BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.”8
Teori berguna menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodologi aktivitas penelitian dan imajinitas sosial sangat ditentukan oleh teori”.9
Menurut Soerjono Soekanto, “Teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua semua interrelasi, dalam semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya, serta kebenaraannya dapat diuji.10
8Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 2010, hal. 6
9M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Majur, Bandung, 2014, hal. 80
10Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 121
Kerangka teori yang akan dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini yaitu teori kepastian hukum dipadukan dengan teori perlindungan hukum serta teori kewenangan:
a. Teori kepastian hukum
Hukum dipandang sebagai sesuatu yang otonom, karena hukum tak lain hanyalah kumpulan aturan-aturan hukum, norma-norma hukum, dan asas-asas hukum. Bagi penganut aliran-aliran ini, tujuan hukum semata-mata untuk mewujudkan kepastian hukum. Gustav Radbruch, seorang filsuf hukum Jerman mengajakan adanya tiga ide dasar hukum yang oleh sebagian besar pakar teori hukum dan filsafat hukum juga diidentikan sebagai tiga tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.11 Masalah kepastian hukum dalam kaitan dengan pelaksanaan hukum, memang sama sekali tidak dapat dilepaskan dari prilaku manusia. Kepastian hukum bukan mengikuti prinsip “pencet tombol”
(subsumsiotomat), melainkan sesuatu yang cukup rumit,yang banyak berkaitan dengan faktor di luar hukum itu sendiri.12
Teori kepastian hukum yang juga dipelopori oleh Aguste Comte yang mengatakan pada dasarnya kaidah hukum itu sendiri tanpa melibatkan kaidah-kaidah di luar non hukum (etika), hukum tidak lagi dikonsepsi sebagai asas moral, metayuridis yang abstrak tentang keadilan, melainkan ius yang telah mengalami positivisasi sebagai lege atau lex13
11Achmad Ali, Menguak Teori-Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta, VolumeI, 2007, hal.288
12Ibid, hal. 297
13Otje Salmandan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkandan Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal.80
Lelang diatur dalam vendu Reglement Stbl 1908/189, vendu Institut Stbl 1908/190. Peraturan lelang tersebut sebagai warisan colonial sampai sekarang masih berlaku. Perubahan-perubahan telah terjadi dalam lelang, baik asas-asas yang terkandung dalam peraturan yang terkandung dalam peraturan lembaga lelang sendiri dan perubahan proses lelang. Semua masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh perubahan, peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara teratur.14 Adapun pembaharuan yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat Peraturan Pemerintah Cq. Departemen Keuangan telah mengeluarkan peraturan pelaksana lelang. Meskipun telah terdapat berbagai peraturan pelaksana, tetapi muatan peraturan dasarnya masih Vendu Reglement Stbl 1908// 189 dan Vendu Instructie Stbl 1908/190 masih merupakan produk hukum Kolonial Belanda, yang tentunya muatan berdimensi politis tidak berkepribadian nasional dnaa perlu kesesuaian dari muatan tersebut dengan perkembangan hukum yang hidup di masyarakat, ataukah peraturan tersebut sudah menggariskan pembaharuan perundang-undangan warisan Kolonial Belanda, maka sudah seharunya hukum lelang mengalami pembaharuan.
Lelang merupakan suatu cara penjualan barang yang adil, karena dilakukan di muka umum, didahului dengan upaya pengumuman, dilaksanakan oleh dan/atau dihadapan Pejabat Lelang dan pembentukan harga yang kompetitif untuk mencapai harga tertinggi. Lelang juga merupakan sarana yang digunakan sebagai bagian dari penegakan hukum (lawenforcement). Dengan demikian,
14 Muchtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2010, hal. 1
pengertian lelang harus memenuhi lima unsur,yaitu : a. Lelang adalah suatu bentuk penjualan barang.
b. Penentuan harga bersifat kompetitif karena cara penawaran harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan dan naik-naik atau secara turun-turun dan/atau secara tertutup dan tertulis tanpa memberi prioritas kepada pihak manapun untuk membeli.
c. Pembeli tidak dapat ditunjuk sebelumnya, kecuali kepada para calon peminat lelang dengan penawaran tertinggi yang telah melampaui nilai limit dapat ditunjuk sebagai pemenang/pembeli.
d. Memenuhi unsur publisitas, karena lelang adalah penjualan yang bersifat transparan.
e. Dilaksanakan pada suatu saat dan tempat tertentu sehingga bersifat cepat, efisien dan efektif.15
Lelang juga memberikan kepastian hukum, dimana lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Dalam setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik peralihan hak (acta vantransport) atas barang sekaligus sebagai alas penyerahan barang. Tanpa Risalah Lelang, pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang tidak sah.
