• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas………..………. 25

5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Karakteristik Demografi Subjek Penelitian ……… 27 5.2. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Mengenai

ASI Eksklusif Berdasarkan Kuesioner…… ……… 28 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden

Tiap Pertanyaan Mengenai ASI Eksklusif …….…………. 29 5.4. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Cara Pemberian ASI……… 31 5.5. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Kandungan ASI……...…… 31 5.6. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Keuntungan Bayi yang

Mendapat ASI………...……… 32 5.7. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Keuntungan Ibu yang

Memberikan ASI……….. 32 5.8. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir………..………... 33 5.9. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

DAFTAR SINGKATAN

AA : Arachnoid Acid

ASI : Air Susu Ibu

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik

DHA : Docosahexaenoic Acid

FSH : Folicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

IDHS : Indonesia Demographic and Health Survey

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

LH : Luteinizing Hormone

MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PIH : Prolactin Inhibiting Hormone

PRH : Prolactin Releasing Hormone

sIgA : Secretory IgA

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Figur Persentasi Wanita yang Memberikan ASI Eksklusif Menurut Indonesia Demographic and Health Survey

(IDHS) ... 42

2. Lembar Penjelasan dan Informed Consent ... 43

3. Biodata Responden Penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 4.

.... 46

Kuesioner Penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 5. Data Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52

... 47

6. Data Hasil Analisis ... 54

7. Daftar Riwayat Hidup ... 62

8. Surat Ethical Clearance ... 63

9. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 64

ABSTRAK

Latar Belakang: Air Susu Ibu (ASI) lebih baik daripada susu formula karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak,

World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif.

Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional study, data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 40 wanita usia produktif (15-49tahun) di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. Responden dipilih dengan metode consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” adalah sebanyak 10 orang, yang termasuk dalam kategori “cukup” adalah sebanyak 29 orang, dan yang termasuk dalam kategori “kurang” adalah sebanyak 1 orang. Sebagian besar responden pendidikan terakhirnya adalah SMA (50%) dan status kawinnya adalah kawin (65%).

Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif tergolong dalam kategori “cukup”.

ABSTRACT

Backgrounds: It is known that mother’s milk is better than formula milk because it contains high nutrition that is useful for child growth and development. To reduce child mortality and morbidity, World Health Organization (WHO), suggest that newborn baby must be breastfed for at least 6 months. Factors that inhibit the breastfeeding process are lack of knowledge and experience from the mother. The aim of this study is to understand the level of knowledge from women in productive ages about exclusive breastfeeding.

Methods: This is a descriptive research with cross-sectional approach. This study data is collected by distributing questionnaires to 40 women in productive ages (15-49years old) in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. The sample is chosen through consecutive sampling method.

Results: In conclusion, the knowledge of women in productive ages in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak about exclusive breastfeeding are 10 person in “good” category, 29 person in “average” category, and 1 person in “less” category. Most of the sample are High School graduate (50%) and Married (65%).

Conclusion: From this study, it can be concluded that the knowledge about exclusive breastfeeding from women in productive ages in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak is in average category.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama air susu ibu (ASI) lebih baik daripada susu formula. Karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI juga meningkatkan imunitas anak yang berguna sebagai anti infeksi, anti alergi dan anti diare (Titi, et al., 2002).

Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia menganjurkan agar pemberian ASI eksklusif diganti dari empat bulan menjadi enam bulan (Ministry of Health, 2002).

Tetapi di Indonesia sekarang ini persentase wanita yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi-bayi mereka sudah mengalami penurunan dari 40% pada tahun 2002-2003 menjadi 32,4% pada tahun 2007 (Statistics Indonesia and Macro International, 2008). Alasan yang menjadi penyebab penurunan persentase ini bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula (Fikawati & Syafiq, 2010). Menurut Saputra (2011), alasan ibu tidak mau menyusui adalah bukan karena permasalahan ekonomi tetapi karena rasa kurang percaya diri, kekhawatiran bentuk payudara akan rusak akibat menyusui, pemberian susu formula dianggap jauh lebih praktis, dan terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat umum.

