• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Oleh :

Daniel

090100153

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :

Daniel

090100153

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Nama : Daniel

NIM : 090100153

Pembimbing Penguji I

dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK Dr. dr. Nelva Karmila Jusuf, Sp.KK(K)

NIP: 19530719 198003 2 001 NIP:

19670915 199702 2 001

Penguji II

dr. Zulkarnain Rangkuti, M.Si

NIP:

19520917 198112 1 001

Medan, Desember 2012

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan program pendidikan S1 fakultas kedokteran USU.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing penulisan karya tulis ilmiah, dr. Murniati Manik, M.Sc ,Sp.KK, yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai selesainya penelitian ini. Serta untuk dosen penguji yakni Dr. dr. Nelva Karmila Jusuf, Sp.KK(K) dan dr. Zulkarnain Rangkuti, M.Si yang telah member kritik dan saran bagi penelitian ini. Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada keluarga yang selalu mendukung dan memberikan semangat demi kelancaran pembuatan hasil penelitian ini. Kepada teman-teman yang telah membantu penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan terbaik kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.

Medan, Desember 2012

(5)

ABSTRAK

Latar Belakang: Air Susu Ibu (ASI) lebih baik daripada susu formula karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak,

World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif.

Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional study, data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 40 wanita usia produktif (15-49tahun) di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. Responden dipilih dengan metode consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” adalah sebanyak 10 orang, yang termasuk dalam kategori “cukup” adalah sebanyak 29 orang, dan yang termasuk dalam kategori “kurang” adalah sebanyak 1 orang. Sebagian besar responden pendidikan terakhirnya adalah SMA (50%) dan status kawinnya adalah kawin (65%).

Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif tergolong dalam kategori “cukup”.

(6)

ABSTRACT

Backgrounds: It is known that mother’s milk is better than formula milk because it contains high nutrition that is useful for child growth and development. To reduce child mortality and morbidity, World Health Organization (WHO), suggest that newborn baby must be breastfed for at least 6 months. Factors that inhibit the breastfeeding process are lack of knowledge and experience from the mother. The aim of this study is to understand the level of knowledge from women in productive ages about exclusive breastfeeding.

Methods: This is a descriptive research with cross-sectional approach. This study data is collected by distributing questionnaires to 40 women in productive ages (15-49years old) in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. The sample is chosen through consecutive sampling method.

Results: In conclusion, the knowledge of women in productive ages in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak about exclusive breastfeeding are 10 person in “good” category, 29 person in “average” category, and 1 person in “less” category. Most of the sample are High School graduate (50%) and Married (65%).

Conclusion: From this study, it can be concluded that the knowledge about exclusive breastfeeding from women in productive ages in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak is in average category.

(7)
(8)
(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1. Kesimpulan ... 37

6.2. Saran ... 38

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.7. Anatomi Payudara………. 13

3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Wanita

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas………..………. 25

5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Karakteristik Demografi Subjek Penelitian ……… 27

5.2. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Mengenai

ASI Eksklusif Berdasarkan Kuesioner…… ……… 28

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden

Tiap Pertanyaan Mengenai ASI Eksklusif …….…………. 29

5.4. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Cara Pemberian ASI……… 31

5.5. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Kandungan ASI……...…… 31

5.6. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Keuntungan Bayi yang

Mendapat ASI………...……… 32

5.7. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner tentang Keuntungan Ibu yang

Memberikan ASI……….. 32

5.8. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir………..………... 33

5.9. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan

(12)

DAFTAR SINGKATAN

AA : Arachnoid Acid

ASI : Air Susu Ibu

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik

DHA : Docosahexaenoic Acid

FSH : Folicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

IDHS : Indonesia Demographic and Health Survey

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

LH : Luteinizing Hormone

MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PIH : Prolactin Inhibiting Hormone

PRH : Prolactin Releasing Hormone

sIgA : Secretory IgA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Figur Persentasi Wanita yang Memberikan ASI Eksklusif Menurut Indonesia Demographic and Health Survey

(IDHS) ... 42

2. Lembar Penjelasan dan Informed Consent ... 43

3. Biodata Responden Penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 4. .... 46

Kuesioner Penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 5. Data Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52

... 47

6. Data Hasil Analisis ... 54

7. Daftar Riwayat Hidup ... 62

8. Surat Ethical Clearance ... 63

9. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 64

(14)

ABSTRAK

Latar Belakang: Air Susu Ibu (ASI) lebih baik daripada susu formula karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak,

World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif.

Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional study, data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 40 wanita usia produktif (15-49tahun) di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. Responden dipilih dengan metode consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” adalah sebanyak 10 orang, yang termasuk dalam kategori “cukup” adalah sebanyak 29 orang, dan yang termasuk dalam kategori “kurang” adalah sebanyak 1 orang. Sebagian besar responden pendidikan terakhirnya adalah SMA (50%) dan status kawinnya adalah kawin (65%).

Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif tergolong dalam kategori “cukup”.

(15)

ABSTRACT

Backgrounds: It is known that mother’s milk is better than formula milk because it contains high nutrition that is useful for child growth and development. To reduce child mortality and morbidity, World Health Organization (WHO), suggest that newborn baby must be breastfed for at least 6 months. Factors that inhibit the breastfeeding process are lack of knowledge and experience from the mother. The aim of this study is to understand the level of knowledge from women in productive ages about exclusive breastfeeding.

Methods: This is a descriptive research with cross-sectional approach. This study data is collected by distributing questionnaires to 40 women in productive ages (15-49years old) in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. The sample is chosen through consecutive sampling method.

Results: In conclusion, the knowledge of women in productive ages in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak about exclusive breastfeeding are 10 person in “good” category, 29 person in “average” category, and 1 person in “less” category. Most of the sample are High School graduate (50%) and Married (65%).

Conclusion: From this study, it can be concluded that the knowledge about exclusive breastfeeding from women in productive ages in Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak is in average category.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama air susu ibu (ASI) lebih baik daripada susu formula. Karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI juga meningkatkan imunitas anak yang berguna sebagai anti infeksi, anti alergi dan anti diare (Titi, et al., 2002).

Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia menganjurkan agar pemberian ASI eksklusif diganti dari empat bulan menjadi enam bulan (Ministry of Health, 2002).

Tetapi di Indonesia sekarang ini persentase wanita yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi-bayi mereka sudah mengalami penurunan dari 40% pada tahun 2002-2003 menjadi 32,4% pada tahun 2007 (Statistics Indonesia and Macro International, 2008). Alasan yang menjadi penyebab penurunan persentase ini bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula (Fikawati & Syafiq, 2010). Menurut Saputra (2011), alasan ibu tidak mau menyusui adalah bukan karena permasalahan ekonomi tetapi karena rasa kurang percaya diri, kekhawatiran bentuk payudara akan rusak akibat menyusui, pemberian susu formula dianggap jauh lebih praktis, dan terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat umum.

(17)

yang kurang. Faktor lain yang juga menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang cara pemberian ASI.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang kandungan ASI.

3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang keuntungan bayi yang mendapat ASI.

(18)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi Peneliti

Untuk pengembangan wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian.

2. Bagi Pendidikan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi dengan menggunakan pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, pembau, pengecap, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalui indra penglihatan dan indra pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam mendasari terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Menurut pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Rogers (1974) adalah sebagai berikut:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui tentang stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest (merasa tertarik), merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(20)

Sebaliknya, apabila perilaku baru tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku baru tesebut tidak akan berlangsung lama. Contohnya ibu-ibu yang baru melahirkan dihimbau oleh petugas kesehatan atau pemerintah untuk menjalani program ASI eksklusif, tetapi jika ibu-ibu tersebut tidak mengetahui makna dan tujuan dari program ASI eksklusif maka ibu-ibu tersebut tidak akan mau menjalani program ASI eksklusif setelah beberapa saat himbauan tersebut diterima.

Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif, terbagi atas 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu adalah suatu proses mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain: mendefinisikan, menyatakan, menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI eksklusif.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa bayi harus mendapatkan ASI eksklusif.

c. Aplikasi (Application)

(21)

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah demam berdarah disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau memberikan ASI eksklusif, dan sebagainya.

(22)

2.2. Wanita Usia Produktif 2.2.1. Definisi

Menurut BKKBN (2011), wanita usia produktif (wanita usia subur) adalah wanita yang berumur 15-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.

2.3. Definisi ASI Eksklusif

Menurut WHO (2012), ASI eksklusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.

2.4. Stadium ASI 2.4.1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dengan viskositas yang kental berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung antibodi dan sel-sel yang berperan dalam sistem imun, yang kemudian akan menuju ke aliran darah bayi melewati saluran pencernaan bayi yang belum sempurna dan membantu proses pengeluaran mekonium (feses bayi selama di kandungan) (Wardlaw, Hampl & Disilvestro, 2004).

Kolostrum dihasilkan selama 5 hari pertama pascapartus serta lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI matur. Protein utama pada ASI matur berbeda dengan protein utama pada kolostrum. Protein utama pada kolostrum adalah globulin (gamma globulin) (Nelson, Behrman, Kliegman & Arvin, 1996).

2.4.2. Air Susu Masa Peralihan (ASI Transisi)

(23)

protein akan menurun sedangkan kadar lemak dan karbohidrat akan meningkat (Nelson, Behrman, Kliegman & Arvin, 1996).

2.4.3. ASI Matur

ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara setelah 15 hari sampai 15 bulan pascapartum (Nelson, Behrman, Kliegman & Arvin, 1996). Selain itu, ASI matur memiliki kadar lemak yang tinggi dalam bentuk linoleic acid dan kolesterol, dimana diperlukan untuk perkembangan otak (Wardlaw, Hampl & Disilvestro, 2004). ASI matur terdiri dari dua jenis, yaitu

foremilk dan hindmilk.

Foremilk (susu awal) adalah ASI yang diproduksi pada awal proses menyusui dan terdapat di sepanjang duktus yang menghubungkan sel yang memproduksi susu dengan nipple (puting susu). Foremilk selalu tersedia untuk diberikan kepada bayi. Selain itu, foremilk juga mengandung banyak protein, berkadar air tinggi, namun kadar lemaknya rendah, dan mengandung lebih sedikit kalori daripada hindmilk. Jumlah air yang banyak dalam foremilk mampu memenuhi kebutuhan air bayi (Brown, 1998). Sedangkan hindmilk (susu akhir) adalah ASI yang diproduksi pada akhir proses menyusui. Hindmilk disimpan di dalam sel yang memproduksi susu. Tidak seperti foremilk, hindmilk tidak selalu tersedia secara otomatis untuk diberikan kepada bayi. Karena pelepasan hindmilk

dirangsang oleh oksitosin. Jumlah lemak yang tinggi dalam hindmilk akan memberikan banyak energi pada bayi, dan menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Brown, 1998).

2.5. Komposisi Gizi dalam ASI Matur 2.5.1. Protein

(24)

sedangkan pada susu sapi dan susu formula adalah 80 : 20 dan 82 : 18. Meskipun kedua susu tersebut sama-sama mengandung whey portein yang baik untuk pencernaan, tetapi whey protein pada ASI terdiri dari alpha-lactalbumin yang membantu sintesa laktosa, sedangkan pada susu sapi terdiri dari beta-lactoglobulin. Selain alpha-lactalbumin ASI juga mengandung 4 unsur penting yaitu serum albumin, lisozim, laktoferin, dan immunoglobulin (Sulistyawati, 2009).

2.5.2. Lemak

Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat di dalam saluran pencernaan bayi tetapi terdapat juga di dalam ASI. Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak essensial, docosahexaenoic acid (DHA) dan arachnoid acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester 1 kehamilan yang berperan sampai 1 tahun usia anak. Konsentrasi lemak meningkat dari 2,0 g/100ml pada kolostrum menjadi sekitar 4-4,5 g/ 100ml pada 14 hari pascapartus. Kadar lemak juga bervariasi pada saat baru menyusui (fore milk) menjadi 2-3 kali lebih tinggi pada akhir menyusui (hind milk) (Sulistyawati, 2009).

