• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Kesimpulan Makna Anak Perempuan informan III (KT)

KAJIAN PUSTAKA

Kerangka 4. Kerangka Kesimpulan Makna Anak Perempuan informan III (KT)

KT

Pandangan

a. Anak Perempuan Adalah Anugrah

b. Anak Perempuan Adalah Anak yang Baik

Perasaan

a. Perasaan Bahagia Memiliki Anak Perempuan Dalam Keluarga

Perlakuan

a. Memenuhi Kebutuhan dan Memperhatikan Anak Perempuan Sebagai Bentuk Cinta

b. Mendidik Anak Perempuan Menjadi Anak yang Baik

c. Membangun Komunikas dan Berkegiatan Bersama Anak Perempuan

d. Bersikap Tegas Pada Anak Perempuan

e. Menunjukkan Perilaku yang Baik Pada Anak Perempuan

Harapan

a. Harapan Anak Perempuan Menjadi Baik dan Sukses

- Anak Perempuan Patuh Perintah Orang Tua Sehingga dipandang sebagai anugrah - Keadaan Anak

Perempuan yang Baik, Sehat dan Normal Memunculkan Perasaan Baghagia

- Meberi Didikan dan Membangun

Komunikasi Membuat Anak Perempuan Menjadi Baik

- Anak Perempuan akan Menjadi Sukses Dimasa yang Akan Datang

Pandangan Informan I Informan II Informan III a. Anak Perempuan Anak yang

Baik

- Patuh pada perintah orang tua

- Mau mendengarkan teguran

- Anak perempuan bersikap santun

- Patuh Pada perintah orang tua

- Anak perempuan memberikan perhatian

- Anak perempuan tidak mengeluh

- Patuh pada perintah orang tua

- Anak perempuan jujur mengakui kesalahan

b. Anak perempuan anak yang mandiri

- Anak perempuan hidup mandiri dan tidak menjadi beban c. Anak perempua anak yang

peduli

- Membangun interaksi

- Merawat orang tua d. Anak perempuan berharga - Anak perempuan tidak

dapat tergantikan oleh segala hal

e. Anak perempuan tidak menjadi beban keluarga

- Anak yang normal tidak menjadi beban f. Anak perempuan adalah

anugrah

- Anak perempuan adalah anak yang patuh

- Anak perempuan anak membuat bahagia ayah

Perasaan Informan I Informan II Informan III a. Perasaan Bahagia saat

kehadiran anak perempuan

- Bahagia mendapatkan anak perempuan

- Dengan senang hati memberikan perhatin dan didikan - Memenuhi kebutuhan anak perempuan - Bahagia mendapatkan anak perempuan - Bahagia mendapatkan anak perempuan - Bersyukur dengan keadaan anak perempuan yang sehat dan normal

- Bangga dengan anak perempuan yang baik

b. Perasaan bahagia saat anak perempuan bersikap baik

- Anak perempuan bersikap baikdan patuh

c. Perasaan bahagia saat anak perempuan mandiri

- Perasaan bahagia saat anak perempuan mandiri dan tidak menjadi beban d. Perasaan sedih ditinggal anak

perempuan

- Merasa sepi saat tidak ada anak perempuan

- Kengen dengan keadaan bersama anak perempuan

- Anak perempuan akan dimiliki keluarga lain

e. Perasaan Cinta Pada Anak Perempuan

- Bertanggung jawab sebagai ornag tua

memenuhi keinginan anak perempuan

-perempuan untuk ayah berhenti merokok

Perlakuan Informan I Informan II Informan III

a. Bersikap tegas pada anak perempuan - Memarahi anak perempuan yang melakukan kesalahan - Menegur anak perempuan - Menegur anak perempuan - Menegur anak perempuan

b. Memberikan perhatian pada anak perempuan

- Bertanya keadaan pada anak perempuan

- Mengajari anak perempuan untuk menghadapi masalah - Meluangkan waktu berkegiatan bersama anak perempuan c. Memberikan anak perempuan

kebebasan untuk memilih

- Tidak membedakan anak perempuan

- Membebaskan anak perempuan memilih

Sebagai Bentuk Perhatian -- Merawat, mencintai, mendidik, dan mendukung anak perempuan -kebutuhan - Membangun komunikasi

