• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori, untuk penelitian ini dibuat kerangka konsep penelitian yang dibatasi hanya pada beberapa faktor seperti tampak pada gambar 3.1 di bawah. Adapun variabel yang tidak diteliti adalah jenis kelamin, karena seluruh pekerja bengkel las adalah laki-laki, sehingga akan bersifat homogen. Kebiasaan menggunakan APD juga tidak diteliti karena saat studi pendahuluan pekerja tidak ada yang menggunakan APD seperti masker, sehingga jika diteliti tidak ada variasinya.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat penyakit, riwayat pekerjaan, masa kerja, lama kerja per minggu dan paparan kadar debu total. Variabel- variabel tersebut akan dihubungkan dengan kapasitas vital paru (KVP) pekerja bengkel las sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan kapasitas vital paru (KVP) pekerja tersebut.

Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru berdasarkan pengelompokkan yaitu faktor individu pekerja antara lain yaitu umur, semakin bertambah umur seseorang maka volume paru dan elatisitas paru akan semakin

menurun, sehingga menyebabkan kapasitas vital paru menurun dan dapat mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang.

Kebiasaan merokok, ribuan zat kimia yang terdapat pada rokok menimbulkan reaksi inflamasi dengan atau tanpa pembentukan mukus dalam saluran pernapasan sehingga dapat merusak jaringan elastin yang berasal dari polutan hasil pembakaran tembakau, akibatnya fungsi paru menurun.

Kebiasaan olahraga merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan vitalitas fungsi baru. Olahraga merangsang pernapasan yang dalam dan menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke dalam darah, karbondioksida lebih banyak dikeluarkan. Bila seseorang mempunyai volume oksigen yang lebih banyak maka peredaran darahnya lebih baik, sehingga otot-otot mendapatkan oksigen lebih banyak dan dapat melakukan berbagai aktivitas tanpa rasa letih.

Status gizi memiliki peran penting terhadap fungsi paru, terutama berkaitan dengan konsumsi zat gizi yang merupakan sumber antioksidan. Selain itu ketika keadaan lapar kapasitas vital paru menurun rata-rata 390 ml. Penurunan tersebut akan kembali normal dalam 12 minggu setelah seseorang kembali pada keadaan diet normal.

Riwayat penyakit paru pada seseorang mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru. Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga

alveolus akan terlalu sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar olsigen dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa emfisema kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberculosis dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang terpapar oleh debu organik dan anorganik.

Riwayat pekerjaan sebelumnya mempunyai kemungkinan bahwa penyakit yang sekarang diderita merupakan akibat dari faktor-faktor penyebab penyakit yang ada pada lingkungan kerja sebelumnya. Pekerja yang memiliki riwayat kerja yang menghadapi debu berbahaya atau yang dapat menyebabkan pneumokoniosis, misalnya pernah bekerja di pertambangan, pabrik keramik, dan lainnya memungkinkan terjadinya gangguan fungsi paru yag lebih tinggi.

Semakin lama seseoang bekerja pada lingkungan berdebu, maka akan semakin menurunkan kapasitas vital paru. Dimana setiap penambahan masa kerja dalam satu tahun akan terjadi penurunan kapasitas paru sebesar 35,3907 ml. Dengan demikian masa kerja sangat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.

Lama kerja per minggu yang melebihi 40 jam serta memiliki paparan debu yang melebihi nilai ambang batas, maka dapat mempengaruhi kapasitas paru pekerja akibat kumulatif paparan debu yang diterima. Namun, kadar paparan yang rendah dalam waktu yang lama mungkin tidak akan segera menunjukkan adanya gangguan fungsi paru.

Paparan debu terhirup yang melebihi ambang batas (NAB=10 mg/m3)

akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi paru. Namun demikian, perlu diketahui bahwa kadar debu yang rendah namun lama keterpaparan terjadi dalam waktu yang lama akan dapat menimbulkan efek kumulatif sehingga pada akhirnya pekerja dapat mengalami gangguan fungsi paru.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian KebiasaanMerokok Umur KebiasaanOlahraga StatusGizi RiwayatPenyakit RiawayatPekerjaan MasaKerja

PaparanKadarDebuTotal Jumlah JamKerjaPer

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Independen Kapasitas Vital

Paru

Hasil pengukuran ventilasi paru yang dinilai dengan menggunakan parameter KVP ≥ 80% dan tidak normal jika KVP < 80%.

Pengukuran menggunakan alat spirometer

Sprirometer Persen (%) Ratio

Variabel Depeden Umur Usia responden yang terhitung

sejak tanggal lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat

penelitian. Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Kuesioner dan pengecekan KTP. Tahun Ratio

Merokok kegiatan menghisap rokok. kuesioner oleh peneliti dengan wawancara 1. Merokok Kebiasaan Oaharaga

Latihan fisik aerobik seperti berjalan, berlari, bersepeda, bulu tangkis dan lainnya secara teratur.

Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara

Kuesioner 0. ≥ 3 kali seminggu 1. < 3 kali seminggu (Yunus, 1997)

Ordinal

Status Gizi Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, dimana datanya digunakan sebagai pengukuran indeks masa tubuh. Pengukuran perhitungan IMT IMT= Berat badan/Tinggi badan2 Timbangan injak, Microtoice dan lembar isian.

0. Berisiko (IMT < 18,5 dan > 25) 1. Tidak Berisiko (IMT 18,5-25) (Almatsier, 2009) Ordinal

Penyakit pernapasan responden yang dapat mengganggu atau mempengaruhi hasil

pmeriksaan fungsi paru, seperti asma, TBC, bronkitis, flu alergi seperti akibat debu, cuaca dingin, dan mikroorganisme.

kuesioner oleh peneliti dengan wawancara 1. Pernah Riwayat Pekerjaan

Responden memiliki riwayat pekerjaan sejenis (pekerja las) atau pekerjaan yang memiliki pajanan debu bagi pekerja.

Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara

Kuesioner 0. Tidak Pernah 1. Pernah

bengkel las dari mulai bekerja sampai waktu wawancara dilakukan dalam hitungan tahun. kuesioner oleh peneliti dengan wawancara Jumlah Jam Kerja Per Minggu

Jumlah jam kerja per minggu pekerja dalam satu minggu penuh (Senin – Minggu)

Pengisian kuesioner oleh peneliti dengan wawancara

Kuesioner Jam Ratio

Paparan Kadar Debu Total

Hasil pengukuran kadar debu total menggunakan metode grafimetri selama 1 jam

Haz Dust Model EPAM 5000

Melihat hasil dari pengukurat alat Haz Dust Model EPAM 5000

3.3.Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

3. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

4. Ada hubungan antara status gizi terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

5. Ada hubungan antara riwayat penyakit terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

6. Ada hubungan antara riwayat pekerjaan terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

7. Ada hubungan antara masa kerja terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

8. Ada hubungan antara lama kerja per minggu terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

9. Ada hubungan antara paparan kadar debu total terhadap kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di wilayah Kelurahan Cirendeu tahun 2014.

45 BAB IV

Dokumen terkait