2.5.3. Vitamin

a. Vitamin yang larut dalam lemak.

(25)

b. Vitamin yang larut dalam air.

Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin) sangat dipengaruhi kadarnya oleh makanan ibu, namun untuk ibu yang dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen (Sulistyawati, 2009).

2.5.4. Zat Besi

Meskipun kandungan zat besi (0,5- 1,0 mg/liter) dalam ASI sedikit, tetapi bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI lebih mudah diserap (>70%) oleh bayi dibandingkan dengan zat besi dari susu sapi (30%) dan zat besi dari susu formula (10%) (Sulistyawati, 2009).

2.5.5. Zat Anti Infeksi

ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit diare, penyakit saluran cerna, dan penyakit saluran pernapasan atas. ASI mengandung enzim, Immunoglobulin, dan leukosit. Leukosit meskipun sedikit tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap bayi.

Immunoglobulin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon terhadap adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibodi). Ada 5 jenis immunoglobulin: IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG. Dari kelimanya, secrtory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan disimpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi ASI. Bayi baru lahir mempunyai cadangan IgA yang sedikit dan oleh sebab itu bayi baru lahir sangat memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi (Sulistyawati, 2009).

2.5.6. Laktoferin

(26)

patogenik seperti Eschericia Coli (E.Coli) dan Candida Albicans yang membutuhkan zat besi. Jadi, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan (Sulistyawati, 2009).

2.5.7. Faktor Bifidus

Faktor bifidus (methyl-N-acetyl D-glucosamine) adalah faktor spesifik yang merangsang pertumbuhan Lactobacillus bifidus. Faktor bifidus hanya terdapat di dalam ASI. Lactobacillus bifidus menghasilkan asam asetat dan asam laktat di dalam saluran cerna bayi, dimana akan menurunkan ph tinja bayi dan membuat suasana asam didalam saluran cerna bayi, yang hasilnya akan menghambat pertumbuhan bakteri patogen (seperti Shigela, Salmonela, dan

E.Coli) (Sardesai, 2012).

2.5.8. Lisozim

Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi, dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi daripada susu sapi (Sulistyawati, 2009).

2.5.9. Taurin

Taurin adalah asam amino yang terbanyak kedua dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berguna sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi. Oleh sebab itu, banyak susu formula bayi berusaha menambah taurin di dalam formulanya (Sulistyawati, 2009).

2.6. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Wardlaw, Hampl & Disilvestro (2004), manfaat pemberian ASI untuk bayi dan manfaat ibu memberi ASI adalah:

(27)

ii. Selalu mendapatkan ASI dalam keadaan segar dan siap diminum kapan saja.

iii. ASI menyediakan antibodi kepada bayi ketika sistem imunitas bayi masih belum sempurna, juga menyediakan substansi yang berguna untuk pematangan sistem imun bayi.

iv. ASI juga berperan dalam maturasi saluran cerna bayi melalui faktor Lactobacillus Bifidus dalam mengurangi insidensi diare dan penyakit saluran nafas.

v. ASI dapat mengurangi risiko alergi makanan, intoleransi makanan, dan beberapa alergi yang lain.

vi. ASI dapat membuat kebiasaan makan bayi dalam batas wajar dan akan mengurangi kemungkinan obesitas di masa mendatang sebesar 20%.

vii.ASI dapat mengurangi infeksi telinga.

viii.ASI juga berperan untuk perkembangan rahang dan gigi bayi untuk perkembangan berbicara bayi yang lebih baik.

ix. ASI dapat meningkatkan perkembangan sistem saraf (menyediakan DHA) untuk kemampuan proses belajar.

x. Dapat mengurangi risiko menderita hipertensi di masa mendatang.

b. Manfaat ibu yang memberikan ASI:

i. Berpotensi mengurangi berat badan secara cepat ke berat badan sebelum hamil.

ii. Mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker payudara di masa pramenopause.

(28)

2.7. Anatomi Payudara

Gambar 2.7. Anatomi Payudara (Tortora & Derrickson, 2009)

Menurut Tortora & Derrickson (2009), payudara terdiri dari: a. Nipple (puting susu).

b. Areola

Bagian payudara berwarna gelap disekitar puting. c. Suspensory ligaments of the breast (Cooper’s ligament)

Merupakan jaringan ikat yang mempertahankan struktur payudara. d. Sinus lactiferous

Tempat penyimpanan ASI yang terletak di areola. e. Lactiferous duct

Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari sinus lactiferous ke nipple. f. Mammary gland (kelenjar mamae)

(29)

g. Alveoli

Berbentuk seperti buah anggur dan dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika dirangsang oleh hormon prolaktin.

h. Myoepithelial

Otot yang mengelilingi alveoli. Jika dirangsang oleh hormon oksitosin maka sel myoepithelial akan berkontraksi dan mengakibatkan air susu mengalir dari alveoli ke secondary tubules lalu menuju ke mammary ducts kemudian ke sinus lactiferous untuk disimpan sebelum dikeluarkan menuju nipple melalui lactiferous ducts.

2.8. Fisiologi Laktasi

Laktasi merupakan proses sekresi dan ejeksi susu yang berasal dari kelenjar mamae. Hormon utama yang merangsang terjadinya sintesis dan sekresi susu adalah prolaktin. Prolaktin merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Meskipun kadar hormon prolaktin meningkat seiring dengan proses kehamilan, tidak ada air susu yang disekresi karena hormon progesteron menghambat efek prolaktin. Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron yang ada di darah ibu mengalami penurunan dan proses inhibisi hormon prolaktin sudah tidak ada. Stimulus utama dalam mempertahankan sekresi prolaktin dalam masa laktasi adalah dengan cara bayi menghisap puting susu sang Ibu. Proses menyusu merangsang reseptor regang di puting susu untuk mengirim impuls ke hipotalamus, impuls tersebut mengakibatkan penurunan

pelepasan prolactin inhibiting hormone (PIH) oleh hipotalamus dan

meningkatkan pelepasan prolactin releasing hormone (PRH), sehingga jumlah prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior bertambah.