e. Mendidik Anak Perempuan Menjadi Anak yang Baik

- Memberikan contoh prilaku

- Menyampaikan hal yang pantas dilakukan anak perempuan

- Membagikan

pengalaman sebagai orang tua dan kehidupan sosial

- Mendidik anak agar tidak manja

- Mendidik anak perempuan untuk meminta maaf

f. Bersikap adil pada anak perempuan

- Tidak membedakan anak perempuan

- Menyesuaikan

kebutuhan setiap anak perempuan

g. Membangun Komunikas dengan Berkegiatan Bersama Anak Perempuan - Berbicang bincang dengan anak perempuan - Becanda dengan anak perempuan - Berkegiatan bersama di akhir pekan

Pada Anak Perempuan

-anak perempuan

- Meminta maaf pada anak perempuan

HARAPAN INFORMAN I INFORMAN II INFORMAN III

a. Harapan anak perempuan menjadi baik dan sukses

- Mengajarkan hal prilaku dan sikap yang baik

- Anak perempuan dapat menjalaani karir

- Anak perempuan dapat meraih cita cita

- Dapat menjadi lebih baik dan sukses dari ayah

- Anak perempuan memiliki semangat

- Anak perempuan dapat menjadi wanita yang baik bagi keluarga

- Anak

perempuandapat menjadi sukses dan baik dalam segala hal - Anak perempuan dapat membanggakan orang tua - Anak perempuan dapat segera berkeluarga b. Harapan anak perempuan

mencintai orang tua

- Mencintai orang tua

- Menyempatkan diri menjenguk orang tua Tabel 2. Tabel Akumulasi Informan I, II, dan III

Makna Anak Perempuan informan III (BA)

Makna Anak Perempuan informan III (RH)

Makna Anak Perempuan informan III (KT) - Anak Perempuan Berharga - Anak Perempuan Anak

yang Baik

- Anak Perempuan Patuh Perintah Orang Tua Sehingga dipandang sebagai anugrah - Kehadiran Anak Perempuan Memberikan kebahagianan -- Anak Perempuan Membeikan Kebahagian dan Cinta

-- Keadaan Anak Perempuan yang Baik, Sehat dan Normal Memunculkan Perasaan Baghagia

- Anak Perempuan Harus Didik, Diperhatikan, dan Diberi Kebebasan Untuk Menjadi Anak yang Baik

- Memenuhi Kebutuhan dan Memberi Didikan akan Membuat Anak

Perempuan Menjadi Baik

- Meberi Didikan dan Membangun Komunikasi Membuat Anak Perempuan Menjadi Baik

- Anak Perempuan Akan Menjadi Anak yang Baik, Sukses dan Mencintai Orang Tua Dimasa yang akan Datang

- Anak Perempuan akan menjadi sukses dan menjadi wanita yang baik bagi keluarga

- Anak Perempuan akan Menjadi Sukses Dimasa yang Akan Datang

Tabel 3. Tabel Makna Anak Perempuan Informan I, II, dan III

F. Pembahasan

Berdasarkan tabel akumulasi tiga informan di atas diketahui bahwa setiap informan memiliki pandangan, perasaan, perlakuan dan harapan masing masing terhadap anak perempuan. Setiap informan memiliki pola tersendiri untuk memberikan makna

keseluruhan menunjukkan makna positif pada anak perempuan.

Pada suku Batak Toba anak perempuan tidak memiliki hak untuk meneruskan sisil-silah keturunan dan harta yang dimiliki oleh keluarga, begitu pula pinjaman atau hutang. Keadaan tersebut membuat anak perempuan dianggap sebagai keturunan yang memunculkan beban pada keluarga jika tanpa kehadiran keturunan laki laki (Vergouwen 1986). Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa pada masa ini anak perempuan tidak dianggap sebagai beban dalam hidup. Anak perempuan dianggap sebagai anugrah yang berharga yang dimilik oleh ayah, anak perempuan akan menjadi anak yang sukses dimasa depan dan membuat ayah merasa bahagia. Keadaan tersebut memunculkan harapan yang positif dari ayah kepada anak perempuan.

