt dan orang lain. Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat –

sahabat terbaik. Terimakasih kuucapkan kepada sahabat terbaikku seperjuangan ku Netria Putri Cania, Irda Wati dan

Fifa Alfiona, kita telah berjuang dan saling menguatkan dalam masa perkuliahan, semoga persahabatan ini akan selalu

terjaga

Teman-teman Ekonomi Islam F 2014 senasib, seperjuangan dan sepenanggungan, terimakasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa

kuliah lebih berarti.

Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran. Nikmatnya memperoleh kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan menuntaskan pekerjaan.

Hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan.

Pengalaman akan membawa kita pada kegagalan dan keberhasilan, yang keduanya bersama-sama akan menempah

kita untuk terus berkembang dan akhirnya menggapai kesuksesan.

Menuntut ilmu ibarat mendaki gunung. Jangan pikirkan

berapa lama lagi kita akan selesai meraihnya. Namun,

langkahkan saja kaki kita untuk meraihnya. Meskipun

(7)

langkah itu kecil, tetapi jika kita tetap melangkah insyaallah

akan tercapai dan bisa meraihnya di saat yang tepat.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Salawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan melalui pribadinya yang luhur dan agung, serta meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu Al-Quran dan Hadits, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT TAHUN 2012 – 2016”.

Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang tulus tak terhingga teristimewa kepada Ayahanda Misfar dan Ibunda Masyoni serta kakak Gita Yuniza, dan adek Mitra Gusni yang telah membesarkan, mengasuh, mendidik serta membina penulis dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta Bapak dan Wakil Rektor yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata 1 di IAIN Bukittinggi.

(9)

ii

2. Bapak H. Harfandi, SE, M, Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Bapak Yefri Joni, MA, Ketua Jurusan Ekonomi Islam atas izin dan kesempatan, bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Yuwarman Mansur, SE, MM, Pembimbing I yang dengan sabar telah berkenan meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan hingga akhir penulisan ini.

4. Ibu Sandra Dewi, SE, MM, Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan bahkan buah pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Gusril Bashir, SH,M.Hum, Dosen Penasehat Akademik yang selalu menasehati dan memberikan banyak motivasi demi kelancaran proses belajar penulis.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

7. Sahabat-sahabatku, Netria Putri Cania dan Irda Wati, selain ilmu, gelar dan pengalaman, kalianlah hal terbaik yang penulis dapatkan semasa kuliah ini.

8. Saudara-saudaraku, Nani malayu, Fifa Alfiona, Medisah Ikhwan, Ella Gusseptiani, Aptriani wulandari, Dori Muthia,vivi Yolanda, Zulkifli, Taufik Hidayat, yang selalu memberi dukungan, motivasi, pelajaran, doa serta bantuan kepada penulis hingga akhir penulisan skripsi.

9. Rekan-rekan Ekonomi Islam khususnya Ekonomi Islam (EI) F angkatan 2014 atas kebersamaan, kehebohan, kekompakan, dukungan, semangat dan masukannya.

(10)

iii

10. Teman-teman KKN, Devi, Wella, Gion, Laras, Yogi, Dila, Anggi, dan Reni yang selalu mensuport dan memberi semangat.

11. Staff pustaka yang telah memberikan izin kepada saya untuk meminjam buku yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini hingga akhir.

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang begitu luar biasa.

Atas bantuan yang telah diberikan, penulis ucapkan terimakasih.

Semoga mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT dan semoga karya sederhana ini bermanfaat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Bukittinggi, Agustus 2018 Penulis

Sri Novita NIM. 3214.236

(11)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI KATA PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Penjelasan Judul ... 8

H. Penelitian Terdahulu ... 9

I. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan ... 12

2. Macam- macam Kemiskinan ... 18

3. Penyebab Kemiskinan ... 19

4. Indikator Pengukuran Kemiskinan ... 24

B. Pengangguran 1. Pengertian Pengangguran ... 26

2. Macam-macam Pengangguran ... 28

3. Penyebab Pengangguran ... 32

(12)

v

4. Dampak Pengangguran ... 35

5. Hubungan Pengangguran terhadap Kemiskinan ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 39

B. Metode Pengumpulan Data ... 39

C. Teknik Analisis Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 40

1. Uji Normalitas ... 41

2. Metode Regresi Linear Sederhana ... 41

3. Analisis Koefesien Korelasi ... 42

4. Uji Hipotesis ... 42

5. Uji Koefesien Determinasi ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Sumatera Barat ... 44

2. Topografi Sumatera Barat ... 46

3. Keadaan Sosial ... 48

4. Kondisi Ekonomi ... 52

5. Agama dan Kebudayaan ... 53

6. Visi dan Misi Sumatera Barat ... 56

B. Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di di Sumatera Barat Tahun 2012 – 2016 1. Uji Normalitas ... 59

2. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 60

3. Analisis Koefisien Korelasi (R) ... 61

4. Analisis Uji F ... 62

5. Koefesien Determinasi ... 64

C. Pembahasan Penelitian ... 64

(13)

vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 67

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran di Sumatera Barat tahun 2012 – 20164 Tabel 1.2 Tingkat kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2012 – 2016 .... 5 Tabel 4.2 Hasil Normalitas ... 59 Tabel 4.3 Hasil Regresi Linear Sederhana ... 60 Tabel 4.4 Koefisien Korelasi ... 62 Tabel 4.5 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 62 Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 63 Tabel 4.7 Hasil Koefesien Determinasi ... 64

(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan ... 24 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37 Gambar 4.1 Lambang Sumatera Barat ... 56

(16)

ix ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT TAHUN 2012 – 2016 “ yang disusun oleh Sri Novita Nim. 3214.236, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin serius. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara, di samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin tidak memiliki pekerjaan (pengangguran). Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2012 – 2016.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu dengan mencari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Sederhana.

Hasil uji t dari penelitian ini diperoleh nilai t hitung < t tabel ( 0.702 <

2,353 dan signifikan > 0,05 (0,533 > 0,05) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, dan secara persial tingkat pengangguran memiliki hubungan yang lemah terhadap kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2012- 2016.

Kata kunci : Tingkat pengangguran dan kemiskinan

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan, oleh karenanya ekonomi adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, Ekonomi merupakan sebuah bidang kajian ilmu yang berhubungan tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu ekonomi merupakan salah satu ilmu yang berkaitan tentang tindakan dan perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pembangunan adalah suatu proses yang bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan tingkat kesenjangan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Dalam analisis makro ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dengan perkembangan pendapatan nasional rill yang dicapai oleh suatu negara yaitu Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto.1

Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian mengatasi berbagai permasalahan pembangunan dan sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan

1Naf’an, Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syari’ah, 2014, (Graha Ilmu, Yogyakarta), hal.235

(18)

kemiskinan. Selain pertumbuhan ekonomi, salah satu aspek penting untuk melihat kinerja pembangunan adalah seberapa efektif penggunaan sumber- sumber daya yang ada sehingga lapangan kerja dapat menyerap angkatan kerja yang tersedia. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat berarti produksi barang atau jasa yang dihasilkan meningkat. Dengan demikian diperlukan tenaga kerja semakin banyak untuk memproduksi barang atau jasa tersebut sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan yang semakin menurun.

Secara teori jika masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Sehingga dikatakan dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi) maka tingkat kemiskinan juga rendah.2

Dalam istilah yang sangat sederhana, kemiskinan berarti kondisi orang yang memiliki pendapatan sangat rendah. Kemiskinan merupakan masalah komplek yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat,kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, lingkungan dan Pengangguran.3

Secara teoritis, kemiskinan merupakan akibat dari ketidak sesuaian dalam praktek kebijakan ekonomi. Islam menanggapi kegiatan ekonomi

2Yarlina Yacoub, Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Volume 8, Nomor 3, Oktober 2012, di akses 28 oktober 2017, pukul. 15.00

3Karl E. Case dan Ray, C Fair Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid 1, 2007( jakarta: Erlangga).

Hal 431

(19)

(pemanfaatan sumber daya produktifitas dengan pertimbangan efesiensi biaya dan optimalisasi manfaat sosial. Orang yang banyak terlibat dalam kegiatan ekonomi akan semakin baik taraf hidupnya, selama kehidupannya tetap terjaga keseimbangannya. Fungsi ekonomi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial sangat diutamakan dalam islam. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt Qs. An Nahl ayat 76.4

◆◆



⬧⧫

⬧▪

☺➔⧫◼





⧫

◼⧫



◆❑➔◆



◼⧫

⬧❑⧫

☺◆

◆❑



⧫

⬧



❑⧫

◆❑➔

⧫◆

⧫

➔

◆❑➔◆ 

◼⧫

◆

⧫



Artinya :

“Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?”

Faktor yang juga berpengaruh dalam kemiskinan adalah pengangguran.

Pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja, yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cendrung kecil persentasenya.

4Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat, 2010, (Malang, UIN-MALIKI PRESS), hal. 32

(20)

Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja.5

Berikut ini disajikan data mengenai jumlah angkatan kerja dan tingkat pengangguran Di Sumatera Barat tahun 2012-2016 :

Tabel 1.1

Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat pengangguran Sumatera Barat 2012-2016

Tahun

Angkatan

kerja Bekerja Pengangguran Tingkat Pengangguran

Kenaikan atau penurunan (dalam

jutaan Jiwa)

(dalam jutaan

jiwa)

(dalam ribuan

jiwa) (%)

(%)

2012 2,18 2,09 142,0 6,51 -

2013 2,16 2,06 150,50 7,00 0,49

2014 2,33 2,18 151,66 6,50 (0,50)

2015 2,35 2,19 161,56 6,88 0,38

2016 2,47 2,35 125,90 5,09 (1,79)

Sumber: SurveiAngkatan Kerja Nasional(Sakernas) Sumatera Barat, tahun 2012- 2016.6