(30)

mamae. Akibat dari kontraksi tersebut airsusu mengalir dari alveoli kelenjar mamae ke mammary ducts untuk dihisap oleh bayi. Proses ini disebut ejeksi air

susu (let-down reflex). Stimulus selain tindakan menyusu yang dapat

mengakibatkan pelepasan oksitosin dan ejeksi air susu adalah ketika ibu mendengar tangisan bayi atau mendapat rangsangan sentuh pada alat genital ibu. Tindakan menyusu yang mengakibatkan pelepasan oksitosin juga menghambat pelepasan PIH yang berakibat meningkatnya sekresi prolaktin yang mana diperlukan untuk mempertahankan proses laktasi.

Selama akhir masa kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan, kelenjar mamae mengsekresi cairan kelabu yang disebut kolostrum. Walaupun tidak memiliki kandungan nutrisi sebaik air susu matur, cairan tersebut mengandung laktosa dalam kadar lebih rendah dan tidak mengandung lemak; kolostrum cukup untuk kebutuhan bayi hingga air susu matur diproduksi pada hari ke4. Kolostrum dan air susu matur mengandung antibodi penting yang melindungi bayi dalam beberapa bulan awal ia dilahirkan.

Setelah melahirkan bayi, kadar prolaktin ibu kembali ke kadar sebelum hamil. Tetapi setiap kali ibu menyusui sang bayi, impuls saraf dari puting susu ke hipotalamus meningkatkan pelepasan PRH (dan menurunkan pelepasan PIH), yang mengakibatkan kenaikan sekresi prolaktin 10 kali lipat oleh hipofisis anterior yang berlangsung selama 1 jam. Prolaktin di kelenjar mamae berguna untuk menyediakan air susu untuk periode menyusui selanjutnya. Jika pengeluaran prolaktin dihambat oleh trauma atau penyakit, atau proses menyusui dihentikan, maka kelenjar mamae tidak dapat mensekresi susu selama beberapa hari. Walaupun sekresi air susu biasanya menurun dalam 7-9 bulan setelah melahirkan, proses tersebut bisa berlanjut hingga beberapa tahun jika menyusui dilanjutkan.

(31)

Penghambatan ovulasi selama laktasi dipercaya terjadi karena pada saat menyusui, puting susu mengirim impuls saraf ke hipotalamus untuk membentuk

neurotransmitter yang menghambat pelepasan gonadotropin releasing hormone

(GnRH). Sehingga produksi luteinizing hormone (LH) dan folicle stimulating hormone (FSH) menurun dan proses ovulasi terhambat (Tortora & Derrickson, 2009).

2.9. Cara Menyusui yang Benar

a. Posisi ibu dan bayi yang benar. i. Berbaring miring

Berbaring miring merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Posisi ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai pada teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh sebab itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui (Sulistyawati, 2009).

ii. Duduk

Untuk posisi menyusui dalam keadaan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan bayi yang paling nyaman (Sulistyawati, 2009).

Posisi menyusui yang baik perlu agar produksi ASI dapat keluar secara optimal (IDAI Cab.DKI Jakarta, 2008).

b. Langkah-langkah dalam pelekatan/menyusui yang benar (Sulistyawati, 2009):

i. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu

sebelum menyusui.

ii. Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu. iii. Hidung bayi dan puting susu ibu berhadapan.

(32)

dengan jari-jari tangan yang terentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi sehingga tangannya berada di sisi badan.

v. Pegang payudara dengan C Hold di belakang areola. C Hold

merupakan posisi dimana ibu jari berada diatas areola dan empat jari tangan yang sama berada di bawah areola.

vi. Kemudian sentuhkan puting susu ibu dengan lembut ke pipi atau bibir bayi untuk merangsang bayi untuk membuka mulut lebar-lebar (rooting reflect). Dagu bayi menempel pada payudara.

vii. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah bayi

menjulur.

viii. Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan puting susu ke atas

menyusuri langit-langit mulut bayi.

ix. Kemudian bayi mengulum puting susu dan sebagian besar dari

areola di dalam mulutnya. Bila diposisikan dengan benar maka ujung puting susu dan payudara serta sinus lactiferous sekarang berada di dalam rongga mulut bayi.

x. Puting susu akan masuk sampai bersentuhan dengan palatum mole. Sentuhan ini akan merangsang refleks penghisapan. xi. Rahang bawah bayi menutup jaringan payudara, penghisapan

akan terjadi, dan puting susu ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari

duktus lactiferous.

(33)

xiii. Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri (menunjukkan bayi menyusu dengan puas). Usahakan menyusui dengan kedua payudara secara bergantian.

2.10. Penyimpanan ASI

Penyimpanan ASI dapat dilakukan selama:

a. 4-8 jam dalam temperatur ruangan (19°-25° C), bila kolostrum masih bertahan selama 12 jam.

b. 1-8 hari di lemari es (0°-4° C).

c. 2 minggu sampai 4 bulan di freezer lemari es. d. 4 bulan dalam peti freezer.

e. ASI tidak boleh dipanaskan atau dimasak, hanya dihangatkan dengan cara merendam gelas berisi ASI ke dalam air hangat (Sulistyawati, 2009).

2.11. Tanda Bayi Cukup ASI

Tanda bayi cukup ASI sebagai berikut:

a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda.

b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”.

c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam.

d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui. e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai

menyusu.

