• Tidak ada hasil yang ditemukan

Master Data 1 Data Umum Guru

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep di atas dijelaskan pengetahuan guru dan siswa tentang PHBS tersebut dapat melalui sumber informasi yang diperoleh guru mengenai PHBS (media cetak, media elektronik, petugas kesehatan, keluarga/kerabat) dan sarana sanitasi dasar sekolah (penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah) sebagai fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan PHBS pada guru dan siswa.

-Pengetahuan Guru dan Siswa tentang PHBS

Pelaksanaan PHBS pada guru dan siswa -Terlaksana

-Tidak Terlaksana - Sikap Guru dan Siswa

tentang PHBS Sarana Sanitasi DasarSekolah:

-Penyediaan Air Bersih -Jamban

-Pengelolaan Sampah -Saluran Pembuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Agar bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan ( Depkes, 2005).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Visi Indonesia Sehat 2010 yang disebut sebagai Perilaku hidup Bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010 merupakan keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan sertamengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri

mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan dan membuang sampah pada tempatnya (Proverawati, 2012).

Tatanan sekolah merupakan salah satu ruang lingkup promosi kesehatan. Promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif sebab anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisasi dengan baik dan berpotensi sebagai agent of changeuntuk mempromosikan PHBS baik di lingkungansekolah, keluarga, maupun masyarakatserta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima suatu perubahan.Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie,2005).

Derajat kesehatan anak pada saat ini masih belum bisa dikatakan baik sebab masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak sekolah dasar. Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan, lingkungan dan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang ternyata pada umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Masalah-masalah yang terjadi pada anak usia sekolah dasar semakin memperjelas bahwa nilai-nilai

PHBS di sekolah masih minim dan belum mencapai tingkat yang diharapkan. Oleh sebab itu perlu adanya suatu kegiatan intervensi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pelaksanaan PHBS pada anak sekolah dasar(Wowor, 2013).

Pelaksanaan upaya PHBS di sekolah secara langsung menggabungkan potensi orangtua, guru dan tenaga kesehatan maupun Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor setempat. Guru diarahkan untuk membantu pelaksanaan PHBS pada tatanan institusi pendidikan. Selain itu guru diharapkan dapat mendorong anak-anak mereka dalam melaksanakan kebiasaan memelihara kesehatan. Menurut Green, guru mempunyai peran terhadap perilaku anak dalam memelihara kesehatannya. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam perilaku hidup bersih dan sehat (Luthviatin, 2011).

Menurut penelitian Diana (2014) bahwalebihdariseparuh siswa memiliki pengetahuan yangrendah dalam melaksanakan Program PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu 59,4% padaSD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun KabupatenKarimun Tahun 2013.Masih rendahnya pelaksananaan ProgramPerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anaksekolah terutama pada pelaksanaan cuci tanganpakaisabun,berolahraga secara teratur, menimbangberat badan dan mengukur tinggi badan,memberantas jentik disekolah dan membuangsampah pada tempatnya. Hal ini disebabkan masihkurangnya informasi dan pengetahuan anak tersebuttentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)tersebut, kurangnya fasilitas sarana yangmendukungkegiatan tersebut,

serta masihrendahnyaperan guru dan petugas kesehatan dalammemberikan informasi guna mendukung kegiatanpelaksanaan program perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS)padalingkungansekolah.

Menurut penelitian Akbar (2013) bahwa meningkatnya pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar terkait pelaksanaan PHBS yaitu dengan menggunakan metode diskusi dan ceramah. Hal ini diketahui perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden sesudah intervensi baik dengan metode ceramah maupun metode diskusi dimana rerata nilai pengetahuan dan sikap responden dengan metode diskusi yaitu 22,47 dan 14,00 lebih besar nilainya dibandingkan dengan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden dengan metode ceramah yaitu 21,74 dan 13,47. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa metode diskusi menunjukkan metode penyuluhan yang paling efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang PHBS.

Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari kabupaten Asahan yang memiliki area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan serta 100 desa/kelurahan. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan, daerah kecamatan Limapuluh merupakan kecamatan terluas dengan luas mencapai 239,55 km2 atau 26,47 persen dari luas total batubara. KecamatanLimapuluh mempunyai 27 kelurahan/desa, salah satunya desa perkebunan tanah gambus yang terdapat 4 sekolah negeri yaitu SDN 010198, SDN 010199, SDN 0101200 dan SDN 015878.

Dokumen terkait