Jumlah angkatan kerja Sumatera Barat seperti yang ditunjukan pada tabel 1.1 bahwasanya, pada tahun 2012 sebesar 2,18 juta jiwa yang terdiri dari 2,09 juta jiwa bekerja dan 142 ribu jiwa pengangguran, pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja mengalami penurunan sebesar 2.16 juta jiwa yang terdiri dari 2,06 juta jiwa bekerja dan 150,50 ribu jiwa pengangguran, pada tahun 2014

5Subandi, Ekonomi Pembangunan, Alfabeta, Bandung, 2011, hal. 98

6 Survei Angkatan Kerja Nasional(Sakernas) Sumatera Barat, tahun 2012-2016

(21)

jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan sebesar 2.,33 juta jiwa yang terdiri dari 2,18 juta jiwa dan 151.66 ribu jiwa pengangguran, pada tahun 2015 angkatan kerja naik menjadi 2,35 juta jiwa yang terdiri dari 2.19 juta jiwa bekerja dan 161.56 ribu jiwa pengangguran dan pada tahun 2016 jumlah angkatan kerja naik menjadi 2.47 juta jiwa yang terdiri dari 2.,35 juta jiwa dan 125.90 ribu jiwa pengangguran.

Berikut ini disajikan data mengenai Jumlah penduduk Di Sumatera Barat tahun 2012-2016 :

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk dan jumlah penduduk miskin Sumatera Barat Tahun 2012-2016

Tahun

jumlah penduduk

(dalam jutaan jiwa)

Jumlah penduduk miskin (dalam

ribuan jiwa)

Penduduk Miskin (%)

Kenaikan atau penurunan

%

2012 4,96 401,50 8,09 -

2013 5,07 384,10 7,58 0,51

2014 5,13 354,74 6,92 (0,66)

2015 5,20 379,60 7,30 0,38

2016 5,26 371,55 7,06 (0,24)

Sumber :Badan pusat statistik Penduduk Sumatera Barat 2012–2016.7

Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal tersebut terlihat dari tabel 1.2 dimana, pada tahun 2012 jumlah penduduk berjumlah

7 Badan pusat statistik Penduduk Sumatera Barat tahun 2012-2016

(22)

4,96 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin berjumlah 401.50 ribu jiwa dari jumlah penduduk, pada tahun 2013 jumlah penduduk naik menjadi 5.07juta jiwa dan jumlah penduduk miskin 384.10 ribu jiwa dari jumlah penduduk, pada tahun 2014 naik menjadi 5.13 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin berjumlah 354.74 ribu jiwa dari jumlah penduduk, pada tahun 2015 jumlah penduduk naik menjadi 5.20 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin 379.60 ribu jiwa dari jumlah penduduk dan pada tahun 2016 jumlah penduduk naik menjadi 5.26 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin berjumlah 371.55 ribu jiwa dari jumlah penduduk.

Dengan tingginya tingkat kemiskinan di sumatera barat sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan terlebih dahulu perlu diketahui informasi terkait tingkat pengangguran dan kemiskinan di Sumatera Barat.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dengan melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Kemiskinan di Sumatera Barat Tahun 2012- 2016”

B. Identifikasi Penelitian

Adapun identifikasi masalah yang peneliti buat tujuannya agar penelitian ini bisa memberikan gambaran yang terarah tentang permasalahan apa yang dilihat dan di jadikan sasaran utama sebagai berikut:

1. Kemiskinan yang terjadi di Sumatera Barat dari 2012 -2016

(23)

2. Banyaknya pengangguran karena jumlah pertumbuhan penduduk yang lebih besar dari pada pertumbuhan lapangan pekerjaan.

3. Pengaruh yang lebih signifikan terhadap Kemiskinan di Sumatera Barat.

4. Tingkat pengangguran yang terjadi Sumatera Barat dari tahun 2012 – 2016

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi batasan masalah yaitu tingkat pengangguran dan kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2012-2016.

D. Perumusan Masalah

Berdsarakan latar belakang diatas maka permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah “Seberapa Besar Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Sumatera Barat dari tahun 2012 sampai 2016”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah analisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2012-2016.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

(24)

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai bahan referensi perpustakaan, untuk referensi perbandingan terhadap objek penelitian yang sama khususnya tentang pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan masukan bagi instansi agar lebih peduli dengan masalah kemiskinan dan juga kepada pemerintah sebagai bahan evaluasi dalam menentukan kebijakan.

3. Manfaat personal

Hasil penelitian dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang tingkat pengangguran terhadap kemiskinan yang ada di Sumatera Barat, serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Bukittinggi.

G. Penjelasan Judul

Dalam pembahasan ini tentu harus memberikan penjelasan pada penelitian untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas untuk menghindari pengertian yang salah tentang apa yang dimaksud dengan judul ini. Ada pun judul dari penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Sumatera Barat dari tahun 2012-2016.