(34)

2.12. Faktor-Faktor yang dapat Menghambat Proses Menyusui

Ibu-ibu sering tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini, karena berbagai alasan dan kendala. Beberapa alasan dan kendala ibu untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif, yaitu:

a. Sindrom ASI kurang.

b. Ibu kurang memahami teknik menyusui yang benar, misalnya

bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar secara optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya. Untuk mengurangi jumlah ibu yang belum memahami tata cara laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu, maka ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan perisapan pemberian ASI eksklusif.

c. Ibu yang bekerja.

d. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi). e. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui.

f. Kelainan pada payudara ibu, seperti puting ibu terbenam, puting susu ibu lecet, payudara bengkak, dan abses payudara (mastitis).

g. Kelainan pada bayi, seperti bayi dalam keadaan sakit dan abnormalitas bayi (kelainan saluran mulut, kelainan saluran napas, atau lahir tidak cukup bulan).

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diatur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Pengetahuan

Wanita ASI Eksklusif

Usia Produktif

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang ASI Eksklusif.

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. ASI Eksklusif

(36)

3.2.2. Pengetahuan Wanita Usia Produktif

• Pada penelitian ini, pengetahuan wanita pada usia produktif

didefinisikan sebagai pengetahuan wanita dengan usia 15-49 tahun (usia produktif) tentang ASI eksklusif seperti definisi ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan lain-lain.

• Cara ukur: Wawancara.

• Alat ukur: Kuesioner sebanyak 20 pertanyaan.

Setiap pertanyaan terdiri dari tiga pilihan jawaban: - Jawaban pertanyaan yang paling benar diberi skor 2. - Jawaban pertanyaan yang benar diberi skor 1. - Jawaban pertanyaan yang salah diberi skor 0.

• Hasil ukur: Kategori pengukuran pengetahuan dengan kuesioner

penelitian ini yaitu:

- Baik : Apabila responden menjawab pertanyaan

dengan total skor 28-40 (70%-100%).

- Cukup : Apabila responden menjawab pertanyaan

dengan total skor 16-27 (40%-67.5%).

- Kurang : Apabila responden menjawab pertanyaan dengan total skor ≤15 (≤37.5%).

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian gambaran pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu. Cross sectional adalah melakukan penelitian dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat tertentu (Notoatmodjo, 2010).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada semester 7, yaitu antara bulan Agustus s.d. September 2012.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

(38)

4.3.2. Sampel Penelitian

Perkiraan besar sampel minimal untuk penelitian ini diambil berdasarkan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2007):

N . Z2 1-α/2

P = Harga proporsi di populasi

= Nilai distribusi normal baku pada α tertentu

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

N = Jumlah di populasi

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel sebesar 40 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik consecutive sampling. Untuk menjadi sampel pada penelitian ini, individu dalam populasi harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu:

• Kriteria inklusi:

(39)

• Kriteria eksklusi:

- Wanita usia < 15 tahun - Wanita usia > 49 tahun

Semua objek yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Consecutive sampling merupakan jenis nonprobability sampling yang paling baik dan sering digunakan karena mudah diterapkan (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang akan diukur. Sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder penelitian ini adalah data yang didapat dari kantor Kepala Desa Sei Baharu mengenai jumlah wanita usia produktif (15-49 tahun) di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

(40)

Tabel: 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

2 0.552 Valid Reliabel

3 0.729 Valid Reliabel

4 0.490 Valid Reliabel

5 0.460 Valid Reliabel

6 0.604 Valid Reliabel

7 0.541 Valid Reliabel

8 0.519 Valid Reliabel

9 0.705 Valid Reliabel

10 0.505 Valid Reliabel

11 0.464 Valid Reliabel

12 0.475 Valid Reliabel

13 0.495 Valid Reliabel

14 0.534 Valid Reliabel

15 0.459 Valid Reliabel

16 0.537 Valid Reliabel

17 0.524 Valid Reliabel

18 0.516 Valid Reliabel

19 0.517 Valid Reliabel

(41)

4.6. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama

editing, yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi dengan lengkap. Tahap kedua

(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak. Desa Sei Baharu mempunyai 5 Dusun. Kecamatan Hamparan perak mempunyai 6 Kelurahan dan 14 Desa. Kecamatan Hamparan perak adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

5.1.2. Deksripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 40 orang responden yang merupakan penduduk Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang dan memenuhi kriteria inklusi. Dari keseluruhan responden karakteristik yang diamati adalah status kawin dan pendidikan terakhir.

(43)

Berdasarkan Tabel 5.1., terlihat bahwa responden didominasi oleh kelompok status kawin sebanyak 26 orang (65%) dan pendidikan terakhir SMA sebanyak 20 orang (50%).

5.1.3. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Berdasarkan Kuesioner

Responden yang ikut serta dan memenuhi kriteria inklusi diberi kuesioner yang sudah diuji validasi yang terdiri dari 20 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri dari 3 pilihan jawaban. Pilihan jawaban yang paling benar diberi nilai 2, pilihan jawaban yang benar diberi nilai 1, dan pilihan jawaban yang salah diberi nilai 0. Total nilai kuesioner tersebut adalah 40. Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif dikatakan baik apabila total nilai kuesioner responden 28-40 (70%-100%), dikatakan cukup apabila total nilai kuesioner responden 16-27 (40%-67.5%), dan dikatakan kurang apabila total nilai kuesioner responden ≤15 (≤37.5%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel: 5.2. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Berdasarkan Kuesioner

Karakteristik

(44)

Gambaran pengetahuan responden tentang ASI eksklusif dinilai dari pilihan jawaban-jawaban responden terhadap 20 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel: 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif

Jawaban Responden

No Pertanyaan Paling

Benar

Benar Salah

n % n % n %

1 ASI eksklusif adalah: 17 42.5 10 25 13 32.5

2 Bayi diberikan ASI eksklusif pada

umur:

31 77.5 7 17.5 2 5

3 Biasanya dalam sehari bayi menyusui sebanyak:

6 15 11 27.5 23 57.5

4 Warna dan kekentalan ASI saat

pertama kali keluar adalah:

15 37.5 11 27.5 14 35

5 Kolostrum (ASI yang pertama kali

keluar) keluar dari hari pertama melahirkan sampai:

15 37.5 17 42.5 8 20

6 ASI pertama (Kolostrum) harus

diberikan kepada bayi karena:

18 45 19 47.5 3 7.5

7 ASI transisi (ASI masa peralihan)

adalah:

11 27.5 20 50 9 22.5

8 ASI matur adalah: 10 25 23 57.5 7 17.5

9 ASI matur keluar dari hari ke-15

sampai bulan ke:

13 32.5 12 30 15 37.5

10 Kelebihan kandungan ASI dibandingkan dengan susu formula adalah:

(45)

11 Bayi diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah bayi berumur:

27 67.5 2 5 11 27.5

12 Risiko pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan akan mengakibatkan bayi menjadi:

19 47.5 12 30 9 22.5

13 Keuntungan dari bayi yang mendapat ASI adalah:

21 52.5 19 47.5 0 0

14 Keuntungan dari ibu yang memberikan ASI adalah:

6 15 27 67.5 7 17.5

15 Langkah awal yang benar sebelum melakukan perlekatan atau menyusui adalah:

31 77.5 9 22.5 0 0

16 Posisi mulut bayi yang benar saat menyusui adalah:

24 60 16 40 0 0

17 Cara yang benar untuk menghentikan proses menyusui adalah:

12 30 5 12.5 23 57.5

18 ASI dapat bertahan dalam suhu ruangan selama:

6 15 16 40 18 45

19 Bayi cukup ASI jika bayi: 19 47.5 20 50 1 2.5

20 Manfaat pemberian ASI eksklusif dalam KB adalah:

7 17.5 27 67.5 6 15

(46)

responden (15%).

Dapat dilihat juga jumlah responden yang paling banyak menjawab pilihan jawaban kuesioner yang salah ada 2 pertanyaan yaitu “Biasanya dalam sehari bayi menyusui sebanyak:” (pertanyaan nomor 3) dan “Cara yang benar untuk menghentikan proses menyusui adalah:” (pertanyaan nomor 17) sebanyak 23 responden (57.5%).

Tabel: 5.4. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner tentang Cara Pemberian ASI

Jawaban Responden

No Pertanyaan Paling

Benar

Benar Salah

n % n % n %

15 Langkah awal yang benar sebelum melakukan perlekatan atau menyusui

adalah:

31 77.5 9 22.5 0 0

Berdasarkan Tabel 5.4., dapat dilihat bahwa jumlah responden paling banyak menjawab pilihan jawaban paling benar sebanyak 31 orang (77.5%), maka pengetahuan responden tentang cara pemberian ASI termasuk dalam kategori “baik”.

Tabel: 5.5. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner tentang Kandungan ASI

Jawaban Responden

No Pertanyaan Paling

Benar

Benar Salah

n % n % n %

10 Kelebihan kandungan ASI

dibandingkan dengan susu formula adalah:

(47)

Berdasarkan Tabel 5.5., dapat dilihat bahwa jumlah responden paling banyak menjawab pilihan jawaban paling benar sebanyak 29 orang (72.5%), maka pengetahuan responden tentang kandungan ASI termasuk dalam kategori “baik”.

Tabel: 5.6. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner tentang Keuntungan Bayi yang Mendapat ASI

Jawaban Responden

No Pertanyaan Paling

Benar

Benar Salah

n % n % n %

13 Keuntungan dari bayi yang mendapat ASI adalah:

21 52.5 19 47.5 0 0

Berdasarkan Tabel 5.6., dapat dilihat bahwa jumlah responden paling banyak menjawab pilihan jawaban paling benar sebanyak 21 orang (52.5%), maka pengetahuan responden tentang keuntungan bayi yang mendapat ASI termasuk dalam kategori “baik”.

Tabel: 5.7. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner tentang Keuntungan Ibu yang Memberikan ASI

Jawaban Responden

No Pertanyaan Paling

Benar

Benar Salah

n % n % n %

14 Keuntungan dari ibu yang

memberikan ASI adalah:

6 15 27 67.5 7 17.5

(48)

5.1.4. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

a. Pendidikan Terakhir

Tabel: 5.8. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir

Pengetahuan Responden Jumlah

Baik Cukup Kurang

N % n % n %

SD 2 20 6 20.7 0 0 8

SMP 1 10 9 31 1 100 11

SMA 7 70 13 44.8 0 0 20

Diploma 0 0 1 3.4 0 0 1

Total 10 29 1 40

(49)

b. Status Kawin

Tabel: 5.9. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Status Kawin

Status Kawin

Pengetahuan Responden Jumlah

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan Tabel 5.9., karakteristik berdasarkan status kawin dibagi atas dua kategorik yaitu kawin dan belum kawin. Hasil penelitian terlihat bahwa pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” terbanyak pada kelompok kawin sebanyak 7 orang (70%), pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “cukup” terbanyak pada kelompok kawin 18 orang (62,1%), dan pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “kurang” terbanyak pada kelompok kawin 1 orang (100%).

5.2.Pembahasan

5.2.1. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Berdasarkan Kuesioner

(50)

16-27 (40%-67.5%) yang berarti pengetahuan responden tentang ASI eksklusif termasuk dalam kategori “cukup”, dan sebanyak 1 orang (2.5%) memiliki total skor kuesioner ≤15 (≤37.5%) yang ber arti pengetahuan responden tentang ASI eksklusif termasuk dalam kategori “kurang”. Jadi, pengetahuan wanita usia pada produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang ASI eksklusif tergolong dalam kategori “cukup”.

5.2.2. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

a. Pendidikan Terakhir

Berdasarkan Tabel 5.8. terlihat bahwa pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” terdapat pada kelompok SMA sebanyak 7 orang (70%), pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “cukup” terdapat pada kelompok SMA sebanyak 13 orang (44.8%), dan pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “kurang” terdapat pada kelompok SMP sebanyak 1 orang (100%). Meskipun responden pada penelitian ini ada yang tingkat pendidikan terakhirnya diploma tetapi pengetahuannya tentang ASI eksklusif hanya termasuk dalam kategori “cukup” oleh karena tingginya tingkat pendidikan terakhir seseorang tidak akan menjamin seseorang itu akan mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif yang lebih baik (Sriningsih, 2011). Akan tetapi pada penelitian ini tidak dapat menunjukkan secara signifikan bahwa tingginya tingkat pendidikan terakhir seseorang tidak akan menjamin pengetahuannya tentang ASI eksklusif yang lebih baik, oleh karena jumlah responden antar kelompok pendidikan terakhir pada penelitian ini jumlahnya tidak seimbang.

