BAB II TINJAUAN UMUM TRANSAKSI FINANSIAL TEKNOLOGI
A. Kerangka Teori Dan Konsep
2. Kerangka Konsep
a. Teori Peer to Peer Lending (P2P)
Kegiatan Fintech yang semakin berkembang pesat disebabkan olek perubahan pola pikir konsumen yang menginginkan akses keuangan yang mudah dan simple serta mampu memenuhi kebutuhan individual.14
12 Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Gaya Media Pratama (Jakarta: 2007), h. 9
13 Nurhalis, Perlindungan Konusmen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Jurnal IUS, Vol. III, Nomor 9, h.529
14 Miswan Ansori, “Perkembangan dan Dampak Financial Technology (Fintech) Terhadap Industri Keuangan Syariah di Jawa Tengah” Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1.5 ( April, 2019 )
Terdapat dua pendekatan menuju konsep Peer to Peer Lending (P2P
Lending), yakni sebagai Pemberi Pembiayaan (funder) atau sebagai
Penerima Pembiayaan (beneficiary).
Namun, sebagai apapun dalam hal Peer to Peer Lending (P2P Lending), kedua peran tersebut akan memberikan manfaat tersendiri dalam hal finansial.
Peer to Peer Lending atau biasa disingkat P2P Lending merupakan
praktik atau metode memberikan pinjaman uang kepada individu atau badan usaha dan juga sebaliknya mengajukan pinjaman uang untuk keperluan individu atau untuk kegiatan bisnis usaha15, atau sebuah media dimana perusahaan penyelenggara jasa keuangan yang akan menyatukan atau mempertemukan secara langsung seorang peminjam dengan pemberi dana melalui sistem teknologi informasi.16
Platform Peer to Peer Lending (P2P Lending) ada di dalam konteks
intermediasi keuangan, hal ini dikarenakan peran mereka sebagai perantara antara dua individu yang memakai situs maupun memakai aplikasi sebagai Pemberi Pembiayaan dan Penerima Pembiayaan, singkat kata situs maupun aplikasi Peer to peer lending memfasilitasi hubungan diantara kedua individu pemakai platform peer to peer lending.
Kegiatan usaha peer to peer lending di Indonesia diatur dalam pasal 5 bagian kedua Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77 Tahun 2016 tentang layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi yang berbunyi: “Penyelenggara meneyediakan, mengelola, dan mengoperasikan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dari Pihak Pemberi Pembiayaan kepada pihak Penerima
15 Walter P, Apa itu Peer to Peer Lending (P2P
Lending)?,https://koinworks.com/blog/ketahui-tentang-peer-peer-lending/, (Koinworks).
16 Paskalia, Apa itu Peer to Peer Lending? Pengertian, syarat dan Keuntungan
Investasinya, https://www.modalrakyat.id/blog/apa-itu-peer-to-peer-lending-pengertian-syarat-dan-keuntungan-investasinya, (diakses pada 17 Juli 2019)
Pembiayaan yang sumber dananya berasal dari pihak Penerima Pembiayaan”. Berikut adalah cara kerja peer to peer lending:17
1) Proses bagi Penerima Pembiayaan
Setelah melakukan registrasi, Penerima Pembiayaan akan mengajukan proposal Pembiayaan. Penyelenggara peer to peer lending kemudian akan menganalisis nilai kredit, sejarah pembiayaan, jumlah pendapatan calon Penerima Pembiayaan, untuk menentukan besaran bunga pembiayaan dan skor calon Penerima Pembiayaan.
2) Proses bagi Pemberi Pembiayaan
Pemberi Pembiayaan akan memberikan informasi data diri pribadi kepada penyelenggara P2P Lending seperti Nama, Nomor KTP, Nomor Rekening, Nomor Handphone dan seterusnya. Setelah proses registrasi Pemberi Pembiayaan dapat melihat profil Penerima Pembiayaan dan memutuskan kepada siapa pembiayaan akan diberikan.
3) Proses bagi Penyelenggara peer to peer lending
Penyelenggara peer to peer lending sebagai badan usaha di Indonesia akan mengelola data diri pribadi dari Pemberi Pembiayaan dan mengelola dana dari Pemberi Pembiayaan merangkap data diri Pemberi Pembiayaan. Penyelenggara juga melakukan analisis kredit kepada Penerima Pembiayaan.
b. Perkembangan Fintek P2P Lending
Inovasi keuangan tidak lagi terbatas dengan institusi yang sudah ada. Sektor keuangan terus menyaksikan banyak inovasi dan kemajuan teknologi yang impresif seperti teknologi tanpa kabel.
