• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukan penderita asma (kontrol) Penderita Asma

(kasus) 1) Jenis dan Frekuensi Penggunaan Obat asma

2) Status Oral Higiene - Skor Debris - Skor Kalkulus 3) Pengalaman Karies

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yaitu penelitian non eksperimental yang mempelajari faktor risiko dan efek menggunakan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini kelompok kasus adalah penderita asma dan kelompok kontrol adalah bukan penderita asma.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Rumah sakit ini dipilih karena jumlah penderita asma banyak dan mudah ditemui karena penderita melakukan rawat jalan secara berkala.

Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli 2013 dan selesai bulan September 2014. Penelitian dimulai dengan mempersiapkan proposal penelitian dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah penderita asma yang sedang berobat di Poli Pulmonologi (Asma) dan bukan penderita asma, yaitu penderita pengunjung Poli Mata dan Poli Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUP H.Adam Malik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia dilakukan penelitian.

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan besar sampel sebagai berikut:

Z(1-α)2 P (1-P) n =

Keterangan:

P merupakan nilai perkiraan proporsi populasi kasus karies akibat asma 50%.

Convidence level = 95%

Absolute precision (d) = 20%

Z(1-α) = 1,96

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel: (1,96)2 x 0,5 (1 - 0,5)

n = = 24,1

=

24 orang (0.2)2

Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan (α) 5% dengan

convidence level 95% diperoleh besar sampel minimal 24 orang. Jumlah ini ditambah

25% untuk menghindari apabila ada data dari responden yang dipilih tidak lengkap sehingga harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Pada penelitian ini ditambah sebanyak 6 orang sampel menjadi 30 sampel. Oleh karena itu, diperlukan 30 orang penderita asma yang berobat di Poli Pulmonologi (Asma) dan 30 orang bukan penderita asma yang berobat di Poli Mata dan Poli Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUP H.Adam Malik.

Sampel diambil dengan menggunakan cara purposive sampling, di mana pemilihan subjek penelitian bertitik tolak pada ciri-ciri karakteristik populasi yang ditetapkan dalam kriteria inklusi sampai diperoleh jumlah sampel sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Kriteria Inklusi: a. Umur 20-30 tahun

b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan.

Kriteria Eksklusi: a. Merokok

mulut misalnya leukemia, anemia, jantung koroner, aterosklerosis, Diabetes Melitus c. Melakukan skeling selama 6 bulan terakhir

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian a) Usia

b) Jenis kelamin

c) Jenis dan frekuensi penggunaan obat asma d) Faktor risiko : - Penderita asma

- Bukan penderita asma e) Faktor efek : - Status oral higiene

- Pengalaman karies

3.4.2 Definisi Operasional 1. Usia

Usia adalah ulang tahun terakhir penderita. Usia yang diambil yaitu 20-30 tahun.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perempuan dan laki-laki. 3. Jenis dan frekuensi penggunaan obat asma:

- Jenis obat asma adalah pengobatan yang diperoleh oleh penderita asma dari dokter/konsultan medis: a. Salbutamol b. Terbutalin c. Fenoterol d. Prokaterol e. Isoprenalin f. Ipratropium bromid g. Flovent

h. Montelukast

- Frekuensi penggunaan obat asma adalah kekerapan pemakaian obat asma (inhaler/tablet/sirup) oleh penderita asma untuk melegakan pernafasan.

a. 3 kali atau lebih sehari b. 1-2 kali sehari

c. 2-3 kali seminggu

d. 1 kali seminggu atau kurang 4. Penderita asma

Penderita asma adalah penderita yang didiagnosa menderita penyakit asma minimal 4 tahun oleh dokter dan diperoleh melalui rekam medik penderita yang sedang berobat di Poli Pulmonologi (Asma). Penderita asma dinilai melalui derajat asma berdasarkan gambaran klinis, yaitu:

a. Asma ringan (Asma intermiten dan asma persisten ringan): Gejala asma berlaku secara bulanan atau mingguan dimana penderita menunjukkan gejala asma lebih dari 1 kali per minggu tetapi kurang dari 1 kali per hari. Gejala pada malam hari bisanya berlaku lebih dari 2 kali dalam sebulan. Serangan asma pada tahap ini dapat mengganggu aktivitas dan tidur.

b. Asma sedang (Asma persisten sedang): Gejala asma berlaku secara harian dimana penderita menunjukkan gejala pada setiap hari. Serangan asma pada tahap ini dapat mengganggu aktivitas dan tidur dan menyebabkan penderita membutuhkan bronkodilator setiap hari. Gejala pada malam hari bisanya berlaku lebih dari 1 kali dalam seminggu.

c. Asma berat (Asma persisten berat): Gejala asma berlaku secara terus menerus dan sering kambuh. Aktivitas fizik penderita adalah terbatas. Penderita sering menunjukkan gejala pada malam hari.