Sebelum melangkah lebih jauh dalam membahas skripsi ini dan menjembatani pemikiran penulis dengan pembaca agar terdapat persamaan pemahaman dalam memahami skripsi ini. Maka penulis akan menjelaskan istilah istilah yang akan ditemui dalam skripsi yaitu :

(25)

Analisis :Adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.8 Pengangguran :Adalah jumlah tenaga kerja dalam

perekonomian yang secara aktif sedang mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.9

Kemiskinan : Kondisi ketidak mampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok .10

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sebulumnya pernah dilakukan oleh :

Krisdayanto (2014) dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi ,Upah Minimum dan Tingkat pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di kabupaten Brebes tahun 1997-2012.

Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes selama periode 1997-2012, akan tetapi pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes selama periode tahun 1997- 2012. Hasil regresi menunjukan bahwa nilai R-squared dari variabel independent (pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka) terhadap variabel dependen ( jumlah penduduk

8 Sigit Wirnano, Sujana Esmaya, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: Pustaka Grafika, 2003, hal. 26

9 Sadono Sukirno, Teori Penggantar Makro Ekonomi, hal. 13

10Michael P.todaro, Pembanguanan Ekonomi, Jakarta, Bumi Aksara, 2000, hal. 47

(26)

miskin) memiliki nilai sebesar 0,711 yang berarti 71,1 persen jumlah penduduk miskin di pengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan tingkat pengangguran terbuka. Sedangkan 28,9 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang digunakan.

Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.

Hasil penelitian yang dilakukan hermanto menunjukkan kurangnya kualitas pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh angka kemiskinan yang relatif persiten di atas 20 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Muhammad Nurcholis (2015) Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Pengangguran Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2014.

Hasil penelitian yang dilakukan muhammad menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan indek pembangunan manusia berpengarih signifikan terhadap tingkat pengangguran. Variabel pertumbuhan ekonomi dan upah minimum berpengaruh negarif. Sedangkan indeks pembangunan manusia berpengaruh positif.

Zahra Zurisdah, Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Banten.

Hasil uji T dari penelitian ini diperoleh nilai t hitung > t tabel (7.534 >

1.697) dan signifikan < 0,05 (0,0000 < 0,05 ) maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap

(27)

kemiskinan dan besaran pengaruh pengangguran terbuka sebesar 65,4%, terhadap kemiskinan di provinsi Banten.

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima Bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bagian ini menguraikan latar belakang penelitian, Identifikasi penelitian, Batasan penelitian, Perumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian dan Sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang menjabarkan tentang defenisi, teori, faktor-faktor kemiskinan dan Pengangguran.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas jenis penelitian, lokasi penelitian, variabel Penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi Profil, Hasil Penelitian dan Analisis Penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan Saran yang dapat diambil dari penelitian.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kemiskinan

1. Pengertian kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Secara umum, kemiskinan adalah keadaan ataupun kondisi dimana seseorang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.

Menurut Michael Parkin11 kemiskinan adalah situasi di mana pendapatan rumah tangga terlalu rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka kesulitan untuk dapat membeli makanan, rumah, dan pakaian yang mereka butuhkan setiap hari. Situasi ini dipacu oleh unequallity of income, atau dengan kata lain kemiskinan ini terjadi karena didorong oleh ketimpangan pendapatan yang terjadi di suatu negara. 12

11Michael Parkin, Economics, 8th Edition, (Toronto: Pearson International Edition, 2008).

12 Ari Mulianta Ginting & Galuh Prila Dewi, Jurnal Pengaruh Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektor keuangan terhadap pengurangan kemiskinan di indonesia, 2013. Hal 119

(29)

Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya.

Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidak mampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.

Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: ”The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the respect of other”.

Dari definisi tersebut diperoleh pengertian bahwa kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)13 mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kehidupan yang bermartabat.

Hak-hak dasar anata lain : pertama Terpenuhinya kebutuhan pangan,kedua Kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sember daya alam dan lingkungan, ketiga rasa aman dari

13Badan Pusat Statistik Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sumatera barat, 2015, Hal. 61

(30)

perlakuan atau aman tindakan kekerasan dan keepmat , hak untuk beradaptasi dalam kehidupan sosial-politik.

Dalam arti poverty, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas, Robert Chambers (dalam Chriswaradani Suryawati),14 mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) Kemiskinan (poverty)

Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidak mampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan kebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang telah memiliki pendapatan.

2) Ketidak berdayaan (powerless)

Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orangm terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency)

14 Barika, Jurnla Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan Volume : 05. NO. 01, JANUARI - JUNI 2013, hal. 28 di akses tanggal 28 oktober 2017, pukul. 13.35

(31)

Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini.

4) Ketergantungan (dependence)

Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber pendapatan.

5) Keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat

(32)

yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari pusat- pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar.

Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya kemiskinan.

Badan Pusat Statistik (BPS)15 menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebututah dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan (Gk) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minuman makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili 52

15Sumber data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) panel modul Konsumsi dan core

(33)

jenis komoditi (padi-padian-umbi-umbian, ikan, daging, telur, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,dll).

Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minum untuk pertumbuhan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komuditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Rumus perhitungan :

GK= GKM + GKNM

GK =Garis Kemiskinan

GKM =Garis Kemiskinan Makanan GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan

Ukuran Kemiskinan menurut Engel (Hukum Engel), Dalam teori ekonomi hukum Engel dikatakan sebagai suatu hukum yang menyatakan bahwa semakian tinggi pendapatan suatu keluarga, semakin kurang presentase atau bagian dari pendapatan yang digunakan atau dikeluarkan untuk makanan. Untuk kebutuhan pokok makanan, dengan naik pendapatan masyarakat dari tingkat yang rendah, akan menyebabkan naik pengeluaran unutk konsumsi itu.akan tetapi dengan bertambahnya pendapatan secara terus-menerus, maka pertumbuhan konsumsi makanan akan menjadi kurang proporsional dengan pertambahan pendapatan.

(34)

Jadi ketika suatu rumah tangga memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan cenderung mengeluarkan sebahagian besar bahkan hampir seluruh pendapatannya untuk konsumsi makanan.16

2. Macama Macam Kemiskinan

Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki beberapa bentuk yaitu:

a. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan Absolut merupakan suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup.17

b. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan Relatif merupakan bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh program

16Badan Pusat Statistik Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sumatera barat, 2015, Hal. 37

17Michael P. Todoro, Pembangunan Ekonomi edisi kelima, 2000( Jakarta: Bumi Aksara).

Hal 48

(35)

program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.18

c. kemiskinan Kultural

kemiskinan Kultural merupakan bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen.

Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.

d. Kemiskinan Kronis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a) Kondisi sosial budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif b) Keterbatasan sumber daya dan keterisolasian (daerah-daerah kritis sumber daya alam dan daerah terpencil) c) Rendahnya pendidikan dan derajat perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan ketidak berdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.

e. Kemiskinan Sementara terjadi akibat adanya; a) perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, b) perubahan yang bersifat musiman dan c) bencana alam atau dampak dari suatu

18Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada teori mikro dan makro, 2012 ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada). Hal 146

(36)

yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.19

3. Penyebab Kemiskinan

Secara umum kemiskinan dapat disebabkan oleh dua kondisi, yaitu kemiskina alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi anatar lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga- lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagai anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.

Kemiskinan dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

1) Penyebab individual atau patogis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari penduduk miskin

2) Penyebab keluarga yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga

3) Penyebab sub-budaya yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar

4) Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang pemerintah, dan ekonomi

19 Barika, Jurnla Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan Volume : 05. NO. 01, JANUARI - JUNI 2013, hal. 29 di akses tanggal 28 oktober 2017, pukul. 13.35

(37)

5) Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.20

Menurut Naskun dalam Chriswardani Suryawati, beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi relitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena Soal produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani sekala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air

20Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan Setjen DPR RI

(38)

sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus- menerus.

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir.

i. Internal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.21

Menurut kunarjo kuncoro dalam kutipan Badrul Munir suatu negara dikatakan miskin biasanya di tandai dengan pendapatan perkapita rendah, pertumbuhan tingkat penduduk yang tinggi, sebagian besar tenaga kerja bergerak di bidang pertanian dan terbelenggu dalam lingkaran setan kemiskinan. Di Indonesia masalah kemiskinan

21Prabowo Dwi Kristanto, “Analsisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di kabupaten Brebes (tahun 1997- 2012 )” 20 oktober 2017, 15.00, hal. 19

(39)

merupakan masalah yang cukup rumit yang di hadapi oleh pemerintah.

Kondisi kemiskinan di Indonesia diperparah oleh krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, dimana jumlah penduduk miskin mulai meningkat.

Usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan sangatlah serius bahkan menjadi prioritas utama pemerintah. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah misalnya dengan mengadakan pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat menaikkan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun hal tersebut belum bisa mengatasi masalah kemiskinan.

Hal ini disebabkan karena tidak diiringi dengan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat akibatnya masyarakat tidak dapat keluar dari sebuah teori yang di temukan oleh seorang ahli ekonomi asal Swedia, Ragnar Nurkse yaitu lingkaran setan kemiskinan (vicious sircle of property).

Menurut Ragner nurkse dalam buku mudhraajd kuncoro22 lingkaran setan kemiskinan terjadi akibat karena keterbelakangan, ketidak sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menjadi penyebab produktivitas rendah sehingga pendapatan yang di terima juga rendah akibatnya berdampak pada berkurangnya tabungan dan investasi yang menyebabkan keterbelakangan. Oleh karena itu,setiap usaha untuk mengurangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong

22Ragner nurkse dalam buku mudhrajad kuncoro

(40)

lingkaran dan perangkap kemiskinan. Berikut gambar lingkaran setan kemiskinan (Vicious circle of poverty).

Gambar 2.1

lingkaran setan kemiskinan (Vicious circle of poverty).

Sumber: nurkse dalam mudhrajad kuncoro

4. Indikator Pengukuran kemiskinan a. The Headcount Ratio (H)

Rasio ini digunakan untuk mengukur persenatse penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan terhadap total penduduk. Semakin kecil angka ratio menunjukan semakin berkurangnya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, sebaliknya bila angka ratio besar menunjukan tingginya jumlah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Income Gap Ratio (I)

produktifitas Rendah

Pendapatan Rendah Tabungan Rendah

Investasi rendah

Ketimpangan sempurnaan pasar, keterbelakangan

Kekurangan Modal

(41)

Digunakan untuk mencari kedalam tingkat kemiskinan di bawah garis kemiskinan. Karenanya perhitungan ini tidak berlaku bagi individu dengan tingkat pendapatan di atas garis kemiskinan.

c. Indeks kedalaman kemiskinan atau Poverty Gap Index

Merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing- masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin kecil nilai indeks menunjukan secara rata-rata pendapatan penduduk makin sudah semakin mendekati garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan atau dengan kata lain kehidupan penduduk miskin semakin terpuruk.

d. Indeks keparahan kemsikinan atau poverty severity indek

Indek ini digunakan untuk memberikan gambaran penyebaran pengeluaran penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin

e. Gini Ratio Coefficient

Ukurang yang paling populer untuk mengukur derajat ketimpangan, koefisien gini didasarkan pada kurva lorenz dan besarnya koefisien mulai dari 0 sampai 1.0 = pendapatan, pengeluaran dan sebagai berikut. Terdistribusi secara merata, 1 = ada ketimpangan yang

(42)

ekstrem. Koefesien gini hanya menghitung ketimpangan dalam konteks pendapatan.23

f. Kurva Lorenz

Kurva lorenz menggambarkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka terima dari total pendapatan. Semakin jauh kurva lorenz dari garis diagonal yang merupakan garis pemerataan sempurna, maka semakin timpang (tidak merata) distribusi pendapatannya.24

B. Pengangguran

1. Pengertian Pengangguran

Dalam pengertian standar yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Berdasarkan kepada definisi ini, seperti telah dikatakan, ibu – ibu rumah tangga, para mahasiswa, dan anak- anak orang kaya yang sudah dewasa tetapi tidak bekerja, tidak digolongkan sebagai penganggur.25

23Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi pendekatan kepada teori ekonom mikro dan makro, 2014 (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada). Hal 153

24Michael P. Todaro,1994, Pembangunan Ekonomi edisi 1, ( jakarta, Bumi Aksara,), hal.

155

25Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 472

(43)

Dalam perspektif islam kerja (‘amal) menyangkut segala aktifitas kegiatan manusia baik yang bersifat badaniah maupun rohaniah yang dimaksudkan untuk mewujudkan atau menambah suatu manfaat yang dibolehkan secara Syar’i26 Ketika seseorang tidak mau mempergunakan potensinya maka itulah pengangguran yang amat membahayakan diri dan masyarakatnya.

Secara moral islam, orang yang demikian adalah penganggur yang memikul dosa. Sedangkan yang terus mengfungsikan potensinya baik modal, tenaga maupun pikirannya tidak termasuk kategori menganggur yang menyalahi ajaran islam. Ketika sesorang tidak bekerja namun ia masih terus berfikir keras bagaimana bisa memproduktifitaskan dirinya sehingga bisa menghasilkan kerja yang produktif maka ia secara moral islam memenuhi kewajiban kerja dalam islam dan tidak menanggung dosa pengangguran.

Dengan menganggur ditakutkan seseorang akan berbuat apa saja, termasuk merugikan orang lain demi terpenuhi kebutuhan pribadi.

Firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 6

⧫◆











◼⧫



➔

◼➔⧫◆

▪⬧⧫

⧫❑⧫◆





⧫

✓



Artinya :

26Naf’an, Ekonomi Makro: Tinjauan Ekonomi Syariah, hal. 138

(44)

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”27

Tidak hanya manusia, seluruh makhluk yang telah, sedang dan akan diciptakan, pasti Allah SWT menyediakan rezeki baginya. Maka tidak seharusnya terjadi kemiskinan, seolah – olah kekayaan alam yang ada tidak mencukupi kebutuhan manusia yang populasinya terus bertambah. Apabila kekayaan alam dikelola dengan benar, tentu tidak akan terjadi ketimpangan dalam distribusinya, sehingga masalah pengangguran dapat teratasi.

Suatu penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan tidak dapat dikategorikan sebagai pengangguran dan penduduk dapat dikatakan pengangguran ketika penduduk tersebut termasuk dalam angkatan kerja tetapi belum memperoleh pekerjaan

Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati melalui dua pendekatan antara lain sebagai berikut:

a. Pendekatan Angkatan Kerja (labor force approach)

Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan persentase

Tingkat pengangguran = 𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛

𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝐴𝑁𝐺𝐾𝐴𝑇𝐴𝑁 𝐾𝐸𝑅𝐽𝐴 X 100%

27Alquran dan terjemahannya, 2006 Depertemen agama Republik Indonesia, Pustaka Agung Harapan

(45)

b. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (labor utilization approach) Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada pendekatan tenaga kerja antara lain:

1) Bekerja penuh (employed) yaitu seseorang yang memiliki jam bekerja mencapai 35 jam per minggu.