(51)

b. Status Kawin

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak yang termasuk dalam kategori “baik” sebanyak 10 orang (25%), yang termasuk dalam kategori “cukup” sebanyak 29 orang (72.5%), yang termasuk dalam kategori “kurang” sebanyak 1 orang (2.5%).

2. Berdasarkan hasil penelitian ini pengetahuan wanita pada usia produktif tentang ASI eksklusif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak terbanyak dalam kategori “cukup”.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang cara pemberian ASI, kandungan ASI, keuntungan bayi yang mendapat ASI terbanyak dalam kategori “baik”. Sedangkan pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak tentang keuntungan ibu yang memberikan ASI terbanyak dalam kategori “cukup”.

4. Berdasarkan pendidikan terakhir responden yang mempunyai

pengetahuan tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” adalah yang pendidikan terakhirnya SMA sebanyak 7 orang (70%).

5. Berdasarkan status kawin responden yang mempunyai pengetahuan

tentang ASI eksklusif yang termasuk dalam kategori “baik” adalah yang berstatus kawin sebanyak 7 orang (70%).

(53)

6.2.Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat pengetahuan wanita pada usia produktif di Dusun III, Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak mengenai ASI eksklusif masih tergolong dalam kategori “cukup”. Oleh karena itu, pemerintah dan tenaga kesehatan perlu melakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif kepada wanita pada usia produktif melalui media elektronik seperti televisi dan radio atau media cetak seperti majalah dan koran secara berkesinambungan.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistik.

Brown, J.E., 1998. Nutrition and Pregnancy : a Complete Guide from

Preconception to Postdelivery. Illinois: NTC / Contemporary Publishing Group, Inc.

Fikawati, S. and Syafiq, A., 2009. Praktik Pemberian ASI Eksklusif, Penyebab- Penyebab Keberhasilan dan Kegagalannya, Jurnal Kesmas Nasional, 4(3), pp.120-131.

Fikawati, S. and Syafiq, A., 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Ekslusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia, Makara, Kesehatan, 14(1), Juni 2010, pp. 17-24.

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jakarta, 2008. Bedah ASI – Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ministry of Health (MOH) [Indonesia], 2002. Balanced Nutrition for Under Five Healthy Living Children. Jakarta, Indonesia: MOH.

Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, R. and Arvin, A.M., 1996. Nelson Textbook of Pediatrics. 15th ed. Philadelphia,Pennsylvania: W.B. Saunders Company.

(55)

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Saputra, S., 2011. Bayi Surakarta Minim Minum ASI, Jurnal Nasional, 8 October 2011, pp.9.

Sardesai, V.M., 2012. Introduction to Clinical Nutrition. 3rd ed. Florida: CRC Press.

Sastroasmoro, S. and Ismael, S., 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sriningsih, I., 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif, Jurnal Kesehatan Masyarakat , 6(2), Januari 2011, pp. 100-106

Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik—BPS) and Macro International, 2008. Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Calverton, Maryland, USA: BPS and Macro International.

Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta: Andi.

Titi, S., Sekartini, R., Soedjatmiko, Gunardi, H., and Wawolumaya, C., 2002. Knowledge and Behavior of Mothers About the Way of Suckling Their Babies, Paediatrica Indonesiana, 42(9-10), September – October, pp.201-204.

(56)

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Wardlaw, G.M., Hampl, J.S. and Disilvestro, R.A., 2004. Perspectives in Nutrition. 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

World Health Organization, 2005. Guiding Principles on Feeding

Nonbreastfed Children 6 to 24 Months of Age. Geneva: World Health Organization.

World Health Organization, 2012. Exclusive Breastfeeding, Geneva: World

Health Organization. Available from:

(57)

LAMPIRAN

(58)

Lampiran 2: Lembar Penjelasan dan Informed Consent.

LEMBAR PENJELASAN

Salam Sejahtera,

Saya, Daniel, mahasiswa semester VI dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) tahun masuk 2009, saat ini sedang melakukan penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran USU. Penelitian saya berjudul “Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif”.

ASI ekslusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.

ASI lebih baik daripada susu formula karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, serta dapat meningkatkan imunitas anak yang berguna sebagai anti infeksi, anti alergi dan anti diare. Jadi, Pemberian ASI itu penting untuk bayi.

Untuk mendapatkan data penelitian ini, saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Data-data yang didapatkan hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan tidak akan disebar untuk tujuan lain.

(59)

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Ibu untuk mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan. Atas partisipasi dan kesediaan Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2012

Peneliti,

(60)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan terperinci dan jelas mengenai penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang ASI Eksklusif dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya memahami penjelasan secara lengkap, serta secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bahwa saya ikut dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2012

Peneliti, Peserta Penelitian,

(61)

Lampiran3: Biodata Responden Penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.

BIODATA RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur : tahun.

3. Alamat :

4. Pendidikan Terakhir : -Tidak Bersekolah - SD

- SMP - SMA - Diploma - Sarjana

5. Status Kawin : Kawin / Belum Kawin

6. Pilih satu sumber yang paling banyak memberikan informasi tentang ASI eksklusif kepada anda :

a. Radio

b. Televisi

c. Majalah

d. Surat Kabar

e. Internet

(62)

Lampiran 4: Kuesioner Penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.

KUESIONER

1. ASI eksklusif adalah

a. Pemberian ASI tanpa minuman tambahan lain pada bayi.

b. Pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi.

c. Pemberian ASI pada bayi dengan diberikan makanan dan minuman tambahan lain.