Pada Informan I (BA) ditekankan bahwa keadaan anak perempuan yang mandiri dan tidak menjadi beban memunculkan perasaan bahagia pada ayah, dimana anak perempuan dapat hidup mandiri setelah anak perempuan dewasa. Informan II (RH) lebih menekankan pada keadaaan anak perempuan yang bersikap patuh, tidak mengeluh akan keadaan keluarga dan dapat memberikan perhatian khusus pada ayah. Anak perempuan juga dipandang memiliki semangat untuk menjadi lebih baik di masa depan. Pada informan III (KT) anak perempuan dipandang sebagai anak yang patuh dan taat pada perintah karena anak perempuan bersikap jujur pada ayah atas segala kesalahan yang diperbuat. Keadaan tersebut membuat ayah memiliki memiliki rasa syukur. Ayah memiliki keyakinan anak perempuan akan menjadi baik dan sukses dalam segala hal.

yang berupa didikan dan perhatian pada anak perempuan. Perilaku tersebut membuat anak perempuan terdidik dan terbentuk menjadi anak yang baik. Pada informan I (BA) anak perempuan didik dengan tegas, diberikan perhatian dan kebeasan dengan tujuan anak perempuan dapat menjadi anak yang baik. Informan II (RH) berusaha mendidik anak perempuan dengan memberi contoh perilaku yang baik, tidak membedakan anak perempuan, memenuhi kebutuhan dan mendukung anak perempuan. Informan III (KT) berusaha mendidik anak perempuan dengan membagikan pengalaman kepada anak perempuan, memenuhi kebutuhan anak perempuan dan membangun komunikasi yang baik dengan anak perempuan.

Pada informan I (BA) diketahui perasaan bahagia muncul saat anak perempuan telah menjadi anak yang patuh dan mandiri, sedagkan pada informan II (RH) perasaan bahagia muncul disaat anak perempuan menunjukkan perhatian pada kesehatan ayah. Pada informan III (KT) perasaan bahagia muncul disaat anak perempuan tumbuh dalam keadaan yang sehat dan menjadi anak yang baik.

Disisi lain informan I (BA) dan informan II (RH) juga memunculkan perasaan sedih saat anak perempuan harus menikah dan ikut dengan pasanga mereka masing masing. Informan I (BA) merasa kesepian dan kangen pada anak perempuan yang telah tinggal terpish dari BA, sedangkan informan II (RH) memunculkan perasaan sedih saat mengetahui anak perempuannya akan dimiliki oleh keluarga lain setelah anak perempuannya menikah. Hal ini sejalan pernyataan Vergouwen (1986) yang mengatak bahwa kepemilikan anak perempuan dalam suatu kelurga Batak Toba akan selesai

perempuan telah usai melakukan ritual adat pernikahan. Hilangya kepemilikan anak perempuan secara fungsi menunjukkan bahwa anak perempuan tidak dapat membantu dan memiliki andil kepada keluarga awal. Saat anak perempuan telah dewasa dan siap memulai hidup yang baru, ayah meunculkan keyakinan dan harapan yang baik kepada anak perempuan.

Sejalan dengan keadaan ketiga informan diatas, Santrock (2002) menjelaskan bahwa sejumlah orang tua termasuk ayah memunculkan perasaan sedih disaat anak yang dimiliki telah meninggalkan keluarga dan hidup mandiri. Hal itu lebih dikenal dengan

empty nest sydrom, dimana perasaan sedih dan kehilangan yang mendalam sebagai manifestasi kesepian.

Telah diketahui dari keadaan di atas bahwa kehadiran anak perempuan memunculkan makna yang positif dari ayah. Hal tersebut sejalan dengan dengan pernyataan Schwandt (2001) yang mengatakan bahwa makna terbentuk dari konstruk pada pengalaman setiap individu yang menghasilkan bahasa, struktur komunikasi dan pola dasar. Kostruk yang tersusun pada informan I, II, dan III terbentuk sebagai pola dasar yang dimulai dengan perlakuan pada anak perempuan yang meghasilkan pandangan, perasaan, keyakinan dan harapan dari ayah. Pola dasar terbentuknaya makna anak perempuan di atas mendukung pernyataan Heines (2005) terkait sifat makna manusia yang memiliki keteraturan urutan yang berguna sebagi wawasan dan tanda di masa depan. Keteraturan urutan tersebut terbentuk dari pengalaman individu yang selalu bergerak.

setiap pengalaman dengan anak perempuan. Setiap informan membentuk wawasan yang bersumber dari pengalaman masing masing informan sehingga memunculkan makna yang utuh sebagai ungkapan eksperesi praktis pada anak perempuan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bimo Walgito (2004) yang mengatakan, wawasan terbentuk melalui proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti.