2) Setengah menganggur (underemployed) yaitu seseorang yang memiliki waktu kurang dari 35 jam per minggu

2. Macam macam Pengangguran

a. Pengangguran berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi beberapa yaitu :

1) Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)

Pengangguran Friksional adalah jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan di dalam syarat- syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, atau melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda.28

2) Pengangguran Struktural (structural Unemployment )

Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan dalam struktur pasar tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidak sesuian

28 Muana Nanga, Makroekonomi, Teori, Maslahah dan Kebijakan Edisi Perdana, Jakarta:

Pt Raja Grafindo Persada, 2001. Hal. 254

(46)

antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Penyebab terjadinya pengangguran struktural antara lain, yaitu ;

a) Teknologi semakin berkemban, teknologi yang semakin berkembang mengakibatkan tenaga kerja manusia berpindah kepada tenaga mesin, dikarenakan tenaga kerja mesin lebih efesien dan murah, terlebih lagi permintaan akan produksi industri yang semakin meningkat membuat produsen mengganti tenaga kerja manusia menjadi tenaga kerja mesin, hal ini mengakibatkan pengangguran tenaga kerja akibat pengalihan fungsi tenaga kerja manusia ke tenaga kerja mesin.

b) Persaingan Global atau luar negri dimana produk luar negri lebih murah dan lebih baik dibandingkan dengan produksi lokal baik karena produksi luar negri yang lebih effesien ataupun adanya kebijakn luar negri yang menyebabkan barang luar negri lebih murah dibandingkan produk lokal. Hal ini mengakibatkan permintaan akan produk lokal semakin menurun.

Produksi industri lokal menjadi tidak mampu bersaing dengan produksi luar negri, sehingga mengalami kebangkrutan yang pada akhirnya akan memunculkan pengangguran.

(47)

c) Kemunduran perekonomian dalam suatu daerah dikarenakan adanya kemajuan perekonomian yang pesat di daerah lain, sehingga antar daerah tidak mampu bersaing akan menghasilkan pengangguran.

3) Pengangguran Siklis (cyclical unemployment )

Pengangguran siklis atau konjungtur adalah jenis pengangguran yang terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif agregat di dalam perekonomian dibandingkan dengan penawaran agregat.

4) Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)

Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian.

Yang dimaksud dengan pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Dengan demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.

5) Pengangguran teknologi

Pengangguran ini terjadi karena adanya penggunaan alat- alat teknologi yang semakin modern.

(48)

b. Pengangguran berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi beberapa yaitu:29

1) Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini terjadi akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.

Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak mendapat perolehan pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan.

2) Pengangguran tersembunyi

Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegatan ekonomi memerlukan tenaga keja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung pada banyak faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai.

3) Pengangguran Setengah Menganggur

Pengangguran setengah menganggur merupakan pengangguran dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normla. Menurut badan pusat statistik (BPS), jam kerja normal yaitu 35 jam/minggu, sehingga tenaga kerja yang bekerja

29 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis,Teoritis, dan Empiris, yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.112

(49)

dibawah 35 jam/minggu masuk kedalam golongan setengah menganggur.

3. Penyebab pengangguran

a. Penyebab pengangguran dalam islam 1) Faktor kemalasan

Pengangguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun, dalam sistem materialis dan politik sekularis, banyak yang mendorong masyarakat menjadi malas, sistem pengajian yang tidaklayak atau maraknya perjudian.30

2) Faktor cacat/ uzur

3) Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan pengangguran harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjang juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamana dan sosial mengganggu pertumbuhan , pembangunan ekonomi , dan menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.31

b. Penyebab Pengangguran konvensional

30Naf’an, Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syari’ah, 2014, (Graha Ilmu, Yogyakarta), hal.138

31Ibid, Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syari’ah, hal.147

(50)

Kaufan dan Hotchkiss32 mengidentifikasikan penyebab pengangguran :

1) Proses mencari pekerjaan

Munculnya angkatan kerja baru akan menimbulkan persaingan yang ketat pada proses mencari kerja. Dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu disebabkan karena adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak sempurnanya informasi yang diterima pencari kerja mengenai lapangan pekerjaan yang tersedia, serta informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima.

2) Kekakuan Upah

Besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat upah yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja.

Penurunan pada proses produksi dalam perekonomian akan mengakibatkan pergeseran atau penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya, akan terjadi penurunan besarnya upah yang ditetapkan . dengan adanya kekakuan upah, dalam jangka pendek, tingkat upah mengalami kenaikan pada tingkat upah semula.