Pelaksanaan lelang yang demikian tidak memberi kepastian hukum tentang hal-hal yang terjadi, karena apa yang terjadi tidak tercatat secara jelas sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian . Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lelang
15Mantayborbir dan Iman Jauhari, Hukum Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal.10
dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat khususnya perkembangan lelang yang dinamis ditengah masyarakat, di mana pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan pelaksana lelang berupa Keputusan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Negara tentang Petunjuk Teknis Lelang.
Walaupun peraturan lelang telah berulang kali mengalami perubahan namun muatan dasarnya tidak lepas dari Vendu Reglement Stbl. 1908/189, Vendu Instructie Stbl.1908/190 yang merupakan warisan dari colonial Belanda sehingga tidak mengherankan jika terkadang peraturan lelang yang dikeluarkan tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau setingkat yang diatur oleh instansi terkait. Lelang tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata, tetapi lelang termasuk dalam perjanjian bernama (nominaat) /perjanjian khusus (benomed) karena mempunyai nama sendiri “lelang” yang diatur dan diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang, yaitu dalam Vendu Reglement.16 Penjualan lelang dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai jual beli yang diaturdalam KUHPerdata Buku III tentang Perikatan, Pasal 1319 KUHPerdata yang berbunyi: “semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu”.17
Jual beli diatur dalam Pasal 1457KUHPerdata yang merumuskan jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
16Ibid, hal. 95
17 Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 57
telah dijanjikan. Dengan demikian, Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi menciptakan nilai dari suatu barang atau mencairkan suatu barang menjadi sejumlah uang dengan nilai objektif, adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga, adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli.18
b. Teori perlindungan hukum
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum oleh Philipus M. Hadjon ,dalam kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbeschermingvande burgers.19 Pendapat ini menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yakni “rechtbescherming.” Philipus M. Hadjon membedakan perlindungan hukum bagi rakyat dalam dua macam yaitu:
1) Perlindungan hukum reprensif artinya ketentuan hukum dapat dihadirkan sebagai upaya pencegahan terhadap tindakan pelanggaran hukum.Upaya ini di implementasikan dengan membentuk aturan hukum yang bersifat normatif.
2) Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi. Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.
18Ibid, hal. 96
19Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hal.1.
Perlindungan hukum di Negara Republik Indonesia sudah ada sejak terbentuknya Negara yaitu tertuang dalam Preambule UUD 1945 aline ke – IV “ Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.” . Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.20
Perlindungan hukum dalam hal ini sesuai dengan teori interprestasi hukum sebagaimana dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksana an yang dapat diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa konkrit.
Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna Undang-Undang. Pembenarannya terletak pada kegunaan untuk melaksanakan ketentuan yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu sendiri.21
Soerjono Soekanto fungsi hukum adalah untuk mengatur hubungan antara Negara atau masyarakat dengan warganya, dan hubungan antara sesama warga masyarakat tersebut, agar kehidupan dalam masyarakat berjalan dengan tertib dan
20Handri Mamudi, Perlindungan Hukum Terhadap Debitor, Kreditor Atas Jaminan Hak Tanggungan Dalam Pelaksanaan Lelang Dan Eksekusi, Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017, hal. 5
21E.St. Harahap, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hal. 854
lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya ketertiban) dan keadilan dalam masyarakat. Kepastian hukum mengharuskan diciptakannya peraturan umum atau kaidah umum yang berlaku umum. Agar tercipta suasana aman dan tentram dalam masyarakat, maka kaidah dimaksud harus ditegakkan serta dilaksanakan dengan tegas.22
Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagian yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.23
Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rechts gerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtszekerheid).24 Menurut Satjipto Raharjo, ”Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya.
Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak, tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat dapat disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentuyang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.25
Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang
22Soerjono Soekanto, Penegakkan Hukum, Binacipta, Bandung, 1999, hal. 15
23Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 79.
24Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal.85.
25Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal.53
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.26Ada pula menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.27
Pada prinsipnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek yang dilindungi oleh hukum yang dapat menimbulkan adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hak dan kewajiban didalam hubungan hukum tersebut harus mendapatkan perlindungan oleh hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam melaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arti dari perlindungan hukum itu sendiri adalah pemberian kepastian atau jaminan bahwa seseorang yang melakukan hak dan kewajiban telah dilindungi oleh hukum.
Adanya hubungan hukum yang terjadi antara pembeli lelang, debitor dan kreditor menciptakan adanya perlindungan hukum, dalam hal ini perlindungan hukum dapat diartikan bahwa hubungan antara kreditor dan debitor tidaklah mengurangi perlindungan hukum yang seharusnya diterima oleh pembeli lelang tersebut.
Untuk menganalisa perlindungan terhadap pembeli sehubungan dengan diharuskannya para pihak melakansakan perjanjian dengan itikad baik digunakan teori pendukung mengenai perlindungan hukum terhadap pembeli berdasarkan asas itikad baik. Menurut Ridwan Khairandy, walaupun itikad baik sangat penting
26Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Univ Sebelas Maret, Surakarta, 2010, hal. 3.
27 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, hal. 14.
dalam kontrak, tapi sampai sekarangh permasalahan definisi iktikad baik tetap abstrak, tidak universal, dimensi yang pertama merupakan dimensi subjektif yang berarti iktikad baik mengarah pada makna kejujuran. Dimensi kedua adalah dimensi objektif yang memaknai mengenai iktikad baik kerasionalan, kepatutan atau keadilan. Itikad baik dalam konteks Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata harus didasarkan pada kerasionalan daa kepatutan.28
c. Teori kewenangan
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.
Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G.
Steenbeek menyebut sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara.29
Keberadaan lelang sebagai fungsi publik maupun privat sangat dibutuhkan. Pelaksanan lelang sendiri berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 telah memberikan kewenangan kepada KPKNL dalam melaksanakan yang sangat luas termasuk diantaranya lelang eksekusi.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 /PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang mengatur kewenangan Pejabat Lelang Kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II
28Ridwan Khairandy, Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pascasarjana FH. UI, 2004, hal. 347
29Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2013. hal. 99
di mana Pejabat Lelang Kelas I melaksanakan semua jenis lelang, termasuk lelang eksekusi, lelang non eksekusi wajib, dan lelang non eksekusi sukarela. PL-1 merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan DKJN di Kementerian Keuangan RI, yang diberikan tugas sebagai Pejabat Lelang, sedangkan mengenai kewajiban dan kewenangan Pejabat Lelang Kelas II lebih terperinci diatur dalam peraturan menteri Keuangan Nomor 45/PMK.06/2017 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pejabat Lelang Kelas II. Pejabat Lelang Kelas II hanya melaksanakan jenis lelang non eksekusi sukarela. Adapun permohonan jenis lelang eksekusi dan lelang non eksekusi wajib yang diajukan oleh pemohon lelang kepada Pejabat Lelang Kelas II atau Kantor Balai Lelang Swasta, tetap dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas I yang betempat di KPKNL.
