• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat untuk memudahkan peneliti bekerja dalam penelitian yang akan dilaksanakan serta membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar penelitian tidak menjurus ke arah yang lebih luas. Berdasarkan uraian dan tinjauan pustaka di atas, berikut ini akan diuraikan kerangka pikir sebagai landasan dalam membahas masalah dan untuk mengerahkan penelitian dalam mengumpulkan data, mengolah data, dan memecahkan masalah. Adapun landasan berpikir dan kerangka pikir yang dimaksud ialah proses penggunaan bahasa vulgar pada pemakaian bahasa Indonesia ranah iklan media elektronik.

Bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang dimaksud akan mengarahkan penulis untuk menentukan data dan informasi dalam penelitian guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan, untuk itu akan diuraikan secara rinci landasan berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.

Bagan Kerangka Pikir

Sosiopragmatik

Variasi Bahasa (dari segi penutur)

Dialek Sosiolek Idiolek Kronolek

Pemakaian bahasa Indonesia pada iklan

media elektronik

Analisis

Pembahasan

Akrolek Basilek Slang Vulgar Kolokial Jargon

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2011:2) metode penelitian adalah suatu cara tertentu yang digunakan dalam melakukan sebuah penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Bedasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diaati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan data berupa tuturan yang memfokuskan pada penunjukan makna, mendeskripsikan suatu fenomena yang dikaji oleh peneliti. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif, kemudian

42

data digali hingga mendapatkan hipotesis yang konsisten. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Menurut Sukmadinata (2009:53), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan orang secara individual maupun kelompok. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan dengan kenyataan (fakta) yang diperoleh di lapangan. Penelitian deskriptif sendiri merupakan penelitian yang paling dasar. Ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia. Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Di sini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti mendeskripsikan penggunaan bahasa vulgar dalam pemakaian bahasa Indonesia ranah iklan pada media elektronik.

B. Data dan Sumber Data 1. Data

Penelitian tentu diperlukan data untuk menunjang keakuratan data. Tanpa data, maka penelitian dapat dinyatakan tidak valid, terutama penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan data adalah subjek dari mana data diperoleh, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Menurut Sugiyono (2011:225) bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data pada penelitian ini berfokus pada pemakaian bahasa vulgar yang disampaikan oleh bintang iklan, yaitu kata dan ucapan yang mendukung menggunaan bahasa vulgar pada iklan di media elektronik.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah video iklan di media elektronik yang berfokus pada iklan yang tayang di televisi yang diunduh melalui internet. Jenis iklan yang dipilih adalah iklan-iklan televisi yang dikategorikan sebagai iklan yang dalam pemakaian

bahasa Indonesia menggunakan bahasa vulgar. Iklan-iklan tersebut akan dianalisis dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yaitu pemakaian bahasa vulgar pada iklan di media elektronik. Pada penelitian ini, penulis tidak membatasi pada periode penayangan iklan, ini semua dikarenakan setiap saat biasanya iklan akan selalu berubah dan iklannya pun akan disesuaikan dengan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dengan memperhatikan tujuan dari penelitian ini, menuju pada metode deskriptif kualitatif yang digunakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Teknik Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, objek yang akan peneliti gunakan berupa iklan yang tayang di stasiun televisi.

Observasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari

objek yang diteliti berupa iklan-iklan yang menggunakan bahasa vulgar di televisi. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan konteks bahasa vulgar pada iklan media elektronik. Dalam hal ini, peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap pemakaian bahasa pada iklan yang ditayangkan.

2. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2011: 240) dokumentasi merupakan catatan peristiwa sudah berlalu. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian ini, peneliti menggunakan situs internet youtube untuk mengunduh video iklan-iklan dari televisi. Iklan yang sudah diunduh disatukan dalam sebuah folder, kemudian disimpan pada diska lepas mencegah supaya hasil unduhan tidak hilang dan mudah untuk dibuka kembali.

D. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya analisis data kualitatif bersifat induktif, yakni suatu analisis yang berdasarkan pada data yang diperoleh dengan melalui teknik pengumpulan data penelitian. Sehingga setelah mendapatkan data dari sumber yang relevan, peneliti akan merangkum, memilah hal-hal yang menjadi pokok dalam kategori penelitian hingga sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan selanjutnya yakni peneliti akan menyajikan data

dalam bentuk penarasian teks. Hingga langkah yang terakhir ialah penarikan suatu kesimpulan sementara. Simpulan sementara tersebut akan ditindaklanjuti melalui verifikasi data yang telah terkumpul dalam bentuk teks narasi, yang kemudian akan disimpulkan kembali sampai penelitian ini mendapatkan kesimpulan yang relevan. Salah satu syarat suatu produk yang diiklankan adalah menggunakan pilihan kata yang menarik, sopan, dan logis. Akan tetapi kenyataan saat ini adalah terlalu banyak iklan yang menggunakan pilihan kata yang tidak sopan, bahkan bermakna vulgar.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Peneliti menyaksikan atau menonton iklan di YouTube, lalu memilih iklan yang terdapat penggunan bahasa vulgar.

2. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dengan cara mengunduh iklan tersebut dan menyimpannya pada diska lepas.

3. Data tersebut kemudian ditranskripkan kebentuk tulisan, lalu dikelompokkan atau diklasifikasikan.

4. Data tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan segi penonjolan bahasa vulgar yang terkandung dalam iklan.

5. Dari semua data yang telah kelompokkan sebelumnya, diidentifikasi, dideskripsikan, dan dianalisis satu per satu.

6. Menarik kesimpulan.

E. Pengujian Keabsahan Data

Agar data yang dihasilhan dari lapangan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka diperlukan pengujian keabsahan data. Pengujian keabsahan data merupakan cara untuk mengurangi kesalahan dalam proses memperoleh data penelitian yang tentunya akan berpengaruh terhadap hasil akhir penelitian. Dalam proses pengecekan keabsahan data penelitian ini digunakan beberapa teknik pengecekan keabsahan data, yaitu:

1. Perpanjangan Pengamatan

Dalam perpanjangan pengamatan ini, peneliti melakukan penggalian data secara lebih mendalam supaya data yang diperoleh menjadi lebih konkret dan valid. Peneliti akan melakukan perpanjangan mengamati video iklan yang telah didapatkan agar mendapatkan data yang benar-benar diinginkan, sehingga peneliti akan menemukan keyakinan yang total terhadap data yang diperoleh.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang

telah ditemukan itu benar atau tidak, serta peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar.

3. Diskusi dengan Teman Sejawat

Diskusi ini diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang data yang akan diperoleh. Cara ini digunakan dengan mengajak sesama peneliti dan dosen pembimbing untuk melihat video iklan yang telah didapatkan dan membahas mengenai bahasa vulgar yang ada pada video tersebut. Tidak ketinggalan, peneliti juga akan mengadakan diskusi dengan teman-teman khususnya mereka yang menggunakan pendekatan yang sama, meskipun mereka mengadakan penelitian dengan fokus dan lokasi yang berbeda sehingga diskusi ini bisa memberikan kontribusi untuk memperbaiki tesis.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Penelitian

Iklan merupakan sarana yang digunakan untuk menawarkan barang atau jasa kepada masyarakat. Bahasa yang digunakan dalam penayangan iklan di televisi berfungsi sebagai alat promosi, yaitu bahasa yang menjadi alat permainan dan manipulasi oleh pihak televisi untuk menjual barang produksi kepada pemirsa dalam bentuk iklan. Pemasang iklan menggunakan pesan itu untuk mendapatkan keuntungan yaitu dengan mempersuasikan calon konsumen sedemikian rupa sehingga calon konsumen akan melakukan apa yang diharapkan pemasang iklan, atau membeli produk maupun jasa sesuai yang ditawarkan.

Penyampaian informasi dalam iklan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh konsumen dan lebih banyak menggunakan kata-kata persuasif atau bujukan dengan tujuan agar konsumen tertarik untuk membeli atau mencobanya. Karena iklan bersifat membujuk dan mempengaruhi, maka dalam penyampaiannya harus menggunakan bahasa yang informatif, komunikatif, dan menarik perhatian. Oleh karena itu, diperlukan adanya kreativitas berbahasa dalam pembuatan iklan.