3) Efesiensi Upah

32 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis,Teoritis, dan Empiris, yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.114

(51)

Besarnya pengangguran juga dipengaruhi oleh efesiensi pada teori pengupahan. Efesiensi yang terjadi pada fungsi tingkat upah tersebut terjadi karena semakin tinggi perusahaan membayar upah maka semakin keras usaha para pekerja untuk bekerja. Hal ini justru memberikan konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih pada tenaga kerja yang memiliki efesiensi lebih tinggi.

4. Dampak Pengangguran

Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat memiliki dampak atau akibat buruk, baik terhadap perekonomian maupun individu dan masyarakat.33

a. Dampak pengangguran terhadap Perekonomian

1) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraannya yang mungkin dicapai.

Pengangguran menyebabkan pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai adalah lebih rendah dari pendapatan potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai adalah lebih rendah dari tingkat yang mungkin akan dicapai.

2) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. Pengangguran yang yang diakibatkan oleh kegiatan ekonomi yang rendah, pada gilirannya akan

33 Muana Nanga, Makroekonomi, Teori, Maslahah dan Kebijakan Edisi Perdana, Jakarta:

Pt Raja Grafindo Persada, 2001. Hal. 260

(52)

menyebabkan pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah akan semakin sedikit. Dengan demikian, pengangguran yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.

3) Pengangguran tidak menggalakan pertumbuhan ekonomi.

Pengangguran menimbulkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Pertma pengangguran tenaga kerja biasanya akan diikuti pula dengan berlebihnya kapasitas mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini jelas tidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan kegiatan perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangi keinginan perusahaan untuk melakukan investasi. Kedua hal tersebut jelas tidak akan menggalakan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.

b. Dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat 1) Pengangguran dapat menghilangkan mata pencarian 2) Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan 3) Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan

social politik

4) Bertambahnya tingkat kemiskinan 5) Timbulnya kriminalitas.

(53)

5. Hubungan Pengangguran terhadap Kemiskinan

Menurut sukirno salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya.

Pendapatan masyarakat mencapai maksimal apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, hal ini yang dapat mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.

Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya..

Apabila pengangguran di suatu negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena manggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.34

Islam telah memperingati agar umatnya jangan sampai menganggur karena pengangguran merupakan salah satu hal yang bisa menyebabkan kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang akan berbuat apa saja termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhnya kebutuhannya.

34Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2010, hal.50

(54)

Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang buruknya pengangguran, baik bagi individu, masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih serius. Walaupun Allah telah berjanji akan menanggung rizki kita semua. Syarat yang paling utama adalah kita harus berusaha mencari rizki yang dijanjikan itu, karena Allah telah menciptakan sistem yaitu siapa yang bekerja maka dia akan mendapatkan rizki dan siapa yang berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizki tersebut.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori– teori yang telah digunakan, maka dapat disusun kerangka berpikir (framework) berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali sebagai masalah penting yang merupakan salah satu timbulnya masalah, diantara variabel X (Pengangguran), variabel Y (Kemiskinan).

Kerangka berpikir menjelaskan apakah terdapat pengaruh antara variabel variabel X dengan variabel Y (Kemiskinan). Sebagaimana digambarkan dalam bagan penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2

Keterangan :

X = Variabel Independen Y = Variabel Dependen

Kemiskinan (Y) Pengangguran

(x)

(55)

Kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa pengangguran dan akan mempengaruhi besarnya kemiskinan. Perubahan yang terjadi baik pada pengangguran akan mengakibatkan perubahan yang terjadi pada tingkat kemiskinan di Sumatera Barat.

BAB III Metode Penelitian A. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang bersumber pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS), buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, skripsi dan internet yang berhubungan dengan topik penelitian untuk memperoleh data sekunder. Data yang diteliti meliputi data pengangguran, dan data kemiskinan.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sangat penting digunakan dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.35

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui

35Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2014, (Bandung, Alfabeta), hal.401

Gambar

Tabel 4.2  Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.6  Hasil uji F
Tabel Nilai Untuk Distribusi t
Tabel Nilai Untuk Distribusi  F 0 . 05

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum Dan Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Terhadap Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Dan Kotaprovinsi

Pemegang Unit Penyertaan akan mendapatkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang akan disediakan oleh Bank Kustodian paling lambat 7 (tujuh) Hari Bursa setelah:

Islam dalam perkembangan dakwahnya yang makin meluas mengharuskan islam berinteraksi dengan peradaban dan agama lain. Sehingga timbul pergolakan pemikiran antara

Sedangkan cara membangun ilmu pendidikan Islam bisa dilakukan dengan cara: Pertama , cara deduksi, yakni dimulai dari teks wahyu atau sabda rasul, kemudian ditafsirkan, dari

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website Fashion's Boutique dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), HTML (Hypertext Markup Language),

Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum, dan PDRB Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah.. Komunikasi Korporasi pada

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa upah minimum kabupaten/kota dan pengangguran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di

Di antara beberapa anasir iklim yang ada yaitu curah hujan, temperatur, kelembaban, lama dan panjang penyinaran matahari, arah angin, penguapan; maka atmosfer