Studi kualitatif Fikawati & Syafiq (2009) melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan pengalaman ibu

yang kurang. Faktor lain yang juga menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang cara pemberian ASI.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang kandungan ASI.

3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang keuntungan bayi yang mendapat ASI.

4. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang keuntungan ibu yang memberikan ASI.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi Peneliti

Untuk pengembangan wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi dengan menggunakan pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, pembau, pengecap, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalui indra penglihatan dan indra pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam mendasari terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Menurut pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Rogers (1974) adalah sebagai berikut:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui tentang stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest (merasa tertarik), merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku seseorang tidak selalu melalui tahap-tahap yang disebut diatas. Apabila proses adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang postif, maka perilaku baru tersebut akan bersifat lebih tahan lama (long lasting).

Sebaliknya, apabila perilaku baru tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku baru tesebut tidak akan berlangsung lama. Contohnya ibu-ibu yang baru melahirkan dihimbau oleh petugas kesehatan atau pemerintah untuk menjalani program ASI eksklusif, tetapi jika ibu-ibu tersebut tidak mengetahui makna dan tujuan dari program ASI eksklusif maka ibu-ibu tersebut tidak akan mau menjalani program ASI eksklusif setelah beberapa saat himbauan tersebut diterima.

Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif, terbagi atas 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu adalah suatu proses mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain: mendefinisikan, menyatakan, menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI eksklusif.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa bayi harus mendapatkan ASI eksklusif.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi di sini diartikan sebagai suatu proses penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penitian, dapat menggunakan

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah demam berdarah disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau memberikan ASI eksklusif, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat yang disebut di atas.

2.2. Wanita Usia Produktif 2.2.1. Definisi

Menurut BKKBN (2011), wanita usia produktif (wanita usia subur) adalah wanita yang berumur 15-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.

2.3. Definisi ASI Eksklusif

Menurut WHO (2012), ASI eksklusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.

2.4. Stadium ASI 2.4.1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dengan viskositas yang kental berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung antibodi dan sel-sel yang berperan dalam sistem imun, yang kemudian akan menuju ke aliran darah bayi melewati saluran pencernaan bayi yang belum sempurna dan membantu proses pengeluaran mekonium (feses bayi selama di kandungan) (Wardlaw, Hampl & Disilvestro, 2004).

Kolostrum dihasilkan selama 5 hari pertama pascapartus serta lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI matur. Protein utama pada ASI matur berbeda dengan protein utama pada kolostrum. Protein utama pada kolostrum adalah globulin (gamma globulin) (Nelson, Behrman, Kliegman & Arvin, 1996).

2.4.2. Air Susu Masa Peralihan (ASI Transisi)

Air susu masa peralihan (ASI transisi) merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai ASI matur. ASI transisi dihasilkan oleh kelenjar mamae selama 6-10 hari pascapartus. Selama masa peralihan dari kolostrum ke ASI matur kadar

protein akan menurun sedangkan kadar lemak dan karbohidrat akan meningkat (Nelson, Behrman, Kliegman & Arvin, 1996).

2.4.3. ASI Matur

ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara setelah 15 hari sampai 15 bulan pascapartum (Nelson, Behrman, Kliegman & Arvin, 1996). Selain itu, ASI matur memiliki kadar lemak yang tinggi dalam bentuk linoleic acid dan kolesterol, dimana diperlukan untuk perkembangan otak (Wardlaw, Hampl & Disilvestro, 2004). ASI matur terdiri dari dua jenis, yaitu

foremilk dan hindmilk.

