BAB II. TINJAUAN TEORITIS
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru
Persepsi pada dasarnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Thoha, 2005:141).
Status (kedudukan) sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise-nya, hak-hak, dan kewajiban-kewajibannya (Narwoko dan Suyanto, 2007:156).
Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru adalah proses pemahaman yang dialami mahasiswa tentang status sosial guru dalam arti lingkungan pergaulan guru, prestis guru di masyarakat, hak-hak, dan kewajiban-kewajiban seorang guru dalam masyarakat, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Persepsi mahasiswa satu dengan yang lainnya berbeda-beda ada yang berpersepsi positif dan ada pula yang berpersepsi negatif karena dalam memahami informasi tentang status sosial guru setiap individu tidaklah sama.
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang memandang guru mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat akan berpendapat bahwa, menjadi guru adalah hal yang menguntungkan dan bermanfaat bagi dirinya dan hidupnya. Bila mereka melihat bahwa
sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Hal ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Jika mahasiswa FKIP memiliki minat menjadi guru tentu ia akan memilih menjadi guru sesuai dengan bidang yang telah ditekuni selama studi di FKIP. Sebaliknya, jika mahasiswa memandang status sosial guru rendah hal ini tentu akan melemahkan minat mahasiswa untuk menjadi guru dan cenderung untuk memilih pekerjaan lain selain menjadi guru. Hal ini dikarenakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock 1978:114). Dengan demikian, penulis menduga bahwa ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat mahasiswa menjadi guru.
2. Hubungan antara Prestasi Belajar Mahasiswa dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Bukti keberhasilan mahasiswa dalam belajar ditunjukkan oleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang telah dicapai.
Seorang mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dapat mencapai prestasi yang baik manakala ia merasa senang dan tertarik untuk terlibat secara aktif dalam setiap perkuliahan maupun dalam praktik mengajar. Mahasiswa FKIP yang memiliki IPK yang tinggi
mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut sungguh-sungguh memiliki kemampuan menjadi guru. Dengan kemampuannya itu, minat menjadi guru akan semakin kuat. Hal ini didukung oleh pendapat Hurlock (1978:150) bahwa, kemampuan dan minat anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan minat anak terhadap pekerjaan. Dalam bukunya yang lain ia pun mengatakan bahwa, prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran (Hurlock, 1980:220). Kepuasan akan menguatkan minat seseorang. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Hal ini nampak pada mahasiswa yang mengalami kegagalan dalam studi sehingga IPKnya rendah. Akibatnya, mahasiswa tidak memperoleh kepuasan dalam bidang yang ditekuninya sehingga cenderung tidak mempunyai minat menjadi guru karena merasa tidak memiliki cukup kemampuan untuk menjadi guru.
Mahasiswa yang tidak berminat menjadi guru menunjukkan perilaku malas mengikuti perkuliahan, malas mengerjakan tugas-tugas dari dosen, dan aktivitas lain yang menunjukkan ketidaksenangan terhadap bidang keguruan sehingga hal ini berimplikasi pada rendahnya prestasi yang dicapai. Hal senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1980:221) bahwa, seseorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan biasanya menunjukkan ketidaksenangan. Hal ini dapat di lihat dari kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja di bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran yang tidak disukai. Dengan demikian, penulis
menduga bahwa ada hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru.
3. Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial guru dan Prestasi Belajar Mahasiswa dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru
Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru adalah suatu aktivitas mental mahasiswa dalam proses pengorganisasian dan penerjemahan kesan-kesan, penilaian, dan pendapat dalam merasakan serta menginterpretasikan status sosial guru berdasarkan informasi yang ditampilkan orang yang berprofesi sebagai guru melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, maupun perasaan. Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru berbeda untuk masing-masing mahasiswa sesuai dengan hasil pengalaman mahasiswa tersebut, latar pendidikan, dan karakter psikologi.
Persepsi akan mempengaruhi minat dan mendorong orang untuk melaksanakan sesuatu yaitu belajar. Persepsi dan prestasi belajar dapat mempengaruhi minat seseorang (Giyatama, 1990:6). Setiap orang pasti menginginkan untuk mendapat status sosial yang tinggi dimasyarakat. Tidak ada seorang pun yang mau dipandang rendah oleh orang lain. Ketika mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) berpersepsi positif terhadap status sosial guru dan ia memandang status sosial guru tinggi dimasyarakat, ia pun akan menganggap bahwa menjadi guru adalah hal yang menguntungkan dan bermanfaat bagi hidupnya.
Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Mahasiswa FKIP yang berminat menjadi guru berkecenderungan untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada minat untuk menjadi guru. Contohnya adalah mahasiswa merasa senang dan tertarik untuk terlibat secara aktif dalam setiap perkuliahan maupun dalam praktik mengajar, mahasiswa rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen, mahasiswa merasa senang dan tertarik untuk mengetahui informasi dalam bidang keguruan dengan mencari dan mengumpulkan informasi tersebut sebanyak-banyaknya baik dengan melihat berita di televisi, melihat langsung bagaimana kehidupan seorang guru, mendengar berita di radio, mendengar langsung pengalaman seorang guru, atau dapat juga dengan mengikuti seminar-seminar kependidikan. Mahasiswa yang demikian biasanya dapat menunjukkan prestasi akademik yang bagus sehingga mahasiswa tersebut bisa cepat lulus kuliah dan siap untuk memasuki dunia kerja sebagai seorang guru.
Mahasiswa FKIP yang memiliki IPK yang tinggi mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut sungguh-sungguh memiliki bekal kemampuan menjadi guru. Dengan kemampuannya itu, minat menjadi guru akan semakin kuat. Hal ini didukung oleh pendapat Hurlock (1978:150) bahwa, kemampuan dan minat anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan minat anak terhadap pekerjaan. Dalam bukunya
yang lain ia pun mengatakan bahwa, prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran (Hurlock, 1980:220). Kepuasan akan menguatkan minat seseorang. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Dengan demikian, penulis menduga bahwa ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru.