• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Kerangka Konsep

Distribusi Usia, Jenis Kelamin, dan Penyakit

Sistemik

Status Periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun

2010 - 2019

Tingkat Keparahan Periodontitis (staging dan grading)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan studi retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui distribusi usia, jenis kelamin dan penyakit sistemik pada penderita periodontitis serta mengetahui distribusi tingkat keparahan periodontitis pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei 2021 sampai dengan Juli 2021.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh status periodontitis dari pasien yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010 - 2019.

3.3.2 Sampel

Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien periodontitis yang menderita penyakit sistemik atau memiliki riwayat penyakit sistemik berdasarkan keterangan pada status periodontitis.

2. Status periodontitis yang memiliki data serta gambaran radiografi yang lengkap.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien berusia di bawah 26 tahun berdasarkan keterangan pada status periodontitis.

2. Gambaran radiografi gigi tidak terlihat jelas atau tidak terbaca.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris) 2. LED X-ray viewer

3. Jangka 4. Kalkulator

5. Status Periodontitis

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen

Variabel Dependen pada penelitian ini adalah tingkat keparahan periodontitis (staging dan grading).

b. Variabel Independen

Variabel Independen pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, dan penyakit sistemik pasien berdasarkan keterangan pada status periodontitis.

3.6.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

1. Melakukan survei pendahuluan di Instalasi Periodonsia RSGM USU untuk melihat jumlah status periodontitis pasien dalam kurun waktu 2010 - 2019.

2. Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) dan izin dari penanggung jawab Instalasi Periodonsia RSGM USU.

3. Status periodontitis dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan sebelumnya.

4. Pengambilan data dilakukan di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Dari data tersebut diperoleh usia, jenis kelamin dan penyakit sistemik, serta tingkat keparahan periodontitis pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010 - 2019.

5. Setelah dilakukan pengambilan data, data ditabulasi dan disajikan secara manual.

3.8 Skema Alur Penelitian

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data disajikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan distribusi periodontitis berdasarkan usia, jenis kelamin dan penyakit sistemik serta tingkat keparahan periodontitis pada pasien yang tercatat di Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010 - 2019.

Survei jumlah status periodontitis pasien yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010-2019

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) dan izin dari

penanggung jawab RSGM USU

Penghitungan jumlah status periodontitis yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan

Pengelompokkan dan pencatatan status periodontitis meliputi usia, jenis kelamin, penyakit sistemik yang pernah

atau sedang diderita dan tingkat keparahan periodontitis

Tabulasi dan penyajian data secara manual

Pembahasan data secara deskriptif

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari status periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010-2019 sejumlah 36 status periodontitis.

4.1 Distribusi Usia, Jenis Kelamin dan Penyakit Sistemik

Pada penelitian ini, kelompok usia dibagi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2009. Kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) yang menderita periodontitis tidak ditemukan pada penelitian ini, sedangkan periodontitis ditemukan dalam jumlah terbanyak pada kelompok usia lansia awal (46-55 tahun) yaitu 15 orang (41,67%) dan cenderung mengalami penurunan pada kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun) serta manula (>65 tahun) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi usia pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan tahun 2010-2019

Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

26-35 0 0,00

36-45 8 22,22

46-55 15 41,67

56-65 6 16,67

>65 7 19,44

Jumlah 36 100

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah laki-laki yang menderita periodontitis yaitu 21 orang (58,33%), lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan yaitu 15 orang (41,67%) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi jenis kelamin pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan tahun 2010-2019

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki - Laki 21 58,33

Perempuan 15 41,67

Jumlah 36 100

Berdasarkan penyakit sistemik yang diderita, periodontitis dijumpai paling banyak pada orang yang memiliki hipertensi yaitu sejumlah 14 orang (38,89%), sedangkan periodontitis paling sedikit dijumpai pada penderita penyakit saluran pernafasan yaitu satu orang (2,78%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi penyakit sistemik pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan tahun 2010-2019

Penyakit Sistemik Frekuensi (n) Persentase (%)

Hipertensi 14 38,89

Diabetes Melitus Tipe 2 10 27,78

Sindroma Metabolik 2 5,56

Penyakit Jantung 2 5,56

Penyakit Saluran

Pernafasan 1 2,78

Lain-lain 7 19,44

Jumlah 36 100

4.2 Distribusi Tingkat Keparahan Periodontitis berdasarkan Usia

Pada hasil penelitian ini, prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas sedang (Stage IV Grade B) meningkat seiring bertambahnya usia dengan prevalensi tertinggi berada pada kelompok usia >65 tahun yaitu sebesar 85,71%, sedangkan prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) paling tinggi ditemukan pada kelompok usia 36-45 tahun yaitu sebesar 62,50% (Tabel 6).

Tabel 6. Staging dan grading berdasarkan usia pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan tahun 2010-2019

Usia (tahun)

Periodontitis

Total

Stage III Stage IV

Grade A Grade B Grade C Grade A Grade B Grade C

n % n % n % n % n % n % n %

26-35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36-45 0 0 2 25 0 0 0 0 1 12,50 5 62,50 8 100 46-55 0 0 5 33,33 0 0 0 0 3 20 7 46,67 15 100 56-65 0 0 0 0 1 16,67 0 0 3 50 2 33,33 6 100

>65 0 0 1 14,29 0 0 0 0 6 85,71 0 0 7 100

4.3 Distribusi Tingkat Keparahan Periodontitis berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi periodontitis tertinggi pada laki-laki adalah periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) yaitu sebesar 57,14%, sedangkan prevalensi terendah adalah periodontitis parah dengan progresivitas cepat (Stage III Grade C) sebesar 4,76%. Pada perempuan, prevalensi periodontitis tertinggi adalah periodontitis lanjut dengan progresivitas sedang (Stage IV Grade B) yaitu sebesar 53,33%, sedangkan prevalensi terendah adalah periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) yaitu sebesar 13,33% (Tabel 7).

Tabel 7. Staging dan grading berdasarkan jenis kelamin pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan tahun 2010-2019

Jenis Kelamin

Periodontitis

Total

Stage III Stage IV

Grade A Grade B Grade C Grade A Grade B Grade C

n % n % n % n % n % n % n %

Laki-Laki 0 0 3 14,29 1 4,76 0 0 5 23,81 12 57,14 21 100 Perempuan 0 0 5 33,33 0 0 0 0 8 53,33 2 13,33 15 100

4.4 Distribusi Tingkat Keparahan Periodontitis berdasarkan Penyakit Sistemik

Pada hasil penelitian ini, prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas sedang (Stage IV Grade B) paling tinggi ditemukan pada penderita hipertensi yaitu sebesar 64,29%, sedangkan prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) paling tinggi ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 yaitu sebesar 60% (Tabel 8).

Tabel 8. Staging dan grading berdasarkan penyakit sistemik pada penderita periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan tahun 2010-2019

Penyakit Sistemik

Periodontitis

Total

Stage III Stage IV

Grade A Grade B Grade C Grade A Grade B Grade C

n % n % n % n % n % n % n %

Hipertensi 0 0 3 21,43 0 0 0 0 9 64,29 2 14,29 14 100

DM Tipe 2 0 0 0 0 0 0 0 0 4 40 6 60 10 100

Sindroma

Metabolik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 100 2 100

Penyakit

Jantung 0 0 1 50 0 0 0 0 0 0 1 50 2 100

Penyakit Saluran Pernafasan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 1 100

Lain-Lain 0 0 4 57,14 1 14,29 0 0 0 0 2 28,57 7 100

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder, dalam hal ini, status periodontitis.

Hal ini disebabkan karena pada masa pandemi saat ini, melakukan pemeriksaan langsung kepada subjek berisiko tinggi terhadap infeksi virus corona. Adanya hambatan dalam menganalisis data primer tersebut, membuat peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan data sekunder yang telah ada di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Selain itu, penelitian menggunakan data sekunder sangat bermanfaat dalam memberikan masukan terhadap penyusunan kebijakan kesehatan dan mengidentifikasi masalah yang perlu dikendalikan terkait faktor risiko kesehatan.

Salah satu yang mendukung hal tersebut adalah dengan melihat prevalensi pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU berdasarkan usia, jenis kelamin, dan penyakit sistemik yang dideritanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi penderita periodontitis serta tingkat keparahan periodontitis berdasarkan usia, jenis kelamin dan penyakit sistemik pada penderita periodontitis yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010-2019.

Desain penelitian yang dipakai yaitu penelitian deksriptif dengan studi retrospektif karena penelitian dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap status periodontitis yang terdapat pada Instalasi Periodonsia RSGM USU tahun 2010-2019.