Kreativitas berbahasa dapat ditunjukkan dengan pemakaian kata-kata serta penggunaan yang menarik dalam sebuah iklan.

50

Data dalam penilitian ini diperoleh dari iklan yang tayang di TV dan diunduh melalui situs youtube. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan baha vulgar yang digunakan, peneliti akan menyajikan beberapa data yang mewakili keseluruhan data. Analisis data itu adalah sebagai berikut.

1. Iklan Pompa Air Shimizu

Gambar 1

Pada iklan ini dijelaskan bahwa pompa air merupakan kebutuhan paling vital, yang harus dipenuhi dalam sebuah rumah tangga untuk menjaga keharmonisan antara suami dan istri.

Sehingga apabila tidak terpenuhi atau rusak maka sang istri akan merasa terganggu untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti bagaimana iklan ini menggambarkan bahwa salah satu rumah tangga tidak lagi harmonis akibat pompa air yang ada dirumahnya macet, sehingga sang istri marah kepada sang suami. Hal tersebut terlihat pada gaya bicara sang istri yang mencerminkan wajah tidak lagi sumringah, serta posisi badan yang membelakangi sang suami, ketika menyampaikan masalah pada pompa airnya yang

tidak lagi mancur. Dan penekanan pada adegan ini adalah bahwa sang istri menemukan pemecahan masalah dengan membeli pompa air yang berlabel Shimizu.

Iklan ini sangat menonjolkan adegan yang berbau pornografi dan pornoaksi hal tersebut terlihat jelas bagaimana sang produsen mendesign iklan ini dengan lebih memberikan waktu yang banyak kepada pemeran perempuan untuk menunjukkan beberapa anggota tubuhnya yang seharusnya tidak patut untuk dipublikasikan, seperti adegan pada saat perempuan memakai baju tidur trasparan warna biru dengan “area” lipatan buah dada terlihat.

Selain pada gambar, ada beberapa penekanan kata yang disuguhkan kepada khalayak yang itu mengandung unsur pornografi atau pornoaksi seperti diawal bagaimana pemeran perempuan mengatakan kepada suaminya “kalau tidak mancur kapan enaknya?”. Kata-kata tersebut didukung oleh tampilan pemeran perempuan yang sedang memekai baju tidur dan laki-laki memakai kaos dalam serta tempat yang digunakan dalam adegan ini adalah sebuah kamar tidur. Apabila dilihat secara sekilas adegan ini menunjukkan bahwa yang tidak mancur bukanlah pompa air, melainkan terjadi proses hubungan intim yang kurang puas. Karena tempat serta pakaian yang digunakan tidaklah sesuai dengan apa yang menjadi fokus dari pemasaran suatu produk pompa air yang seharusnya berada di dapur atau di tempat lain

selain kamar tidur serta pakain yang seharusnya dikenakan yang ada kaitannya dengan air atau pompa air.

2. New Era Boots

Gambar 2 Gambar 3

Sebenarnya tidak ada jalan cerita yang pasti dalam iklan New Era Boots ini karena visual yang ditampilkan lebih kepada penggambaran secara eksplisit tentang keunggulan produk. Iklan ini menggunakan 3 orang model, yaitu seorang perempuan berbusana hitam, seorang laki-laki bertelanjang dada dan seorang perempuan memakai busana seksi berwarna merah muda.

perempuan menggunakan pakaian ketat serba hitam dan penutup mata, berdiri di antara sepatu boots New Era yang beragam warnanya. Kostum yang digunakan perempuan tersebut jika diperhatikan sekilas mirip dengan kostum tokoh pahlawan dari barat. Perempuan tersebut juga mulai menggoyangkan tubuhnya dengan gemulai.

Dengan menempatkan karakter perempuan seksi ini di antara produk yang ditawarkan sebenarnya tidak ada korelasi

langsung mengingat produk ini adalah sebuah sepatu boots yang biasa dipakai saat bekerja di lapangan, berkebun atau saat jalanan becek (hujan). Namun memang pengguna sepatu boots umumnya adalah kaum pria di mana mereka membutuhkan alas kaki yang sifatnya fleksibel dan kuat (seperti yang dinarasikan) saat menghadapi kondisi di atas. Dan dengan menggunakan tokoh perempuan seksi ini seakan menarik perhatian kaum pria yang mungkin membutuhkan sepatu boots.

