• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Distribusi Menurut Waktu

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Sumber Informasi

- Pengetahuan siswa/siswi Kelas XI tentang HIV/AIDS

- Sikap siswa/siswi Kelas XI tentang HIV/AIDS

- Tindakan pencegahan

siswa/siswi Kelas XI tentang HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Acquaired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau sindrom yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat AIDS terus menyebar ke seluruh dunia dan sampai saat ini tidak ada satu negarapun yang benar-benar dinyatakan bebas dari HIV/AIDS termasuk Indonesia.

Kasus HIV/AIDS pada remaja setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini juga didukung dengan perkembangan globalisasi yang mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja seperti hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti ini membahayakan kesehatan dan kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular seksual termasuk HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Acquaired immunodeficiency syndrome).

1

Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik informasi yang positif maupun yang negatif.2 Remaja merupakan sasaran primer dalam program penanggulangan IMS (Infeksi Menular Seksual) khususnya HIV/AIDS.

Berdasarkan case report United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) pada tahun 2006 HIV/AIDS telah menginfeksi 7,3 juta pada wanita muda dan 39,4 juta

detik terdapat satu terjangkit HIV AIDS di dunia, setiap hari sekitar 6000 orang remaja tercatat sebagai penderita baru HIV AIDS. Pada tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV didunia sampai akhir tahun 2012 terdapat 34 juta orang, dua pertiganya tinggal di Afrika kawasan Selatan Sahara, di kawasan itu kasus infeksi baru mencapai 70 persen, di Afrika Selatan 5,6 juta orang terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS sekitar 840 ribu, di Jerman secara kumulasi ada 73 ribu orang.3

Epidemi saat ini meningkat di negara berkembang termasuk Asia Pasifik. Negara yang paling tinggi prevalensi HIV adalah Kambodja, Indonesia, China, Vietnam, Malaysia, Thailand, Myanmar dan beberapa bagian NegaraIndia. Menurut

World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada tahun 2013 secara global HIV telah menginfeksi 35 juta orang. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kasus penderita HIV/AIDS pada setiap tahunnya.

Di Indonesia tercatat pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 tercatat 15.534 jiwa yang terinfeksi HIV dan sebanyak 1.700 jiwa yang terkena AIDS. Secara kumulatif dari 1 April 1987 sampai dengan 30 Juni 2014 jumlah penderita HIV terdapat 142.961 jiwa dan jumlah penderita AIDS 55.623 jiwa.

4

Pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 jumlah kumulatif kasus AIDS pada golongan umur 15-19 tahun sebanyak 1.717 jiwa dan golongan umur 20-29 tahun sebanyak 18.287. Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Menurut jenis pekerjaan pada tahun 1987

sampai dengan 2014 terdapat pada anak sekolah/mahasiswa penderita AIDS sebanyak 1.291 jiwa.

Di Provinsi Sumatera Utara pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 HIV telah menginfeksi 827 jiwa dan penderita AIDS 231 jiwa. Prevalensi kasus AIDS secara kumulatif pada provinsi Sumatera Utara 12,12%.Secara kumulatif jumlah penderita HIV di Sumatera Utara dari tahun 1987 sampai dengan 2014 adalah 8.794 jiwa dan pada penderita AIDS 1.573 jiwa.

Jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia yang meningkat sebesar 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 menunjukkan tren mengkhawatirkan. Laporan badan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menangani masalah anak-anak UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) menyebutkan sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 sampai dengan 19 tahun meninggal dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012.

5

6

Tahun 2001 sampai 2010 menurut WHO (World Health Organization) di Eropa Timur dan Asia Tengah sejumlah orang meninggal karena AIDS meningkat dari 7.800 jiwa menjadi 90.000 jiwa, di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari 22.000 jiwa menjadi 35.000 jiwa, di Asia Timur juga meningkat dari 24.000 jiwa menjadi 56.000 jiwa.

Pada tahun berikutnya (2013) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 1,5 juta orang meninggal akibat HIV/AIDS.

Di Indonesia jumlah kematian (CFR) yang disebabkan oleh virus ini secara kumulatif HIV & AIDS 1 April 1987 s.d. 30 Juni 2014 merenggut 9.760 jiwa (19,0). Pada Sumatera Utara jumlah kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 176 jiwa.

Pada daerah Kota Medan didapatkan dari data Dinas Kesehatan Kota Medan periode Bulan Oktober 2012 angka kematian yang diakibatkan oleh HIV/AIDS sebanyak 722 jiwa dengan prevalens 21,58 % dari kasus HIV/AIDS.

5

Ada beberapa penyebab yang memasukkan remaja dalam kelompok risiko tinggi. Salah satu penyebabnya adalah usia mereka masih berada dalam masa transisi, namun belum dapat disebut orang dewasa yang ditandai dengan adanya beberapa perubahan dalam diri mereka, antara lain perubahan fisik, emosi, pola pikir, sosial, dan biologis/seksual.

7

Faktor risiko penularan AIDS di Indonesia, khususnya remaja lebih banyak karena IDU/Injecting Drug User serta kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain, sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.

2

Penelitian yang terdapat Iran Journal of Clinical Infectious Diseases menyatakan masih terdapat sikap yang negatif terhadap penderita AIDS (ODHA) dengan mayoritas siswa percaya bahwa ODHA harus terisolasi di lembaga-lembaga yang sudah ditetapkan dan penderita ODHA pantas mati dan tidak harus menerima perawatan.

8

Penelitian serupa dilakukan oleh Amelia,dkk di kota Bandung pada tahun 2013 menyatakan bahwa dari 180 siswa/siswi yang dibagikan kuisioner terdapat 110 siswa/siswi memiliki pengetahuan yang rendah tentang HIV/AIDS dan 98 siswa/siswi masih memiliki sikap yang buruk terkait HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan hasil publikasi riset kesehatan dasar (Riskesdas) bahwa hanya 9,1% remaja di Jawa Barat yang telah memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan benar.

Riset yang dilakukan Sudikno,dkk tentang pengetahuan HIV/AIDS pada remaja di Indonesia (2010) menunjukkan persentase pengetahuan pada remaja tentang HIV/AIDS dengan kategori kurang cukup besar yaitu 48,9 persen. Masih minimnya informasi tentang HIV/AIDS yang diperoleh menjadi salah satu faktor kurangnya pengetahuan HIV/AIDS dikalangan remaja.

10

11

Menurut Wijaya (2009) bahwa informasi mengenai HIV/AIDS didapatkan remaja sebagian besar melalui televise dan radio sebesar 33,3 persen.

Penelitian KPAI (Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia) tahun 2010 dengan metode survei yang berbasis website terhadap 2.075 pengguna internet berusia 15-19 tahun berada di Indonesia menunjukkan bahwa masih sekitar 1 dari 4 responden melakukan hubungan seks dengan pacar dan kurang dari 5 persen yang pernah melakukan hubungan seksual komersial. Ditambah lagi penggunaan kondom yang masih kurang dari 20 persen pada hubungan seksual terakhir.

12

Data terakhir yang dilakukan survei oleh pemerintahan kota Medan menunjukkan perempuan yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS sebesar 9.5 persen dan laki-laki sebesar 14.7 persen, sementara target

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di SMA Al-Azhar Medan dari beberapa siswa/siswa menyatakan masih kurangnya informasi didapatkan mengenai HIV/AIDS dan mereka hanya mengetahui penyakit HIV/AIDS itu berbahaya tanpa tahu secara terperinci darimana sumber penularannya hanya beberapa siswa/siswi yang mengetahui dari jarum suntik dan kontak darah. Mengacu kepada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian hubungan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014.

Dokumen terkait