Setelah dilakukan pemilahan, terdapat 304 status periodontitis yang tercatat di Instalasi Periodonsia RSGM USU dari tahun 2010-2019, kemudian diperoleh 57 status periodontitis yang memiliki penyakit sistemik. Sebanyak 21 status periodontitis diekslusikan karena gambaran radiografi yang tidak lengkap atau tidak terbaca, sehingga data subjek yang menjadi sampel pada penelitian ini hanya 36 status periodontitis. Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling.

5.1 Distribusi Usia, Jenis Kelamin dan Penyakit Sistemik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa periodontitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 46-55 tahun yaitu 41,67% (Tabel 3). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tadjoedin dkk. terhadap 2069 rekam medis dari tahun 2004-2014 yang menghubungkan antara usia dan penyakit periodontal di RSKGM FKG UI, Jakarta. Hasil penelitian Tadjoedin dkk. menunjukkan bahwa periodontitis kronis merupakan penyakit periodontal yang paling banyak ditemukan pada kelompok usia 46-55 tahun. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa prevalensi penyakit periodontal meningkat seiring bertambahnya usia (p<0.05).29

Berdasarkan hasil penelitian ini, periodontitis cenderung menurun pada kelompok lansia akhir dan manula (Tabel 3). Salah satu penyebabnya karena pada orang yang lebih tua cenderung telah beradaptasi dengan keadaan mereka sehingga tidak mencari perawatan. Hal ini ditunjukkan oleh studi longitudinal yang dilakukan Spinler dkk. pada populasi lansia, dimana semakin bertambahnya usia, frekuensi berkunjung ke dokter gigi semakin berkurang.63

Pada hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya kejadian periodontitis pada kelompok usia 26-35 tahun (Tabel 3). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Holde dkk. yang menunjukkan bahwa prevalensi periodontitis total pada kelompok usia 20-34 tahun sebesar 16,1%.28 Perbedaan ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel dan batasan usia yang berbeda, dimana penelitian yang dilakukan Holde dkk. melibatkan 1911 sampel dengan rentang usia ≥20 tahun sampai ≤79 tahun dengan atau tanpa penyakit sistemik, sedangkan pada penelitian ini jumlah sampel hanya ada 36 orang serta melibatkan individu berusia ≥26 tahun dan yang sedang menderita atau memiliki riwayat penyakit sistemik.

Pada hasil penelitian ini, persentase laki-laki yang menderita periodontitis lebih tinggi yaitu 58,33% dibandingkan dengan perempuan yaitu 41,67% (Tabel 4).

Hasil penelitian ini sejalan dengan studi epidemiologi penyakit periodontal pada orang dewasa di Negara Amerika Latin oleh Opperman dkk. yang menunjukkan bahwa periodontitis lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.26 Hal ini dapat disebabkan karena tingkat perhatian terhadap risiko

kesehatan dan perawatannya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Akibatnya, sikap dan perilaku yang terkait dengan promosi kesehatan berbeda pula. Perempuan secara konsisten menunjukkan kebiasaan menjaga kebersihan mulut yang lebih baik daripada laki-laki. Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan mulut pada perempuan, termasuk menyikat gigi dan flossing, telah terjadi pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki.42

Berkaitan dengan penyakit sistemik yang diderita, tabel 5 menunjukkan bahwa periodontitis paling banyak dijumpai pada individu yang memiliki hipertensi yaitu 38,89%. Hal ini dapat disebabkan karena hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada populasi dewasa, dimana estimasi penderita hipertensi di seluruh dunia pada tahun 2025 sebesar 1,56 miliar jiwa.50 Selain itu, peningkatan tanda inflamasi akibat inflamasi kronis pada periodontitis, seperti c-reactive protein (CRP), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor-a (TNF-a) telah dihubungkan dengan risiko meningkatnya hipertensi dan secara signifikan memengaruhi peningkatan tekanan darah.64

Hal ini sejalan dengan penelitian meta-analysis dari 8 studi cross-sectional dan case control yang dilakukan Aguilera dkk. yang menunjukkan bahwa pasien periodontitis parah meningkatkan risiko diagnosis hipertensi (p= 0.01). Sebagai tambahan, ada hubungan linear positif yang teramati, dimana semakin tinggi tingkat keparahan periodontitis seseorang, semakin tinggi pula (49%) kemungkinan menderita hipertensi.51