Penggunaan model wanita berbaju seksi disini sebenarnya kurang korelatif dengan pesan yang disampaikan oleh pengisi suara tersebut, yaitu “yang penting sol New Era lebih keras”.

Wanita yang digambarkan sebagai “objek pelengkap” dari peran utamanya yaitu laki-laki. Kalimat yang dilontarkan oleh pengisi suara tersebut juga terkesan ambigu jika harafiahkan memang maksudnya adalah “sol sepatu boots ini lebih keras dibanding dengan sepatu sejenis merk lain”. Namun dengan memperlihatkan dua tokoh laki-laki dan perempuan ini (yang notabenya berpakaian dan bergaya kurang senonoh) hanya akan menimbulkan pemikiran negatif kearah pornografi bagi orang-orang yang sekilas menontonnya.

Dengan kalimat “lebih elastis” dan memperlihatkan gerakan gemulai seorang perempuan dengan baju hitam ketat ala tokoh pahlawan, kita sudah bisa mengetahui bagaimana penggambaran

eksploitasi daya tarik aspek seksualitas perempuan yang kesannya

“mengundang” yang memperbesar asosiasi dan gairah rangsangan seksual para laki-laki yang melihatnya. Dan juga kalimat “lebih kuat”

dengan memperlihatkan model laki-laki berotot yang bertelanjang dada serta menggerakkan otot dadanya, memperlihatkan sesuatu yang cukup seronok dan ditambah lagi dengan perempuan yang menggunakan pakaian seksi di sebelahnya.

3. Iklan Susu Jahe Sido Muncul Versi Sido Susu

Gambar 4 Gambar 5

Suatu iklan yang baik akan menawarkan kelebihan dari produk yang ditawarkan, dengan tetap memperhatikan etika. Iklan ini cenderung mengekploitasi perempuan, dengan berfokus pada dada. Ditambah lagi, iklan tersebut tayang disiang hari yang sangat mungkin ditonton anak-anak.

Iklan Susu Jahe Sido Muncul “Sido Susu” yangg diperankan oleh Cupi Cupita merepresentasikan sisi sensualitas perempuan yang masih digunakan dalam industri media. Perempuan dengan

standar kecantikan tertentu juga menjadi hal yang lumrah dalam industri periklanan sehingga apa yang ditampilkan oleh iklan ini hanya mewakili sebagian kecil dari realitas masyarakat Indonesia.

Cupi Cupita sering menggunakan beberapa ekspresi wajah yang sensual, seperti mengedipkan mata sambil mengigit sedikit bibirnya dan bersuara seperti suara yang manja. Bibir yang sedikit terbuka atau menganga dan terlihat seperti tersenyum tipis dapat menimbulkan kesan sensual, menggoda, dan seksi terutama pada perempuan. Dalam hal ini, Cupi Cupita ingin menarik perhatian penontonnya. Dalam buku Definitive Book of Body Language, Allan Pease dan Barbara Pease (2004) menjelaskan bahwa ketika ekspresi wajah dengan bibir yang sedikit menganga akan meningkatkan kesan sensual karena ekspresi tersebut dikaitkan dengan perempuan yang mengalami orgasme saat berhubungan intim. Cupi Cupita juga sesekali menggoyangkan bagian payudara dan bokongnya. Menggoyangkan bagian payudara dan bokongnya ini menunjukkan bahwa ia ingin memamerkan bentuk payudara serta bokongnya yang besar dan membuat laki-laki dapat berfantasi erotis terhadapnya. Cupi Cupita juga sesekali membusungkan payudaranya. Pose membusungkan dada kedepan diartikan sebagai kesan gagah dan percaya diri, tetapi pada iklan ini dengan pakaian berbaju ketatnya menyebabkan membusungkan dada itu sebagai bentuk dari menonjolkan sisi payudaranya yang

besar, didukung dengan warna merah yang mencolok dan mengandung makna sensualitas.

4. Segar Sari Susu Soda

Gambar 6 Gambar 7

Iklan "Segar Sari Susu Soda" yang menghiasi layar kaca merupakan varian baru dari produk minuman instan "Segar Sari”.