Berdasarkan perolehan makna diketahui bahwa setiap informan memiliki variasi dan kualitas makna yang berbeda, hal ini dikarenakan ketiga informan memiliki perbedaan kelas sosial yang mempengaruhi perlakuan dan sikap pada anak perempuan, kemudian kehadiran orang lain disekitar informan yang memberikan nilai-nilai baru kepada setiap informan.

87

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian terkait dengan makna anak perempuan yang diperoleh dari ketiga informan yaitu ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki laki dapat ditemukan kesimpulan :

1. Ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki laki memunculkan makna positif terhadap anak perempuan. Makna yang positif ini terkait dengan pandangan, perasaan, perlakuan dan harapan yang mereka bangun terhadap pengalaman bersama anak perempuan.

2. Ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki laki memiliki pandangan bahwa anak perempuan adalah anak yang baik. Hal itu didukung oleh anggapan bahwa anak perempuan yang mereka miliki sebagai anugrah yang berharga, dapat hidup mandiri, peduli pada orang tua, dan tidak menjadi beban keluarga.

3. Ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki memunculkan perasaan bahagia saat memiliki anak perempuan. Hal itu didukung oleh anggapan bahwa anak perempuan hadir dalam keadaan yang sehat, sikap patuh pada orang orang tua dan dapat menjadi mandiri. 4. Ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki laki memberikan

perilaku baik pada anak perempuan diantaranya beriskap tegas pada anak perempuan, memberikan perhatian pada anak perempuan, memenuhi kebutuhan anak perempuan, memberikan kebebasan pada

anak perempuan, mendidik anak perempuan, bersikap adil dan membangun komunikasi.

5. Ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki laki memiliki harapan anak perempuan dapat menjadi sukses dimasa yang akan datang dan mencintai orang tua.

B. Saran

1. Peneliti Selanjutnya

- Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengumpulkan data dan informan yang lebih banyak agar dapat memperkaya hasil dari penelitian.

- Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengumpulkan informan dengan kelas sosial yang lebih berfariatif agar memunculkan makna dari segala lapisan sosial.

- Peneliti selanjutnya dapat mengungkapkan konstruksi pengalam informan lebih luas dan teratur dengan menggunakan teori makna yang lebih bervariasi.

- Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan ketiga metode kredibilitas sehingga dapat memperoleh hasil validitas yang lebih baik.

- Peneliti selanjutnya dapat mengumpulakan data informan yang berasal dari daerah yang berfariatif

2. Ayah Batak Toba

- Ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki laki dapat mempertahankan perilaku yang baik pada anak perempuan agar dapat memunculakan pandanga, perasaan dan harapan yang positf.

- Ayah Batak Toba yang telah memunculkan makna positif pada anak perempuan dapat membagikan pengalam yang diperoleh kepada masyarakat Batak Toba melalui masing masing kumpulan adat.

3. Masyarakat Batak Toba

- Bagi masyarakat Batak Toba, hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan dalam menyikapi keadaan ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki. Terkhusus bagi kumpulan adat agar dapat merangkul seluruh anggota masyarakat Batak Toba dalam segala keadaan.

- Masyarakat Batak Toba dapat memandang kepemilikan anak perempuan sebagai sesuatu yang baik dan tidak menjadi beban.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah pemilihan informan yang tinggal dan menetap di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan peneliti meminta bantuan kumpulan adat Batak Toba pada regional terebut. Jumlah informan yang sesuai dengan karateristik

peneilitian sangat sedikit, karena peneliti hanya mendapatkan informan yang terdata dan masih aktif dalam kumpulan adat Batak Toba. Kendala lainnya muncul disaat tidak semua informan yang diperolah bersedia melakukan proses wawancara penelitian.

Maka dari itu, diharapkan keterbatasan penelitian ini tidak diulang dalam penelitian selanjutnya, karena keterbatasan ini berpengaruh terhadap informasi.

Dokumen terkait