Periodontitis paling sedikit dijumpai pada penderita penyakit saluran pernafasan dengan persentase hanya 2,78% (Tabel 5). Hal ini berbeda dengan penelitian meta-analysis yang dilakukan Gomes-Filho dkk. yang menunjukkan bahwa penderita asma, pneumonia dan COPD memiliki kejadian periodontitis yang lebih tinggi dibandingkan dengan non penderita.59 Perbedaan ini disebabkan oleh metode pemilihan sampel yang berbeda, dimana penelitian Gomes-Filho dkk. menggunakan data penelitian yang tercatat pada electronic databases, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan data dari status periodontitis.

5.2 Tingkat Keparahan Periodontitis berdasarkan Usia

Berdasarkan tingkat keparahan periodontitis, tabel 6 menunjukkan bahwa periodontitis lanjut dengan progresivitas sedang (Stage IV Grade B) meningkat seiring bertambahnya usia, dimana kelompok usia >65 tahun menunjukkan persentase paling tinggi yaitu 85,71%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Eke dkk. yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu dengan CAL ≥5mm dan 20%

individu dengan CAL ≥7mm ditemukan pada kelompok usia ≥65 tahun serta merupakan perokok aktif (p<0.001).4 Penelitian Machado dkk. juga menunjukkan bahwa level kerusakan periodontal terparah ditemukan pada kelompok usia >65 tahun.41 Hal ini disebabkan karena perjalanan penyakit yang bersifat kronis, penurunan fungsi imun, serta efek kumulatif terpaparnya jaringan periodontal terhadap plak bakteri yang persisten, kebiasaan merokok, serta perubahan status nutrisi seiring dengan bertambahnya usia dapat memengaruhi tingkat keparahan periodontitis.35

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) tertinggi ditemukan pada kelompok usia 36-45 tahun sebesar 62,50% (Tabel 6). Hal ini dapat disebakan karena pada kelompok usia tersebut merupakan usia produktif, dimana beban kerja yang meningkat cenderung meningkatkan stres secara langsung maupun tidak sehingga mengakibatkan beban inflamasi meningkat.5 Penelitian Coelho dkk. menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyesuaian usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kebiasaan merokok, terdapat hubungan yang positif antara stres dan PD ≥4mm maupun antara stres dan CAL ≥5mm.65

5.3 Tingkat Keparahan Periodontisis berdasarkan Jenis Kelamin

Selain usia, perbedaan jenis kelamin juga memengaruhi tingkat keparahan periodontitis. Berdasarkan tingkat keparahannya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada laki-laki, prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV grade C) menunjukkan angka tertinggi yaitu sebesar 57,14%, sedangkan prevalensi terendah yaitu periodontitis parah dengan progresivitas cepat (Stage III

Grade C) sebesar 4,76% (Tabel 7). Secara keseluruhan, tingkat keparahan ini dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok yang lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Serrano dkk. yang menunjukkan bahwa CAL ≥5mm dan PD ≥6mm dua kali lipat lebih banyak ditemukan pada laki-laki yang juga perokok aktif.27 Hal serupa juga dikemukakan oleh Yang dkk. dalam suatu studi meta-analysis yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan CAL ≥4mm dan PD ≥4mm secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, dimana perokok aktif laki-laki jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan perempuan di Daratan Tiongkok.45

Meningkatnya prevalensi dan tingkat keparahan dari kerusakan jaringan periodontal pada perokok menunjukkan bahwa interaksi host dan bakteri yang seharusnya normal pada periodontitis kronis, menjadi berubah dan mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal meluas. Ketidakseimbangan antara serangan bakteri dan respons host dapat disebabkan oleh perubahan komposisi biofilm subgingiva, perubahan respons host terhadap bakteri, atau keduanya.3