17 Adi Setiadi Saputra, Perlindungan Terhadap Pemberi Pembiayaan selaku Konsumen dan Tanggung Jawab Penyelenggara peer to peer lending dalam kegiatan peer to peer lending di Indonesia, VeJ Volume 5, Nomor 1, 2018, h. 243
Namun para inovator sekarang jarang berasal dari bank, tetapi justru mereka berasal dari indutri keuangan fintek.18
Penyebab fintek semakin berkembang adalah perubahan pola pikir konsumen, dimana generasi milenial sekarang ini lebih menginginkan akses yang bersifat personal dan memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan finansial. Kemajuan dunia digital dan penggunaan smartphone juga menjadi penyebab berkembangnya fintek. Kemudian perubahan tren yang sangat cepat dan penawaran produk fintek yang lebih menguntungkan dan mudah diakses. Jenis fintek yang banyak diminati nasabah ialah P2P Lending, dimana dengan jenis fintek ini nasabah bisa dengan mudah meminjam uang untuk keperluan bisnis tanpa harus ke kantor bank, cukup dengan menggunakan smartphone atau komputer nasabah bisa mendapatkan dana yang dibutuhkan. Syarat yang harus dipenuhi juga cukup mudah dibandingkan dengan syarat – syarat yang harus diajukan ketika ingin meminjam dank ke Bank. 19
Tantangan perkembangan fintek dijawab oleh Bank Indonesia (BI) dengan mendirikan Fintech Office. Bagian ini didirikan sebagai pusat pengembangan fintek di Indonesia. Tugasnya adalah menjadi katalisator dan fasilitator pertukaran ide inovatif pengembangan adanya fintek di Indonesia. Tak hanya itu saja tugasnya juga sebagai pemberi informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan bisnis yang ada. Memantau dan memetakan potensi dari adanya bisnis dan produk yang ditawarkan merupakan tugas dari bagian ini juga. Yang tidak kalah penting dan utama sebagai lembaga yang mendorong adanya harmonisasi regulasi lintas antar lembaga yang ada.20
18 Iswi Hariyani dan Cita Yustisia Serfiyani, “Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Jasa PM – Tekfin, h. 348.
19 Miswan Ansori, “Perkembangan dan Dampak Financial Technology (Fintech) Terhadap Industri Keuangan Syariah di Jawa Tengah”, h. 41.
20 Bank Indonesia Fintech Office, “Financial Technology: Perkembanagn dan Respon Kebiajakan Bank Indonesia, dikutip dari : www.jababekaictexpo.com., 09 April 2019.
Teknologi informasi dan komunikasi telah banyak berkembang dalam satu decade terakhir. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dapat dilihat bahwa evolusi teknologi selalu mendapat perhatian dari para pelaku industry global. Persaingan untuk mengembangkan sebuah teknologi baru menjadi prioritas utama dalam mendapatkan pangsa pasar secara global. Dampaknya pun sangat terasa dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, uang yang berbentuk fisik menjadi tidak lagi aman dalam melakukan transaksi, terjadinya pencurian maupun perampokan serta pemalsuan uang menjadi pemicu terjadinya evolusi. Alat tukar uang secara fisik tidak lagi dianggap efisien, mengingat masa dan volume dari uang fisik menjadi salah satu tantangan yang harus diselesaikan. Munculnya
e-money menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kemanan dari
penggunaan uang sebagai alat tukar menukar.
Munculnya fintek merupakan fenomena yang tak dapat terhindarkan dan pertumbuhannya tak terbendung. Bank dan Fintek sama – sama memiliki misi untuk memberi pengalaman terbaik pada nasabah dan oleh karenanya saling melengkapi. Sinergi Bank dan Fintek akan memastikan berkurangnya blind spots dari masing – masing layanan sebagi hasil dari perpaduan kekuatan masing – masing pihak.
Selama ini Usaha Kecil Menengah (UKM) atau start-up bisa mendapatkan modal pinjaman dari bank. Namun, pinjaman ke bank biasanya memiliki bunga yang cukup tinggi dan sering kali memberatkan pelaku usaha.