5. Bukan penderita asma

Bukan penderita asma adalah penderita yang didiagnosa tidak menderita penyakit asma dan diperoleh di Poli Mata dan Poli Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUP H.Adam Malik.

6. Status Oral Higiene

Status oral higiene adalah status kebersihan rongga mulut yang terdiri atas indeks debris dan indeks kalkulus menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) dari Greene dan Vermillion, 1964.

a. Indeks Debris Skor Kriteria 0 1 2 3

Tidak dijumpai debris atau stein

Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi

Debris lunak meliputi lebih dari 2/3 permukaan gigi

1. Gigi yang diperiksa adalah yang telah erupsi sempurna. Jika gigi yang dipilih untuk diperiksa itu tidak ada, maka yang diperiksa gigi tetangga atau gigi yang bersebelahan.

2. Jumlah gigi yang diperiksa adalah 6 buah gigi tertentu dengan permukaan yang diperiksa tertentu pula.

Bukal Labial Bukal 6 1 6 6 1 6 Lingual Labial Lingual

Jumlah skor DIS = Jumlah gigi yang diperiksa

b. Indeks Kalkulus Skor Kriteria 0 1 2 3

Tidak dijumpai kalkulus

Adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tetapi belum melewati 2/3 permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingiva di sekeliling servikal gigi atau kedua-duanya

Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingiva mengeliling servikal gigi atau kedua-duanya

Jumlah skor

CIS = Jumlah gigi yang diperiksa

Cara pemeriksaan indeks kalkulus adalah sama dengan indeks debris. Indeks

Oral Hygiene Simplified adalah Indeks Oral Debris Simplified ditambah dengan

Indeks Calculus Simplified.

Tingkat kebersihan Skor debris Skor oral higiene Baik Sedang Buruk 0,0 – 0,6 0,7 – 1,8 1,9 – 3,0 0,0 – 1,2 1,3 – 3,0 3,1 – 6,0 O.H.I.S = D.I.S + C.I.S

7. Pengalaman Karies

Pengalaman karies adalah jumlah DMFT dengan menggunakan indeks kriteria Klein.

D = Decayed = gigi tetap dengan satu lesi karies atau lebih yang belum

ditambal.

M = a. Mi = missing indicated = gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut.

b. Me = missing extracted = gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan sudah dicabut.

F = Filled = gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna.

T = Tooth

3.5 Metode Pengumpulan Data

Responden yang menderita asma diperoleh melalui rekam medik penderita yang berkunjung ke Poli Pulmonologi (Asma) di RSUP Haji Adam Malik. Responden diberikan lembar penjelasan penelitian. Bila responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka responden menandatangani lembar informed

consent. Pengumpulan data responden didapat dengan melakukan wawancara

menggunakan kuesioner. Pengumpulan data skor oral higiene diperoleh dengan memeriksa rongga mulut menggunakan kaca mulut dan sonde yang berbentuk sabit tanpa menggunakan zat pewarna. Pemeriksaan skor oral higiene dilakukan dengan menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi dan terdiri atas dua komponen, yaitu Indeks debris dan Indeks kalkulus. Untuk mengukur indeks debris, sonde ditempatkan pada insisal gigi kemudian digerakkan ke arah mesial dan distal, selanjutnya bergerak ke arah gingival setiap 1/3 permukaan gigi dan skor diberikan sesuai kriteria. Pengukuran skor indeks kalkulus dilakukan dengan menempatkan ujung sonde pada daerah subgingival terlebih dahulu, kemudian digerakkan dari mesial ke distal dan naik ke arah insisal dan diberi skor sesuai kriteria. Pengukuran dilakukan pada gigi

16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya.

Pengumpulan data pengalaman karies diperoleh dengan memeriksa rongga mulut menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit. Pemeriksaan pengalaman karies gigi permanen dilakukan dengan menggunakan indeks DMFT dari Klein. Cara pemeriksaan yaitu memeriksa gigi anak untuk melihat apakah gigi responden tersebut terdapat karies, tambalan, dan pencabutan gigi. Kemudian karies, tambalan dan pencabutan gigi dijumlahkan pada responden tersebut.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu 2 orang tenaga peneliti lainnya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data dilakukan kalibrasi sehingga diperoleh interpretasi yang sama.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan menggunakan program komputer. Analisis data untuk melihat perbedaan status oral higiene dan pengalaman karies pada penderita dan bukan penderita asma dengan menggunakan uji

Dokumen terkait