Pejabat Lelang Kelas II merupakan orang tertentu yang diangkat menjadi Pejabat Lelang, yang berprofesi sebagai Notaris, Penilai, dan Pensiunan PNS DJKN. Pejabat Lelang Kelas I berkantor di KPKNL, sedangkan Pejabat Lelang Kelas II berkantor di kantor balai lelang swasta. Balai lelang swasta merupakan perseroan terbatas yang didirikan untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang lelang. Pejabat Lelang Kelas I melakukan lelang atas objek lelang yang berada di wilayah kerjanya, sedangkan Pejabat Lelang Kelas II melakukan lelang dikantor lelang swasta dengan wilayah jabatan tertentu sesuai dengan keputusan pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II.Meskipun pejabat lelang kelas II adalah orang swasta, pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh Direktur Jenderal yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan.Direktur Jenderal dan
Kepala Kantor Wilayah karena jabatannya (ex officio) menjadi Pengawas Lelang (Superintenden) dari Pejabat Lelang Kelas II.30
Pejabat Lelang Kelas I dalam menjalankan tugasnya tidak bisa dialihkan kepada pihak lain, melainkan harus dilakukan oleh diri sendiri. Sedangkan seorang Pejabat Lelang Kelas II, dalam Peraturan Menteri Nomor 45/PMK.06/2017 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pejabat Lelang Kelas II, diatur adanya mekanisme pengalihan tugas, misalnya diatur dalam PMK untuk cuti, Pejabat Lelang Kelas II harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor wilayah setempat. Jika Pejabat Lelang Kelas II adalah seorang Notaris, maka wilayah kerjanya sebagai Pejabat Lelang Kelas II mengikuti wilayah kerja dimana Notaris tersebut ditempatkan. Peran Notaris dalam proses lelang sebagai Pejabat Lelang Kelas II merupakan salah satu kebutuhan hukum masyarakat akan jasa Notaris terkait dengan proses pembangunan yang semakin meningkat.31Salah satu peran Notaris dalam proses pelelangan yaitu dengan membuat akta risalah lelang.
Pejabat Lelang kelas II dimaksud berasal dari kalangan swasta.Pejabat Lelang ini berwenang menerbitkan Risalah Lelang, namun hanya dalam lelang yang bersifat sukarela (voluntary auction). Notaris merupakan salah satu pejabat yang termasuk kedalam pihak yang mempunyai wewenang atas pembuatan Risalah Lelang sukarela tersebut. Pemberian kewenangan kepada Notaris dalam pembuatan akta Risalah Lelang sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf g undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menyebabkan timbulnya ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya di bidang
30Ibid
31 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia ; Suatu Penjelasan, (Raja Rafindo Persada, Jakarta, 2008), hal. 6.
lelang. Hal ini dikarenakan pemberian kewenangan tersebut tumpang tindih dengan kewenangan Pejabat Lelang sebagai pelaksana lelang berdasarkan Vendu Reglement Staatsblad tahun 1908 nomor 189 dan Vendu Instructie Staatsblad 1908 Nomor 190. Namun demikian kewenangan Notaris membuat akta Risalah Lelang ini tidak dapat secara otomatis diterapkan begitu saja.Hanya Notaris yang telah ditetapkan dan diangkat sebagai Pejabat Lelang kelas II saja yang berhak dan berwenang memimpin pelaksanaan lelang dan membuat akta Risalah Lelang.
2. Kerangka Konsepsi
Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.32 Selanjutnya Samadi Suryabrata memberikan arti khusus apa yang dimaksud dengan konsep, yang mana sebuah berkaitan dengan defenisi operasional. Konsep diartikan sebagai “kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus yang disebut dengan defenisi operasional”.33
Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompak fakta atau gejala. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep
32 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998), hal.38.
33Ibid, hal.3.
menentukan antara variabel-variabel yang lain menentukan adanya hubungan empiris.34
Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum.
Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis.35
“Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum”.36
Guna menghindari terjadinya perbedaan pengertian atau makna ganda dari konsep-konsep tersebut dan untuk menghindari kesalahpahaman maka selanjutnya akan diuraikan pengertian konsep-konsep dasar yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.37 b. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan
pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
34 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal. 21
35Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 397
36Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 9
37 Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010
c. Pembeli adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.38
d. Pemenang Lelang adalah Pembeli dengan harga tertinggi.
e. Pejabat lelang adalah orang yang diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang
f. Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.39
g. Wanprestasi adalah tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitor baik karena kesengajaan atau kelalaian.40
h. Kreditor adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan perjanjian dengan jaminan.
i. Debitor adalah pihak yang memiliki hutang kepada kreditor dalam suatu perjanjian dengan jaminan yang wajib dibayar lunas oleh debitor sesuai
i. Debitor adalah pihak yang memiliki hutang kepada kreditor dalam suatu perjanjian dengan jaminan yang wajib dibayar lunas oleh debitor sesuai