Berdasarkan tingkat keparahannya, penelitian ini menunjukkan bahwa pada perempuan, prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas sedang (Stage IV Grade B) menunjukkan angka tertinggi yaitu sebesar 53,33%, sedangkan prevalensi periodontitis terendah adalah periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) sebesar 13,33% (Tabel 7). Perbedaan progresivitas periodontitis tersebut dapat terjadi, salah satu faktornya karena kebiasaan merokok yang jarang ditemukan pada perempuan sehingga kerusakan jaringan sesuai dengan pertambahan usia. Hal lain yang dapat dikaitkan yaitu mayoritas perempuan pada penelitian ini sudah memasuki masa menopause dimana produksi estrogen yang menurun dihubungkan dengan meningkatnya risiko periodontitis.43 Akan tetapi, penelitian Alves dkk. tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan dari CAL dan PD pada kelompok studi (p>0.05).66 Penelitian Wulandari dkk. juga tidak menunjukkan adanya perbedaan tingkat keparahan penyakit periodontal pada perempuan perimenopause dan pascamenopause (p>0.05).30

5.4 Tingkat Keparahan Periodontitis berdasarkan Penyakit Sistemik Pada hasil penelitian ini, tabel 8 menunjukkan bahwa prevalensi periodontitis lanjut dengan progresivitas cepat (Stage IV Grade C) tertinggi ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebesar 60%. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah antara periodontitis dan DM tipe 2. DM tipe 2 dianggap sebagai faktor risiko yang relevan terhadap perkembangan periodontitis dan berkontribusi pada peningkatan prevalensi, tingkat keparahan dan progresivitasnya.47 Hal ini sejalan dengan penelitian Botero dkk. yang menunjukkan bahwa prevalensi periodontitis lebih tinggi (75,3%) pada penderita diabetes dibandingkan dengan penderita non-diabetes (64,1%). Pada pasien dengan diabetes yang menderita periodontitis dan merokok, terdapat CAL yang lebih besar dibandingkan dengan penderita non-diabetes (p<0.01). Sebagai tambahan, risiko CAL pada pasien diabetes dengan HbA1c >8% dan merokok meningkat dari 4,4 kali menjadi 12,3 kali. Hal ini menjelaskan bahwa kontrol glikemik yang buruk dapat mengakibatkan kehilangan perlekatan dan kehilangan gigi seiring berjalannya waktu.67

Selain DM tipe 2 sebagai faktor risiko meningkatnya prevalensi dan tingkat keparahan periodontitis, periodontitis juga memiliki efek negatif dalam kontrol glikemik pasien diabetes. Semakin parah periodontitis yang diderita, semakin tinggi risiko mengalami DM tipe 2.47 Hal ini sejalan dengan penelitian Wu dkk. dimana periodontitis parah meningkatkan kejadian DM tipe 2 sebesar 53%.48

Periodontitis lanjut dengan progresivitas sedang (Stage IV Grade B) ditemukan dengan prevalensi yang tinggi pada penderita hipertensi yaitu sebesar 64,29% (Tabel 8). Hipertensi dan periodontitis memiliki faktor risiko yang sama, seperti merokok, stres, pertambahan usia, dan faktor sosio-ekonomi. Kesamaan faktor risiko tersebut tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang signifikan antara kedua penyakit.50 Walaupun demikian, penelitian Vidal dkk. menyimpulkan bahwa periodontitis parah tampaknya berperan sebagai indikator risiko hipertensi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien hipertensi memiliki persentase sisi dengan CAL ≥6mm yang lebih tinggi secara signifikan, namun, jenis kelamin,

konsumsi alkohol dan merokok, tidak berperan signifikan sebagai indikator risiko pada penelitian tersebut.64

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Periodontitis paling banyak dijumpai pada kelompok usia 46-55 tahun, pasien laki-laki, dan penderita hipertensi.

2. Berdasarkan tingkat keparahannya, periodontitis stage IV grade B meningkat seiring bertambahnya usia, sedangkan periodontitis stage IV grade C paling banyak dijumpai pada pasien laki-laki dan penderita diabetes melitus tipe 2.

6.2 Saran

1. Dibutuhkan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya periodontitis terhadap kesehatan umum seseorang serta kerjasama antara dokter, dokter gigi, dan tenaga medis lainnya untuk melakukan tindakan promotif, preventif, dan kuratif dalam mengatasi periodontitis.

2. Diperlukan adanya pencatatan atau anamnesis yang lebih detail, serta penyimpanan gambaran radiografi secara digital yang dapat memudahkan peneliti lainnya untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang kerusakan tulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tonetti MS, Jepsen S, Jin L, Otomo-Corgel J. Impact of the global burden of periodontal diseases on health, nutrition and wellbeing of mankind: A call for global action. J Clin Periodontol. 2017;44(5):456–62.