Foremilk (susu awal) adalah ASI yang diproduksi pada awal proses menyusui dan terdapat di sepanjang duktus yang menghubungkan sel yang memproduksi susu dengan nipple (puting susu). Foremilk selalu tersedia untuk diberikan kepada bayi. Selain itu, foremilk juga mengandung banyak protein, berkadar air tinggi, namun kadar lemaknya rendah, dan mengandung lebih sedikit kalori daripada hindmilk. Jumlah air yang banyak dalam foremilk mampu memenuhi kebutuhan air bayi (Brown, 1998). Sedangkan hindmilk (susu akhir) adalah ASI yang diproduksi pada akhir proses menyusui. Hindmilk disimpan di dalam sel yang memproduksi susu. Tidak seperti foremilk, hindmilk tidak selalu tersedia secara otomatis untuk diberikan kepada bayi. Karena pelepasan hindmilk

dirangsang oleh oksitosin. Jumlah lemak yang tinggi dalam hindmilk akan memberikan banyak energi pada bayi, dan menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Brown, 1998).

2.5. Komposisi Gizi dalam ASI Matur 2.5.1. Protein

Asi mengandung whey protein dan casein. Whey protein adalah protein yang mudah diserap oleh usus bayi. Casein adalah protein yang sukar dicerna oleh usus bayi. Rasio whey – casein yang tinggi pada ASI membantu pencernaan bayi untuk menghasilkan hasil pencernaan yang lebih lembut dan mengurangi waktu pengosongan gaster bayi. Rasio whey : casein pada ASI adalah 40 : 60,

sedangkan pada susu sapi dan susu formula adalah 80 : 20 dan 82 : 18. Meskipun kedua susu tersebut sama-sama mengandung whey portein yang baik untuk pencernaan, tetapi whey protein pada ASI terdiri dari alpha-lactalbumin yang membantu sintesa laktosa, sedangkan pada susu sapi terdiri dari beta-lactoglobulin. Selain alpha-lactalbumin ASI juga mengandung 4 unsur penting yaitu serum albumin, lisozim, laktoferin, dan immunoglobulin (Sulistyawati, 2009).

2.5.2. Lemak

Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat di dalam saluran pencernaan bayi tetapi terdapat juga di dalam ASI. Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak essensial, docosahexaenoic acid (DHA) dan arachnoid acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester 1 kehamilan yang berperan sampai 1 tahun usia anak. Konsentrasi lemak meningkat dari 2,0 g/100ml pada kolostrum menjadi sekitar 4-4,5 g/ 100ml pada 14 hari pascapartus. Kadar lemak juga bervariasi pada saat baru menyusui (fore milk) menjadi 2-3 kali lebih tinggi pada akhir menyusui (hind milk) (Sulistyawati, 2009).

2.5.3. Vitamin

a. Vitamin yang larut dalam lemak.

Vitamin A merupakan salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya di dalam kolostrum dan menurun kadarnya pada ASI matur. Vitamin A sekitar 200 IU/dl terdapat didalam ASI. Sedangkan konsentrasi vitamin D dan K sedikit di dalam ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak menjadi masalah. Vitamin K juga akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa waktu kemudian.

b. Vitamin yang larut dalam air.

Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin) sangat dipengaruhi kadarnya oleh makanan ibu, namun untuk ibu yang dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen (Sulistyawati, 2009).

2.5.4. Zat Besi

Meskipun kandungan zat besi (0,5- 1,0 mg/liter) dalam ASI sedikit, tetapi bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI lebih mudah diserap (>70%) oleh bayi dibandingkan dengan zat besi dari susu sapi (30%) dan zat besi dari susu formula (10%) (Sulistyawati, 2009).

2.5.5. Zat Anti Infeksi

ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit diare, penyakit saluran cerna, dan penyakit saluran pernapasan atas. ASI mengandung enzim, Immunoglobulin, dan leukosit. Leukosit meskipun sedikit tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap bayi.

Immunoglobulin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon terhadap adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibodi). Ada 5 jenis immunoglobulin: IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG. Dari kelimanya, secrtory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan disimpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi ASI. Bayi baru lahir mempunyai cadangan IgA yang sedikit dan oleh sebab itu bayi baru lahir sangat memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi (Sulistyawati, 2009).

