• Tidak ada hasil yang ditemukan

Master Data 1 Data Umum Guru

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.5 Pendidikan Kesehatan

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap di telaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Adanya pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan salah satu pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat (DepKes, 2006).

Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan kata lain perilaku manusia terjadi melaluihasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

Menurut Sarwono (2004), respon dapat dibedakan menjadi dua yaitu bersifat aktif (melakukan tindakan) dan juga dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak(tidak dapat dilihat) seperti pengetahuan, persepsi, dan motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice.

2.5.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu perhatian seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penderangan(telinga), dan indera penglihatan(mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu(know)

Tahu (know) diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti apa tanda- tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk).

2. Memahami (comprehension)

Memahami (comprehension) diartikan sebagai memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui terserbut seperti orang yang memahami cara pemberantasan nyamuk demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harusmenutup, menguras, dan tempat-tempat penampungan air tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain seperti seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat orang tersebut bekerja.

4. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikator bahwa pengetahuan seseorangsudah sampah pada tingkat analisis adalah apabila seseorang tersbut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut seperti dapat membedakan antara nyamuk Aedes aegypty dengan nyamuk anopheles.

5. Sintetis (synthesis)

Sintetis diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponenpengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada seperti dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar serta dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dikaitkan sebagai kemampuan seseorang untuk melalukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang berlaku di masyarakat seperti seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak serta seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana.

Pengukuran penegetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan- pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variable-variabel atau komponen-komonen kesehatannya.

2.5.2 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus suatu objek tertentu yang sudah melibatkan faktor-faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). Dengan kata lain, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan dan perhatian.

Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Dengan kata lain, bagaimana kenyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obje (terkandunk. Dengan kata lain, bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Dengan kata lain, sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Menurut Ahmadi (2001), ketiga komponen tersebut secara bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh ( Total Attitude). Sikap, pengetahuan, pikiran, kenyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang.

Menurut Ahmadi (2001) , sikap dibedakan menjadi :

1. Sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana seseorang itu berada.

2. Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana seseorang itu berada.

Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu : 1. Selalu ada objeknya.

2. Biasanya bersifat evaluative. 3. Relatif mantap.

4. Dapat dirubah.

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai beberapa tingkatan : 1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang di berikan(objek) seperti sikap seseorang terhadap periksa hamil

(ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu hamil untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.

2. Menanggapi(responding), diartikan bahwa memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi seperti seorang ibu hamil yang mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.

3. Menghargai (valuing), diartikan bahwa subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dengan kata lain mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons seperti seorang ibu hamil mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan ante natal care.

4. Bertanggung jawab (responsible), diartikan bahwa sesorang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan kenyakinannya harus berani mengambil resiko seperti seorang ibu hamil yang telah mengikuti penyuluhan ante natal care harus berani mengobarkan sedikit waktunya. Dengan kata lain bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan, dengan memberikan kata “setuju” atau “tidak

setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

2.5.3 Tindakan

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan sebab untuk terwujudnya tibdakan perlu factor lain yaitu antara adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan merupakan suatu gerakkan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu

bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu : (Syafrudin, 2009)

1. Persepsi, diartikan bahwa mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respons terpimpin, diartikan bahwa dapat melakukakn sesuatu sesuai urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme, diartikan bahwa apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis/telah menjadi kebiasaan

4. Adaptasi, diartikan bahwa suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan tersebut telah di modifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara langsung seperti dengan pengamatan (observasi) dan secara tidak langsung seperti menggunakan metode mengingat kembali (recall).

Dokumen terkait