2. Nazir M, Al-Ansari A, Al-Khalifa K, Alhareky M, Gaffar B, Almas K. Global Prevalence of Periodontal Disease and Lack of Its Surveillance. Sci World J.

2020;2020:1–8.

3. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman and Carranza’s Clinical Periodontology. 13th ed. Newman and Carranza’s Clinical Periodontology. Philadelphia: Elsevier Inc; 2019. 326–95, 434–63, 1189-205.

4. Eke PI, Thornton-Evans GO, Wei L, Borgnakke WS, Dye BA, Genco RJ.

Periodontitis in US Adults: National Health and Nutrition Examination Survey 2009-2014. J Am Dent Assoc. 2018;149(7):576–88.

5. Khan S, Saub R, Vaithilingam RD, Safii SH, Vethakkan SR, Baharuddin NA.

Prevalence of chronic periodontitis in an obese population: A preliminary study. BMC Oral Health. 2015;15(1):1–7.

6. Nazir MA. Prevalence of periodontal disease, its association with systemic diseases and prevention. Int J Health Sci. 2017;11(2):72–80.

7. Aljehani YA. Risk factors of periodontal disease: Review of the literature. Int J Dent. 2014;2014:1–9.

8. Arigbede AO, Babatope BO, Bamidele MK. Periodontitis and systemic diseases: A literature review. J Indian Soc Periodontol. 2012;16(4):487–91.

9. Humphrey LL, Fu R, Buckley DI, Freeman M, Helfand M. Periodontal disease and coronary heart disease incidence: A systematic review and meta-analysis. J Gen Intern Med. 2008;23(12):2079–86.

10. Si Y, Fan H, Song Y, Zhou X, Zhang J, Wang Z. Association Between Periodontitis and Chronic Obstructive Pulmonary Disease in a Chinese Population. J Periodontol. 2012;83(10):1288–96.

11. Kemenkes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Balitbang Kemenkes RI.

2019.

12. Kemenkes RI. Laporan Provinsi Sumatera Utara Riskesdas 2018. 2019.

13. Kinane DF, Stathopoulou PG, Papapanou PN. Periodontal diseases. Nat Rev Dis Prim. 2017;3:1–14.

14. Trombelli L, Farina R, Silva CO, Tatakis DN. Plaque-induced gingivitis: Case definition and diagnostic considerations. J Clin Periodontol. 2018;45(20):44–

67.

15. Idrees MM, Azzeghaiby SN, Hammad MM, Kujan OB. Prevalence and severity of plaque-induced gingivitis in a saudi adult population. Saudi Med J.

2014;35(11):1373–7.

16. Chapple ILC, Mealey BL, Van Dyke TE, Bartold PM, Dommisch H, Eickholz P, et al. Periodontal health and gingival diseases and conditions on an intact and a reduced periodontium: Consensus report of workgroup 1 of the 2017 World Workshop on the Classification of Periodontal and Peri-Implant

Diseases and Conditions. J Clin Periodontol. 2018;45(20):68–77.

17. Holmstrup P, Plemons J, Meyle J. Non–plaque-induced gingival diseases. J Clin Periodontol. 2018;45(20):28–43.

18. Hernández-Ríos P, Espinoza I, Salinas M, Rodríguez-Castro F, Baeza M, Hernández M. Distribution of biopsied non plaque-induced gingival lesions in a Chilean population according to the classification of periodontal diseases.

BMC Oral Health. 2018;18(1):1–6.

19. American Academy of Periodontology. Glosarry of Periodontal Terms. 4th ed.

Chicago, Illinois; 2001. 39–40 p.

20. AAP. American Academy of Periodontology Task Force Report on the Update to the 1999 Classification of Periodontal Diseases and Conditions. J Periodontol. 2015;86(7):835–8.

21. Caton JG, Armitage G, Berglundh T, Chapple ILC, Jepsen S, Kornman KS, et al. A new classification scheme for periodontal and peri-implant diseases and conditions - Introduction and key changes from the 1999 classification. J Periodontol. 2018;89(1):1–8.

22. Agrali OB, Kuru BE. Periodontal treatment in a generalized severe chronic periodontitis patient: A case report with 7-year follow-up. Eur J Dent.

22. Agrali OB, Kuru BE. Periodontal treatment in a generalized severe chronic periodontitis patient: A case report with 7-year follow-up. Eur J Dent.

Dokumen terkait