2.5.6. Laktoferin

Laktoferin terdapat banyak dalam ASI (1-6 mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan organisme

patogenik seperti Eschericia Coli (E.Coli) dan Candida Albicans yang membutuhkan zat besi. Jadi, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan (Sulistyawati, 2009).

2.5.7. Faktor Bifidus

Faktor bifidus (methyl-N-acetyl D-glucosamine) adalah faktor spesifik yang merangsang pertumbuhan Lactobacillus bifidus. Faktor bifidus hanya terdapat di dalam ASI. Lactobacillus bifidus menghasilkan asam asetat dan asam laktat di dalam saluran cerna bayi, dimana akan menurunkan ph tinja bayi dan membuat suasana asam didalam saluran cerna bayi, yang hasilnya akan menghambat pertumbuhan bakteri patogen (seperti Shigela, Salmonela, dan

E.Coli) (Sardesai, 2012).

2.5.8. Lisozim

Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi, dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi daripada susu sapi (Sulistyawati, 2009).

2.5.9. Taurin

Taurin adalah asam amino yang terbanyak kedua dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berguna sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi. Oleh sebab itu, banyak susu formula bayi berusaha menambah taurin di dalam formulanya (Sulistyawati, 2009).

2.6. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Wardlaw, Hampl & Disilvestro (2004), manfaat pemberian ASI untuk bayi dan manfaat ibu memberi ASI adalah:

a. Manfaat pemberian ASI untuk bayi: i. Aman dari bakteri.

ii. Selalu mendapatkan ASI dalam keadaan segar dan siap diminum kapan saja.

iii. ASI menyediakan antibodi kepada bayi ketika sistem imunitas bayi masih belum sempurna, juga menyediakan substansi yang berguna untuk pematangan sistem imun bayi.

iv. ASI juga berperan dalam maturasi saluran cerna bayi melalui faktor Lactobacillus Bifidus dalam mengurangi insidensi diare dan penyakit saluran nafas.

v. ASI dapat mengurangi risiko alergi makanan, intoleransi makanan, dan beberapa alergi yang lain.

vi. ASI dapat membuat kebiasaan makan bayi dalam batas wajar dan akan mengurangi kemungkinan obesitas di masa mendatang sebesar 20%.

vii.ASI dapat mengurangi infeksi telinga.

viii.ASI juga berperan untuk perkembangan rahang dan gigi bayi untuk perkembangan berbicara bayi yang lebih baik.

ix. ASI dapat meningkatkan perkembangan sistem saraf (menyediakan DHA) untuk kemampuan proses belajar.

x. Dapat mengurangi risiko menderita hipertensi di masa mendatang.

b. Manfaat ibu yang memberikan ASI:

i. Berpotensi mengurangi berat badan secara cepat ke berat badan sebelum hamil.

ii. Mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker payudara di masa pramenopause.

iii. Berpengaruh dalam mempercepat masa involusi uterus (involusi uterus merupakan proses kembalinya ukuran uterus saat hamil ke ukuran sebelum hamil).

2.7. Anatomi Payudara

Gambar 2.7. Anatomi Payudara (Tortora & Derrickson, 2009)

Menurut Tortora & Derrickson (2009), payudara terdiri dari: a. Nipple (puting susu).

b. Areola

Bagian payudara berwarna gelap disekitar puting. c. Suspensory ligaments of the breast (Cooper’s ligament)

Merupakan jaringan ikat yang mempertahankan struktur payudara. d. Sinus lactiferous

Tempat penyimpanan ASI yang terletak di areola. e. Lactiferous duct

Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari sinus lactiferous ke nipple. f. Mammary gland (kelenjar mamae)

Kelenjar mamae merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang menghasilkan air susu. Kelenjar mamae terdiri dari 15 sampai 20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan lemak. Di dalam setiap lobus terdapat

Dokumen terkait