2. Bayi diberikan ASI eksklusif pada umur a. 0-4 bulan

b. 0-6 bulan c. 2-6 bulan

3. Biasanya dalam sehari bayi menyusui sebanyak a. Terserah kemauan ibu si bayi.

b. 8-10 kali. c. 10 -12 kali.

4. Warna dan kekentalan ASI saat pertama kali keluar (kolostrum) adalah a. Berwarna seperti air putih dan encer.

(63)

5. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) keluar dari hari pertama melahirkan sampai

a. Hari kedua setelah melahirkan. b. Hari kelima setelah melahirkan. c. 6 bulan setelah melahirkan.

6. ASI pertama (kolostrum) harus diberikan kepada bayi karena

a. Kolostrum mengandung antibodi dan zat yang dapat membantu proses pengeluaran mekonium (tinja bayi selama di kandungan). b. Kandungan kolostrum sama dengan susu formula.

c. Kolostrum mengandung nutrisi yang berguna untuk bayi.

7. ASI transisi (ASI masa peralihan) adalah

a. ASI yang keluar setelah ASI pertama (kolostrum). b. ASI yang keluar pada hari keenam setelah melahirkan. c. ASI yang keluar dari hari pertama melahirkan.

8. ASI matur adalah

a. ASI yang keluar setelah ASI transisi (ASI masa peralihan). b. ASI yang keluar pada hari ke-15 setelah melahirkan. c. ASI yang keluar setelah ASI pertama (kolostrum).

9. ASI matur keluar dari hari ke-15 sampai bulan ke a. 4 setelah melahirkan.

(64)

10.Kelebihan kandungan ASI dibandingkan dengan susu formula adalah a. ASI mengandung nutrisi yang tinggi dan meningkatkan pertahanan

tubuh agar bayi tidak gampang sakit.

b. ASI mengandung nutrisi yang tinggi untuk bayi. c. Bayi menjadi gampang sakit.

11.Bayi diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah bayi berumur a. 6 bulan.

b. 2 bulan. c. 7 bulan.

12.Risiko pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan akan

mengakibatkan bayi menjadi a. Malas menyusu.

b. Malas menyusu, mencret, dan alergi.

c. Rajin menyusu, tidak mencret dan tidak alergi.

13.Keuntungan dari bayi yang mendapat ASI adalah

a. Bayi menjadi tidak gampang sakit, berkurangnya risiko bayi untuk mengalami obesitas (kegemukan) dan hipertensi (darah tinggi) di masa mendatang.

b. Bayi menjadi tidak gampang sakit. c. Bayi menjadi gampang sakit.

14.Keuntungan dari ibu yang memberikan ASI adalah

a. Berat badan dan ukuran rahim ibu secara cepat kembali keadaan sebelum hamil.

b. Berat badan ibu secara cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

(65)

15.Langkah awal yang benar sebelum melakukan perlekatan atau menyusui adalah

a. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu sebelum menyusui.

b. Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu. c. Badan bayi membelakangi ibu.

16.Posisi mulut bayi yang benar saat menyusui adalah

a. Puting susu dan sebagian besar dari areola (bagian payudara yang berwarna gelap disekitar puting susu) ibu berada didalam mulut bayi.

b. Puting susu ibu berada didalam mulut bayi. c. Puting susu ibu tidak berada didalam mulut bayi.

17.Cara yang benar untuk menghentikan proses menyusui adalah

a. Memasukkan kelingking kedalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut bayi.

b. Memasukkan kelingking kedalam mulut bayi. c. Menjauhkan mulut bayi dari puting susu ibu.

18.ASI dapat bertahan dalam suhu ruangan selama a. 4-8 jam.

b. 24 jam. c. 4-6 jam.

19.Bayi cukup ASI jika bayi

a. Bertambah berat badannya dan bayi sering buang air besar

(66)
(67)

Lampiran5: Output Uji Validitas dan Reliabilitas

(68)

II. Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(69)

Lampiran6: Data Hasil Analisis

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden

Statistics

Pendidikan

Terakhir Status Kawin

N Valid 40 40

Missing 0 0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 8 20.0 20.0 20.0

SMP 11 27.5 27.5 47.5

SMA 20 50.0 50.0 97.5

Diploma 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Status Kawin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kawin 26 65.0 65.0 65.0

Belum Kawin 14 35.0 35.0 100.0

(70)

2.Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tiap Pertanyaan Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(71)

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(72)

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(73)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(74)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(75)

Frequency Percent Valid Percent

*Keterangan: 0 = skor untuk jawaban salah 1 = skor untuk jawaban benar 2 = skor untuk jawaban paling benar

3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif

Pengetahuan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

4. Crosstabs Pendidikan Terakhir Responden dengan Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif

(76)

Pendidikan Terakhir * Pengetahuan Responden Crosstabulation

5. Crosstabs Status Kawin Responden dengan Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Status Kawin * Pengetahuan

Responden

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Status Kawin * Pengetahuan Responden Crosstabulation

(77)
(78)
(79)

Gambar

Gambar 2.7. Anatomi Payudara (Tortora & Derrickson, 2009)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia
Tabel: 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Subjek Penelitian
Tabel: 5.2. Distribusi Angka Pengetahuan Responden Mengenai ASI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan berbagai level bawang putih nugget dangke dilihat dari nilai TBA (thiobarbiturie acid), aroma dan

[r]

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan vernalisasi pada stadia perkembangan umbi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap karakter bobot awal

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kematangan buah mentimun berbasis citra digital menggunakan algoritma jaringan syaraf tiruan backpropagation berdasarkan tekstur

(PBL) didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal terdapat 28 siswa yang belum tuntas dan 12 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan minimal (KKM) ≥

22 Untuk itulah klausula mengenai kerahasiaan tersebut dicantumkan, para pihak dalam perjanjian waralaba ( franchise ) tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga agar informasi

Salah satu jaminan yang harus dipenuhi perusahaan kepada customer adalah pengiriman produk sesuai dengan permintaan customer secara tepat waktu dan efisien.Sehingga

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesuksesan perusahaan obyek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat