• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.21 Kerangka Berpikir

Geometri merupakan salah satu standar kompetensi pada pelajaran matematika di SMP dalam KTSP yang wajib dikuasai. Kemampuan penalaran sangat dibutuhkan dalam pembelajaran geometri. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan kemampuan penalaran matematika peserta didik. Kurangnya kemampuan penalaran dalam pembelajaran matematika di SMP N 22 Semarang sebagai salah satu indikator penyebab hasil belajar peserta didik kelas VIII masih kurang maksimal. Terutama, pada materi geometri untuk kajian materi bangun ruang sisi datar yaitu nilai peserta didik masih di bawah nilai KKM yang

65

diharapkan yaitu 75.Tidak sedikitpeserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut. Hal itu dikarenakan materi bangun ruang sisi datar membutuhkan kemampuan penalaran yang kuat.

Peserta didik pada usia tingkat SMP seharusnya sudah mulai berada pada tahap kognitif operasi formal. Namun, terdapat pula peserta didik yang tahap berpikirnya masih berada pada tahap peralihan menuju operasi formal. Meskipun, peserta didik tersebut mempunyai umur yang sama, duduk pada tingkat kelas yang sama, tetapi cara berpikirnya tidak sama. Beberapa peserta didik masih memerlukan benda-benda konkret sebagai peragaan yang membantu mereka dalam memahami hal yang baru baginya. Pada dasarnya mereka lebih ingat terhadap pengetahuan yang baru dimilikinya jika mereka terlibat langsung dalam memperoleh pengetahuan barunya. Hal ini sesuai dengan prinsip utama dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Piaget bahwa peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran, saling berinteraksi dengan peserta didik lain, dan peserta didik memperoleh pengetahuan barunya melalui pengalaman mereka. Dari ketiga prinsip utama dalam pembelajaran tersebut maka dirancang pembelajaran melalui kegiatan Hand on Activity.Hal ini dikarenakan melalui Hand on Activity diharapkan dapat melibatkan peserta didik dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri. Dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas peserta didik pada saat Hand on Activity tersebut diharapkan pula dapat mewujudkan pendekatan saintifik di dalam pembelajaran.

66

Penggunaan media sangat mendukung pembelajaran, karena dapat memudahkan guru pada saat menyampaikan materi pembelajaran. Penggunaan benda-benda atau media dalam pembelajaran selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Brunner. Ada tiga tahapan belajar yang dilalui anak, menurut Bruner yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Pada tahap enaktif peserta didik dapat melihat, menyentuh dan memanipulasi objek secara langsung.. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media berupa alat peraga sejalan dengan teori Bruner. Berdasarkan observasi tentang identifikasi dan analisis kebutuhan alat peraga, menunjukkan bahwa guru dan peserta didik lebih menyukai pembelajaran yang menggunakan alat peraga. Alat peraga yang dipandang efektif oleh guru adalah alat peraga yang bersifat manipulatif. Kegiatan memanipulasi alat peraga yang bertujuan agar peserta didik mampu menemukan konsep sendiri dilakukan dengan Hand on Activity bersama kelompok. Penggunaan dan pemanfaatan alat peraga manipulatif dalam pembelajaran ditunjang dengan adanya lembar kerja peserta didik. Lembar kerja dirancang untuk menuntun peserta didik bersama kelompoknya menemukan konsep yang dipelajari dengan menggunakan dan memanfaatkan alat peraga.

Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna jika peserta didik dapat menemukan pengetahuan barunya melalui pengalamannya sendiri. Salah satu modelyang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika yaitu Discovery Based Learning (DBL). Dengan DBL yang berupaya pada pembelajaran yang bersifat penemuan peserta didik dapat mengkonstruk pengetahuan baru berdasarkan pemahaman dan pengetahuan yang sudah diketahui. Dengan

67

demikian, melalui penemuan tersebut diharapkan daya ingat, daya pikir, daya nalar peserta didik akan berkembang. Begitupula daya kreativitas peserta didik juga akan berkembang.

Berdasarkan uraian tersebut, pelaksanaan model DBL dalam pembelajaran dengan menggunakan dan memanfaatkan alat peraga bersifat manipulatif melalui Hand on Activityberbasis pendekatan saintifik pada materi limas diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika peserta didik sehingga peserta didik akan dapat mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah dan rata-rata kemampuan penalaran matematika yang diberikan pembelajaran dengan model DBLdengan menggunakan dan memanfaatkan alat peraga bersifat manipulatif melalui Hand on Activity berbasis pendekatan saintifik pada materi limas lebih baik daripada rata-rata kemampuan penalaran matematika yang diberikan pembelajaran dengan model ekspositori.

68

Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut.

Kemampuan penalaran matematika peserta didik masih rendah

Guru tidak menggunakan alat peraga matematika

Tujuan pembelajaran matematika belum tercapai seluruhnnya Guru menggunakan alat peraga

matematika tetapi belum efektif

Peserta didik cenderung jarang bertanya, memberi tanggapan, kurang bisa memahami dan mengerjakan soal dan tidak mampu membuat simpulan materi yang dipelajari.

Penerapan model pembelajaran Discovery Based Learning

Identifikasi dan analisis kebutuhan alat peraga

Kegiatan Hand on Activity Pembelajaran menggunakan alat peraga

Alat peraga manipulatif

Tes kemampuan penalaran matematika Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Saintifik

Guru masih menerapkan model ekspositori dalam pembelajaran matematika dan jarang menggunakan media pembelajaran

Ketuntasan belajar tercapai

Kemampuan penalaran matematika peserta didik dengan model DBL melalui Hand on Activity dengan alat peraga manipulatif lebih baik daripada kemampuan penalaran matematika dengan model ekspositori

Guru tidak menggunakan alat peraga matematika

Tujuan pembelajaran matematika belum tercapai seluruhnnya Guru menggunakan alat peraga

matematika tetapi belum efektif

Peserta didik cenderung jarang bertanya, memberi tanggapan, kurang bisa memahami dan mengerjakan soal dan tidak mampu membuat simpulan materi yang dipelajari.

Penerapan model pembelajaran Discovery Based Learning

Identifikasi dan analisis kebutuhan alat peraga

Kegiatan Hand on Activity Pembelajaran menggunakan alat

peraga

Alat peraga manipulatif

Tes kemampuan penalaran matematika Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Saintifik

Guru masih menerapkan model ekspositori dan jarang menggunakan media pembelajaran berupa alat peraga dalam pembelajaran matematika

69

2.1.22 Hipotesis

Berdasarkan uraian pada tinjaun pustaka dan kerangka berpikir maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

a. Rata-rata kemampuan penalaran matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang tahun pelajaran 2014∕2015 yang diajar menggunakan model Discovery Based Learning (DBL) dengan alat peraga bersifat manipulatif pada materi limas mencapai KKM.

b. Rata-rata kemampuan penalaran matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang tahun pelajaran 2014∕2015 yangdiajar menggunakan model Discovery Based Learning (DBL)dengan alat peraga bersifat manipulatif lebih baik daripada rata-rata kemampuan penalaran matematika

70

BAB 3

Dokumen terkait