Dengan adanya fintek sejenis p2p lending, pelaku UMKM dengan mudah mendapatkan pinjaman dari para Pemberi Pembiayaan, bunga yang dibebankan juga relatif lebih rendah dari pada bunga bank konvensional. Selain itu, kemudahan akses yang diberikan dan juga regulasi yang diawasi langsung oleh pemerintah pada teknologi
finansial membuat pinjaman yang dilakukan mudah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Beberapa bulan terakhir industri perekonomian global khususnya di Indonesia dibuat kualahan akibat adanya virus covid-19 meskipun perusahaann fintek terbilang paling siap, namun bisnis inipun masih menghadapi kesulitan pada berbagai aspek. Dampak virus corona pada sektor teknologi finansial atau fintek tengah dirasakan oleh seluruh negara.
Menurut para ahli, pandemi virus corona telah memberikan kejutan ekonomi tercepat dan signifikan dalam sejarah bisnis. Diseluruh dunia program social distancing hingga lockdown pun kerap dilakukan untuk meminimalisir angka korban positif corona sehingga berpengaruh terhadap lingkungan kerja yang berubah karena harus tetap berdiam diri dirumah. Meskipun perubahan ini terbilang untuk sejumlah bisnis, namun pada akhirnya setiap perusahaan akan menggunakan teknologi sebagai alternatif bisnis.
Pandemi covid-19 yang melanda dunia tidak selalu memberikan dampak negatif, asosiasi fintech Indonesia (AFTECH) mengungkapkan sekitar 23,4 persen perusahaan teknologi keuangan digital (fintek) yang mengalami dampak positif ditengah pandemi covid-19. Namun yang terkena dampak positif lebih rendah dibandingkan perusahaan – perusahaan fintek yang terkena dampak negatif. Dari hasil survey yang dilakukan oleh aftech, kurang lebih 68,1 persen perusahaan start-up yang terkena dampak negatif covid-19 akibat turunnya produktifitas dan efisiensi serta mengalami dampak negatif meningkatnya risiko ketidakpastian perekonomian. Hal tersebut kemudian terefleksikan dalam bentuk penurunan permintaan konsumen, penurunan jumlah transaksi, peningkatan risiko operasional serrta penundaan kegiatan dan pendanaan.
Pada fintek p2p lending, menurut Asosiasi Fintek Pendanaan Indonesia (AFPI) menyatakan terdapat peningkatan pembiayaan
produktif selama pandemi covid-19. Menurut ketua harian AFPI Kuseryansyah menjelaskan, bahwa pandemi covid-19 memberikan dampak lintas sektoral, tak terkecuali terhadap industri jasa keuangan seperti fintek p2p Lending. Hal tersebut menurutnya turut mempengaruhi tren pembiayaan melalui layanan fintek.21
Bisnis pinjam meminjam meminjam melalui platform peer to
peer (P2P) lending masih deras ditengah pandemi covid-19. OJK per –
April 2020 mencatatkan akumulasi penyaluran pinjaman mencapai Rp. 106,06 triliun. Nilai itu tumbuh 186,54 persen year on year (yoy) dari april 2019 senilai Rp 37,01 triliun. Adapun jumlah outstanding pinjaman hingga april 2020 mencapai Rp 13,75 triliun. Nilai itu tumbuh 67,25 persen yoy dari april 2019 sebanyak Rp 8,22 triliun. Pinjaman tersebut disalurkan melalui 161 entitas P2P lending per April 2020. Rinciannya 25 berizin dari OJK sisanya 136 masih berstatus terdaftar.22
Dari uraian diatas, pandemi covid-19 tidak selalu memberikan dampak negatif bagi perusahaan fintek, terdapat beberapa perusahaan fintek yang mengalami dampak positif. Namun sebaliknya, perusahaan fintek yang terkena dampak negatif lebih banyak dibanding dengan perusahaan fintek yang mengalami dampak positif akibat covid-19.
Perusahaan fintek memberikan layanan investasi bagi Pemberi Pembiayaan dan layanan pinjaman modal dengan proses pengajuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional seperti bank tanpa perlu menyerahkan jaminan dan cukup melengkapi beberapa dokumen saja. Layanan pinjaman online ini menjadi alternatif dari pinjaman konvensional bank atau perusahaan pinjaman yang lainnya. Pinjaman yang diajukan dapat cair dalam
21 Bisnis.com, Ada Corona, Permintaan Pinjaman produktif fintech Justru naik, https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.comamp/read/20200505/563/1236689/ada-corona-permintaan-pinjaman-produktif-fintech-justru-naik.