Dialog merupakan bentuk penyajian kata-kata yang akan diucapkan oleh pemeran karakter, sebagai gambaran dari logika berpikir, latar belakang serta interaksi tokoh dengan tokoh yang lain. Dialog yang dilakukan oleh model dalam iklan "Segar Sari Susu Soda" adalah dalam bentuk senandung atau nyanyian.

Dalam analisis dialog iklan "Segar Sari Susu Soda", maka desahan seperti "...ahhh... ahhh... ", "....bang.... " merupakan sesuatu yang menumbuhkan sensasi tersendiri ditelinga. Padahal bila dilihat melalui kontek yang lebih luas, apalagi dalam sebuah teknik menyanyi ternyata mendesah itu penting untuk mengatur sistem pernapasan dengan volume oksigen yang lebih besar, suara

desahan juga bisa membuat orang merespon cepat hal-hal yang tidak terduga, bahkan dapat menghilangkan stres hingga membuat gembira, sebagaimana model iklan mampu membangun suasana ceria dengan senandung dan goyangannya yang membuat tokoh figuran perempuan ikut goyang, dan mengalihkan perhatian para tokoh pemeran pria yang malah terpana dengan goyangan wanita bukan kepada produk yang sedang diiklankan.

Dalam konteks desahan yang dilakukan model pada iklan

"Segar Sari Susu Soda" dia menyanyikan senandung dengan.

bentuk dialog sebagai berikut: "...Segar sari ahh ahhh...muahh.."

(sambil mencium bungkusan minuman Segar Sari Susu Soda, dengan lirikan mata menggoda seakan bungkusan minuman tersebut adalah manusia). "....Susu soda ahhh...." (mengerlipkan sebelah matanya sambil tersenyum nakal). "...Mantap susunya, bang.... " (mendesah sambil berjoget disamping pria berpakaian satpam yang menganga terns sambil joget dengan menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah dada sang model).

Pengucapan kata "Susu" juga penuh penekanan baik dari ekspresi maupun suara. Dari pelafalan atau pengucapannya mengisyaratkan bahwa kata "Susu" itu bukanlah sebuah minuman yang berasal dari hewan sapi yang diternakkan, tetapi lebih mengarah kepada bagian anatomi tubuh wanita, yaitu payudara.

Dengan ditambahkan kata “...mantap susunya bang..." yang

diucapkan sambil memaju-majukan dada dan ditambah desahan

"bang...", menyatakan bahwa "susu" yang dimaksud oleh model iklan adalah payudaranya.

Bahkan kata tersebut dihiperbola dengan slogan iklan

"Segar sari Susu Soda" yang diucapkan model dengan sangat menggoda "...Sampe Tumpe-tumpe...", mengarahkan kepada payudara model yang besar. Keberadaan perempuan di media, khususnya iklan masih sangat tereksploitasi ke arah fisik. Iklan

"Segar Sari Susu Soda" dalam hal ini, merupakan produk komersil yang ditujukan untuk semua kalangan, dari konsumen anak sampai konsumen dewasa. Namun memilih model iklan dengan label seksi, pemilihan kata, desahan, dan ekspresi, serta gerakan yang mengarah kepada sensualitas dari sosok model ini dapat dengan bebas menghiasi layar kaca konsumen. Kedudukan wanita dalam iklan "Segar Sari Susu Soda" merupakan bentuk penentangan dari segala tekanan emosional, dengan menggunakan kedok atau topeng sensualitas. Tetapi dalam adegan iklan semua model sibuk menikmati sosok-sosok wanita yang asyik berjoget. Menempatkan produk sebagai properti pelengkap semata, karena yang utama adalah wama merah muda yang melekat pada tubuh model utama, dan sosok figuran wanita lain yang turut berjoget.

5. Iklan Permen Mint Choka

Gambar 8

Contoh iklan di atas merupakan salah satu contoh iklan permen. Pada iklan ini terdapat kosakata yang tidak sopan dan

Contoh iklan di atas merupakan salah satu contoh iklan permen. Pada iklan ini terdapat kosakata yang tidak sopan dan

Dokumen terkait