• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Di sisi lain matematika memiliki peran penting dalam melatih siswa berpikir kreatif. Pelajaran matematika juga memiliki tujuan melatih siswa memecahkan masalah sehingga dapat menjadi manusia yang siap menghadapi tantangan-tantangan dalam hidupnya. Kemampuan pemecahan masalah ini pun berperan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Sebab untuk dapat menjadi kreatif, seseorang harus terbiasa menghadapi situasi yang mendorong

kemandirian dan keberanian mengambil risiko. Dengan terbiasa menghadapi situasi yang demikian, seseorang akan mandiri dan berani mengambil risiko sehingga dapat memunculkan ide-ide yang kreatif untuk dapat mengatasi kesulitan. Sehingga pemecahan masalah matematika mendorong tujuan pembelajaran matematika itu sendiri, yakni melatih siswa berpikir kreatif.

Untuk dapat berhasil dalam pelajaran matematika, terutama dalam memecahkan masalah matematika siswa membutuhkan kemampuan yang tinggi dalam menghadapi kesulitan. Ini menunjukkan peran Adversity Quotient (AQ) dalam pembelajaran matematika. Adversity Quotient (AQ) merupakan ukuran tentang kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Stoltz mengelompokkan orang ke dalam tiga kategori AQ, yakni orang Quitters, Campers, dan Climbers. Tiap orang dalam kelompok yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda dalam menghadapi kesulitan.

Dalam konteks matematika, siswa dengan kategori AQ Quitters cenderung memilih untuk menghindari bahkan menolak untuk mencoba memecahkan suatu masalah matematika yang diberikan. Tanpa mencoba terlebih dahulu, mereka sudah berpikir bahwa mereka tidak akan bisa menemukan solusi dari permasalahan. Siswa dengan kategori AQ Campers memiliki kemauan untuk mencoba terlebih dahulu memecahkan masalah yang ada. Akan tetapi, begitu mereka menemui kesulitan mereka akan mudah menyerah dan berhenti berusaha menemukan solusi dari permasalahan. Mereka sudah cukup puas dengan apa yang bisa mereka kerjakan. Siswa dengan kategori AQ Climbers, adalah siswa yang menyambut baik adanya tantangan. Mereka tanpa kenal menyerah terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan solusi dari suatu masalah. Ketika mereka tidak dapat menemukan solusi melalui suatu metode atau cara, mereka akan mencoba menggunakan cara penyelesaian yang lain.

Perbedaan gender dipandang sebagai perbedaan perilaku, mental, karakteristik emosional, sifat, peran, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini dibentuk oleh masyarakat dimana ia berada. Perbedaan gender sifatnya dapat diberubah, tidak universal, dan bukan merupakan ketentuan

Tuhan. Masyarakat biasanya memberikan perlakuan yang berbeda kepada laki-laki dan perempuan. Laki-laki-laki dididik untuk menjadi anak yang tangguh, mandiri, berani mengambil risiko, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. Sedangkan anak perempuan cenderung dituntut untuk menjadi anak penurut, patuh, kurang diberi kebebasan berpendapat, dan cenderung dimanja. Bahkan seorang guru dalam memberikan respon terhadap kegagalan anak laki-laki dan perempuan cenderung berbeda. Guru mengatakan kegagalan anak laki-laki dikarenakan malas, kurang kerja keras dan motivasi. Sedangkan kegagalan anak perempuan dikarenakan kemampuan mereka yang kurang. Ini menyebabkan anak laki-laki menjadi orang yang lebih berani dalam menghadapi kesulitan jika dibandingkan dengan anak perempuan. Disisi lain, kreativitas membutuhkan kemandirian, tanggung jawab, dan situasi yang menuntut keberanian mengambil risiko. Akibatnya anak laki-laki memiliki kemampuan berpikir kreatif yang lebih tinggi daripada anak perempuan.

Untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah, digunakan kriteria yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Pada tingkat 4 (sangat kreatif) siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan, atau kebaruan dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah. Pada tingkat 3 (kreatif) siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah. Pada tingkat 2 (cukup kreatif) siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah. Pada tingkat 1 (kurang kreatif) siswa mampu menunjukkan kefasihan dalam memecahkan masalah. Pada tingkat 0 (tidak kreatif) siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek indikator berpikir kreatif yaitu (kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan).

Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik memberi jawaban masalah yang beragam dan benar. Beberapa jawaban masalah dikatakan beragam, bila jawaban-jawaban tampak berlainan dan mengikuti pola tertentu. Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik memecahkan masalah dengan berbagai cara yang

berbeda. Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berebda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (peserta didik) pada tingkat pengetahuannya. Beberapa jawaban dikatakan berbeda, bila jawaban itu tampak berlainan dan tidak mengikuti pola tertentu.

Penelitian ini berfokus pada materi geometri yaitu materi segiempat. Materi ini diajarkan pada siswa kelas VII semester genap. Pada materi geometri ini dapat dibuat masalah-masalah yang sifatnya divergen (memungkinkan banyak jawaban atau cara penyelesaian). Sehingga siswa dapat memunculkan kemampuan berpikir kreatifnya dalam memecahkan masalah terkait materi segiempat.

Kaitannya dengan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, orang dengan kategori AQ Climbers memiliki keuletan yang tinggi dalam mencari ide-ide kreatif untuk mengatasi masalah, terutama anak laki-laki yang lebih sering dihadapkan pada situasi yang sulit. Sehingga saat diberikan masalah terkait materi segitiga, siswa laki-laki Climbers akan berusaha untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut, bahkan ia dapat menemukan jawaban atau cara penyelesaian yang beragam. Ketika dengan suatu cara ia tidak menemukan solusi, ia akan berusaha mencari ide kreatif tentang cara penyelesaian lainnya agar masalah dapat dipecahkan. Sedangkan siswa perempuan Climbers, meskipun mereka memiliki sikap optimis dan keuletan yang tinggi namun karena anak perempuan tidak terbiasa menghadapi situasi sulit dan kurang diberi kebebasan berpendapat, maka mereka rentan untuk berhenti berusaha dan mengerjakan sebatas apa yang mereka bisa saja. Cara yang dilakukan anak perempuan Climbers dalam menyelesaikan masalah juga tidak lebih banyak daripada cara penyelesaian anak laki-laki Climbers.

Orang dengan kategori AQ Campers akan mencoba memecahkan masalah yang diberikan namun mudah menyerah dalam memikirkan ide-ide kreatif untuk mengatasi kesulitan, terutama anak perempuan Campers yang jarang dihadapkan pada situasi-situasi yang sulit. Sedangkan anak laki-laki Campers, meski rentan

untuk menyerah dalam menghadapi situasi sulit, namun karena terbiasa menghadapi situasi yang sulit maka ia dapat terdorong untuk berpikir kreatif.

Orang dengan kategori AQ Quitters tidak pernah mau mencoba mengatasi kesulitan, ia memilih mundur dan menolak segala tantangan. Orang pada kategori ini akan menjadi orang yang tidak kreatif, apalagi anak perempuan yang memang tidak terbiasa menghadapi situasi yang menantang sehingga kurang mandiri dan kurang berani mengambil risiko. Sehingga siswa perempuan Quitters, ketika melihat soal yang rumit akan menolak mengerjakannya. Anak laki-laki Quitters, meski sering dihadapkan pada masalah yang sulit namun mereka enggan berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga ketika menghadapi soal rumit, ia enggan menggali pengetahuan yang mereka miliki untuk memecahkannya. Kalaupun mau mengerjakan, ia akan mengerjakan soal dengan asal-asalan

Dalam penelitian ini, akan dikaji tentang tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah terkait materi segiempat pada masing-masing tipe Adversity Quotient dan kelompok gender. Diagram kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 .

Gambar 2.1 Diagram kerangka berpikir Siswa kategori : 1. Laki-laki Climbers 2. Perempuan Climbers 3. Laki-laki Campers 4. Perempuan Campers 5. Laki-laki Quitters 6. Perempuan Quitters Pemecahan masalah terkait materi segiempat Tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah terkait materi segiempat

Dokumen terkait