22 Kontan.co.id, Ada Pandemi, Pinjaman P2P lending capai Rp 106,06 triiun per April 2020, https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/ada-pandemi-pinjaman-p2p-lending-capai-rp-10606-triliun-per-april-2020
waktu yang relatif singkat yakni kurang dari seminggu. Beberapa fintek yang menyediakan layanan investasi bagi Pemberi Pembiayaan dan layanan pinjaman modal.23
c. Subyek Hukum dalam Kegiatan Peer to peer Lending (P2PL)
Pada kegiatan fintech peer to peer lending terdapat pihak-pihak atau subyek hukum yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Layanan Pinjam – meminjam berbasis Teknologi Informasi, antara lain yaitu:
1. Penyelenggara
Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informassi yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah badan hukum Indonesia yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi.
2. Penerima Pembiayaan (beneficiary)
Penerima Pembiayaan adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi. Atau pihak yang menggunakan dana yang bersumber dari Pemberi Pembiayaan. 3. Pemberi Pembiayaan (funder)
Pemberi Pembiayaan adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Atau Pihak yang memiliki dana dan bermaksud memberikan pembiayaan untuk membantu pihak yang membutuhkan dana.
23 Irma Muzdalifa, Inayah Aulia Rahma, Bella Gita Novalia, “Peran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inkusif pada UMKM di Indonesia (Pendekatan Keuangan Syariah)”,
d. Keutamaan Fintech Peer to peer lending (P2PL)
Sistem P2P lending merupakan pola interaksi keuangan dalam fintech antara pihak Pemberi Pembiayaan (funder) dan pihak Penerima Pembiayaan (beneficiary) yang transaksinya dilakukan secara online.
Fintech P2P lending bukan hanya memfasilitasi mereka yang
membutuhkan pembiayaan, tetapi juga diperuntukan bagi penyedia dana yang ingin menanamkan modalnya dalam jumlah tertentu. Sehingga menjadi wadah yang mempertemukan antara Pemberi Pembiayaan (funder) dan Penerima Pembiayaan (beneviciary) melalui aplikasi atau platform yang telah disediakan oleh penyelenggara secara
online. Oleh karena itu funder dan beneficiary diwajibkan membuka
rekening untuk melakukan transaksi di fintech.
Kemampuan penyelenggara fintech terkhususnya fintech syariah untuk melakukan verifikasi data calon mitra yang lebih cepat dari lembaga pembiayaan konvensional merupakan keutamaan lainnya bagi
fintech syariah. Fintech syariah memiliki tim verifikasi internal dan
juga bekerja sama dengan institusi eksternal untuk meminimalkan risiko terjadinya kegagalan pengembalian pendanaan proyek dari calon mitra. Dengan adanya kerja sama fintech syariah dengan lembaga dan intitusi eksternal, daya jangkau calon mitra menjadi cukup luas hingga hampir disetiap pulau Indonesia. Dan dengan adanya kemudahan akses internet melalui smartphone, fintek syariah memiliki calon Pemberi Pembiayaan (funder) dan calon Penerima Pembiayaan (beneficiary) yang cukup banyak, bahkan sering mengalami over demand proyek karena lebih banyak calon funder dan beneficiary dari pada proyek yang akan didanai.
Fintek memiliki keutamaan-keutamaan yang mendorong sistem pertumbuhan pada sektor jasa keuangan ini tumbuh begitu pesat,
sebagaimana yang telah dikutip oleh Liputan6.com dari cermati.com bahwa peer to peer lending memiliki beberapa keutamaan, antara lain:24
1) Sistem dan proses meminjam yang cepat. 2) Tidak membutuhkan jaminan
3) Bisa diajukan dimanapun dan kapanpun 4) Bunga yang ringan
5) Hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk pencairan dana. Selain itu, kautamaan fintech (P2P Lending) menurut OJK yang telah dikutip oleh Miswan Ansori ialah sebagai berikut:25
1) Melayani masyarakat Indonesia yang belum dapat dilayani oleh indutri keuangan tradisional dikarenakan ketatnya peraturan perbankan dan adanya keterbatasan industry perbankan tradisional dalam melayani masyarakat di daerah tertentu. 2) Menjadi alternatif pendanaan selain jasa industri keuangan
tradisional dimana masyarakat memerlukan alternatif pembiayaan yang lebih demokratis dan transparan.
e. Potensi Resiko dan Kerawanan Layanan Fintek
Kenyamanan dan kemudahan bertransaksi bukan berarti tidak mengandung potensi resiko. Besarnya potensi fintek tersebut harus dapat disikapi dengan bijak, dikarenakan fintek tidak lepas dari potensi resiko kegagalan.
Bagi fintek yang menjalani bisnis sebagai penyelenggara pembiayaan atau kredit, resiko gagal bayar adalah hal yang cukup menghawatirkan. Para funder sendiri sejak awal harus siap untuk
24 Fitriana Monica Sari, Wajib Tahu! Ini manfaat P2P lending bagi bisnis UMKM, https://m.liputan6.com/bisnis/read/3674620/wajib-tahu-ini-manfaat-p2p-lending-bagi-bisnis-umkm, (diakses 27 Oktober 2018)
25 Miswan Ansori, Perkembangan dan Dampak Financial Technologi (Fintech) terhadap Industri Keuangan Syariah di Jawa Tengah, Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 5, No. 1, 2019, h. 38
menanggung risiko yang akan timbul, risiko-risiko yang akan timbul pada transaksi fintek P2P lending antara lain:26
1) Perlindungan dana pemberi pembiayaan. Potensi penerima pembiayaan tidak melakukan pengembalian atas pendanaan yang diterima sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan, potensi kehilangan maupun penurunan kemampuan finansial, baik yang diakibatkan oleh penyalahgunaan, penipuan, maupun
force majeur dari kegiatan fintech.
2) Perlindungan data pengguna. Isu privasi pengguna fintech yang rawan terhadap penyalahb=gunaan data baik yang disengaja maupun tidak sengaja (serangan hacker atau malware)
Dalam hal risiko industri keuangan fintek berbasis P2P Lending tidak jauh berbeda dengan industri keuangan lainnya, yang memiliki ancaman dalam perkembangan industri mereka, ancaman yang paling dikhawatirkan ialah adanya tindak pidana kejahatan keuangan, gagal bayar dan risiko lainnya yang mungkin terjadi. Selain itu, belum kuatnya regulasi yang mengatur pengelolaan fintek secara umum diindonesia.27
Risiko pada kegiatan P2P Lending bisa terjadi kapan saja yang disebabkan karena kurang telitinya penyelenggara terhadap penilaian risiko pada peminjaman kredit, kondisi gagal bayar dan akhirnya menyebabkan kerugian bagi para funder. Jika terjadi gagal bayar dari pihak beneficiary maka akan kesulitan bagi funder untuk melakukan penagihan karena tidak adanya pihak yang bertatap muka baik
beneficiary, funder dan juga pihak penyelenggara Fintek.28
26 Miswan Ansori, Perkembangan dan Dampak Financial Technology (Fintech) Terhadap Industri Keuangan Syariah di Jawa Tengah, Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol. 5, No. 1, 2019. h. 38
27 Fawzi Bahkti Prestama, Muhammad Iqbal, Selamet Riyadi, Potensi Finansial Teknologi Syariah Dalam Menjangkau Pembiayaan Non-Bank, Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan,
Al-Masraf, Volume 4, 2019. h.155
28 Siti Lailatul Kodriyah dkk. Management of Fintech Based on Loans in Indonesia From Critical Management Studies Perspective, Jurnal UNPAD, 2018.
f. Layanan Pinjam Meminjam uang pada Transaksi Finansial Teknologi berbasis Peer to Peer Lending berdasarkan Prinsip Syariah.
Fintek Peer to peer (P2P) Lending tergolong aktifitas pembaruan proses bisnis, instrumen keuangan yang memberikan nilai tambah baru disektor jasa keuangan dengan melibatkan ekosistem digital yang dikenal dengan Inovasi keuangan digital (IKD). Fintek P2P lending merupakan alternatif potensial sumber pembiayaan bagi masyarakat terutama untuk pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam pelaksanaan operasionalnya sistem dalam P2P lending sangat mudah diakses baik oleh pemberi pembiayaan maupun oleh penerima pembiayaan. Hal ini menimbulkan risiko tersendiri dari mudahnya sistem tersebut.
Pada fatwa DSN-MUI No. 117 Tahun 2018 layanan fintek P2P lending dibolehkan dengan syarat harus sesuai dengan prinsip syariah dan tidak boleh bertentangan dengan perinsip syariah, prinsip syariah tersebut antara lain Terhindar dari riba, gharar ( Ketidakpastian ),
maysir (spekulasi), tadlis (menyembunyikan cacat), dharar (merugikan
pihak lain), dan haram.29 Demi mewujudkan kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan situasi dan kondisi manusia itu sendiri.
Namun Terdapat kekosongan hukum, karena tidak adanya aturan khusus yang mengatur tentang fintech syariah, fintek syariah secara substansial tidak memiliki kesamaan dengan fintech konvensional. Perbedaanya antara lain unsur riba, denda, dan bunga sehingga tidak wajar jika fitech syariah regulasinya disamakan dengan fintech konvensional, karena memang memiliki konsep yang berbeda. Ketua Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) menyatakan fintech syariah
29 Bagian Keempat, Poin 1, Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018 tentang Layanan Pembiayaan berbasis Teknologi Informasi berdasarkan Prinsip Syariah
masih terisolasi karena tidak adanya aturan dari OJK. Oleh karena itu,
fintech syariah harus diatur dengan peraturan yang khusus yang sesuai
dengan karakteristiknya.30
Kemaslahatan manusia, baik yang bersifat individu mapun yang terkait dengan kelompok (masyarakat), sangat ditentukan oleh perkembangan lingkungan dan masa dimana mereka hidup. Masyarakat senantiasa berubah, karena tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu di dalam perkembangannya sepanjang zaman. Perubahan masyarakat tersebut dapat mengenai nilai – nilai sosial, kaidah – kaidah sosial, pola – pola prilaku organisasi, susunan – susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan – lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan tersebut dapat membawa nilai – nilai positif terhadap masyarakat dan dapat juga membawa kepada nilai – nilai negatif.
Hubungan bisnis yang terjalin diantara para pihak pada umumnya karena mereka saling bertukar kepentingan. Dalam bisnis, pertukaran kepentingan para pihak senantiasa dituangkan dalam bentuk kontrak. Demi menjaga kemaslahatan dengan berbagai pihak, peer to peer
lending syariah bisa dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila
pada klausula baku yang dibuat oleh penyelenggara memenuhi prinsip keseimbangan, keadilan, dan kewajaran sesuai syariah dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.31
Dalam persoalan mualamah, syariat Islam lebih banyak memberikan prinsip – prinsip, pola dan kaidah umum dibandingkan memberikan jenis dan bentuk muamalah secara detail. Hal ini sesuai dengan hukum asal bermuamalah adalah dibolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya hingga turun dalil yang mengharamkannya. Artinya, dalam persoalan muamalah yang terpenting adalah substansi makna
30 Nurhasanah & Indra Rahmatullah, The legal protection of sharia financial technologi in Indonesia (Analysis of Regulation, Structure and law enforcement), International Journal of
Advanced science and technology, Vol. 29, No. 3, 2020, h. 3089
yang terkandung dalam suatu bentuk muamalah serta sasaran yang akan dicapainya.
Muamalah juga telah mengatur pola perkembangan transaksi akad-akad pada layanan fintek dalam kegiatan peer to peer lending. Sebagaimana telah diatur pada fatwa DSN – MUI, Akad yang digunakan pada layanan peer to peer lending selaras dengan karakteristik layanan pembiayaan yaitu, al – bai, ijarah, mudharabah,
musyarakah, wakalah bil ujrah, dan qardh.32
Dalam financial technology syariah tidak hanya satu produk yang ditawarkan melainkan terdapat beberapa model pmbiayaan peer to peer lending yang dapat dilakukan oleh penyelenggara. Untuk menjawab hal tersebut fatwa DSN MUI mengatur dan membagi beberapa model pembiayaan peer to peer lending berdasarkan prinsip syariah yang dapat dilakukan oleh penyelenggara yaitu:33
1. Pembiayaan anjak piutang (Factoring), yaitu pembiayaan dalam bentuk jasa pengurusan penagihan piutang berdasarkan bukti tagihan (invoice), baik disertai atau tanpa disertai talangan (qardh) yang diberikan kepada pelaku usaha yang memiliki tagihan kepada pihak ketiga (payor).
2. Pembiayaan pengadaan barang pesanan pihak ketiga (Purchase
Order), yaitu Pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang
telah memperoleh pesenan atau surat perintah kerja pengadaan barang dari pihak ketiga.
3. Pembiayaan pengadaan barang bagi pelaku usaha yang berjualan