ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG LELANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 251 K/TUN/2016 TESIS. Oleh
Teks penuh
(2) ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG LELANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 251 K/TUN/2016. TESIS. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh. VINI VINOLA 157011284 / M.Kn. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. Universitas Sumatera Utara.
(3) Universitas Sumatera Utara.
(4) Telah diuji pada Tanggal : 20 Agustus 2018. PANITIA PENGUJI TESIS Ketua. : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum. Anggota. : 1. Dr. Sutiarnoto, SH, M.Hum 2. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum 3. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum. Universitas Sumatera Utara.
(5) PERNYATAAN ORISINALITAS. Saya, VINI VINOLA dengan ini menyatakan bahwa tesis saya:. ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG LELANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 251/K/TUN/2016 Adalah karya orisinal saya dan setiap seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara. Dengan ini saya menyatakan tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.. Medan, 20 Agustus 2018 Yang Menyatakan,. VINI VINOLA. Universitas Sumatera Utara.
(6) ABSTRAK Lelang merupakan cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang. Setiap pelaksanaan lelang, pejabat lelang atau juru lelang merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik berdasarkan undang-undang di wilayah kerjanya, dalam hal ini yaitu akta risalah lelang. Akta risalah lelang memuat erlindungan hukum terhadap pemenang lelang berarti adanya kepastian hukum hak pemenang lelang atas barang yang dibelinya melalui lelang, memperoleh barang dan hak kebendaan atas barang yang dibelinya atau dengan kata lain pemenang lelang dapat menguasai objek lelang yang telah dimilikinya secara yuridis maupun secara materiil. Perumusan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kekuatan hukum pelaksanaan lelang terhadap pihak kreditor debitor dan pihak ketiga sebagai pemenang lelang yang beritikad baik, bagaimanakah Kepastian Hukum terhadap hak yang melekat pada pemenang lelang yang diperoleh dari akta risalah lelang atas objek lelang dan bagaimana Pertimbangan Hukum Majelis Hakim dalam memutuskan perkara pemenang lelang terkait kepemilikan tanah karena lelang objek hak tanggungan. Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian hukum normatif, yang bersifat deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan perundang-undangan yang berlaku perlindungan hukum bagi pemenang lelang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kreditor memiliki kewenangan dalam melaksanakan eksekusi dan penjualan objek jaminan hak tanggungan yang telah dieksekusi melalui badan lelang apabila debitor telah dinyatakan lalai (wanprestasi) dalam pelaksanaan pembayaran hutang-hutangnya kepada kreditor. Risalah Lelang merupakan akta autentik yang digunakan penjual/pemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya serta mempunyai kekuatan pembuktian sempurna sesuai dengan Pasal 1 angka 32 Peraturan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 27 /PMK.06/2016 dan dengan Akta Risalah Lelang Tersebut dapat digunakan oleh Pemenang Lelang untuk melakukan Pendaftaran Tanah yang telah dibelinya melalui Lelang. Tanah milik penggugat AL yang diperoleh melalui pembelian lelang pada badan lelang negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam putusan Mahkamah Agung No. 251K/TUN/2016 tersebut adalah bahwa kantor pertanahan Kabupaten Kampar dipandang lalai melaksanakan kewenangannya dengan tidak berpedoman kepada ketentuan hukum yang berlaku dalam penerbitan sertipikat hak milik berdasarkan PP No. 10 Tahun 1961 dan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah.. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Lelang, Pemenang Lelang. i. Universitas Sumatera Utara.
(7) ABSTRACT. Auction is the way to sell goods publicly by offering a written form and/or orally which is inclining or declining the highest price. It is usually preceded by an auction announcement. In every auction implementation, the auctioneer is a public official who makes an authentic deed, the Deed of Auction Letter, based on law in his working area. It contains legal protection for an auction winner so that there is legal certainty of the auction winner on something he has bought through an auction; in other words, an auction winner can control the auction object and has the property right of the object he has owned, either judicially or materially. The research problems are as follows: how about the legal force of the auction implementation on creditor, debtor, and the third party as an auction winner who has good faith, how about the legal certainty of an auction winner’s right from the auction letter on the auction object, and how about the Panel of Judges’ legal consideration in handing down the verdict which accepts an auction winner concerning land ownership due to hypothecation as the auction object. The research used juridical normative and descriptive analytic method. The approach to the research problems is done by analyzing the prevailing legal provisions on legal protection for auction winners. The result of the research showed that a creditor has the authority to execute and sell the collateral which been executed through auction body when debtors default in paying off their debt to creditors. Auction Letter is an authentic deed used by sellers/owners of goods, buyers, and auctioneers to maintain and carry out their right and obligation and to have complete evidence according to Article 1, figure 32 of the Decree of the Minister of Finance No. 27/PMK.06/2016, and the Deed of the Auction Letter can be used by an auction winner to register his land which he has bought through auction. The land owned by the plaintiff, AL, obtained from buying it in the State auction according to the Supreme Court’s Ruling No. 251K/TUN/2016 is that the management of the Land Office of Kampar Regency is considered negligent in implementing their authority by not complying with the guidelines to legal provisions in issuing ownership certificate based on PP No. 10/1961 and PP No. 24/1997 on Land Registration.. Keywords: Legal Protection, Auction, Auction Winner. ii. Universitas Sumatera Utara.
(8) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam memenuhi tugas inilah saya menyusun dan memilih judul : “ ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG. LELANG. BERDASARKAN. PUTUSAN. MAHKAMAH. AGUNG NO. 251/K/TUN/2016”. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan tesis ini, untuk itu dengan hati terbuka menerima saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat menjadi pedoman dimasa yang akan datang. Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, saya mendapat bimbingan dan pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak ternilai harganya secara khusus kepada Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, Dr. Sutiarnoto, SH, M.Hum dan Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum, selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tesis sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah. Kepada Dosen penguji Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum dan Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, MHum, yang telah memberikan masukan / arahan sehingga memperkaya tesis ini.. iii. Universitas Sumatera Utara.
(9) Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua Program Study Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan. 4. Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH, MA., selaku Sekretaris Program Study Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan. 5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga para karyawan Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan. Secara khusus saya menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada keluargaku tercinta Ayahanda Abridar, SH, dan Ibunda Yanti Elpida, yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada saya selama ini. Saya ucapkan kepada kakak tercinta Vivi Nilsi, S.KG, dan Yongki Fajar, memberikan dukungan, doa serta semangat yang telah diberikan kepada saya selama ini. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan, khususnya rekan rekan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara satu. iv. Universitas Sumatera Utara.
(10) angkatan lain yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat dan kerjasama dan diskusi, membantu dan memberikan pemikiran kritik dan saran dari awal masuk di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan sampai saat saya selesai menyusun tesis ini. Saya berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada saya, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu dilimpahkan. kebaikan,. kesehatan,. kesejahteraan. dan. rezeki. yang. melimpah.Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri saya dan juga bagi semua pihak khususnya yang berkaitan dengan bidang kenotariatan.. Medan, 20 Agustus 2018 Penulis. (Vini Vinola). v. Universitas Sumatera Utara.
(11) DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I.. IDENTITAS PRIBADI Nama. :. Vini Vinola. Tempat dan Tanggal Lahir. :. Pekanbaru, 04 Juli 1993. Alamat. :. Jl. Rawamangun No. 14A. Jenis Kelamin. :. Perempuan. Umur. :. 25 Tahun. Kewarganegaraan. :. Indonesia. Agama. :. Islam. Nama Bapak. :. H. Abridar, SH.. Ibu. :. Yanti Elpida. Sekolah Dasar. :. SDN 009 Pekanbaru. Sekolah Menengah Pertama. :. SMP Negeri 1 Pekanbaru. Sekolah Menengah Atas. :. SMA Negeri 5 Pekanbaru. S1 Universitas. :. Fakultas Hukum Universitas Trisakti. S2 Universitas. :. Program Studi Magister Kenotariatan Fakulta Hukum Universitas Sumatera Utara. II. PENDIDIKAN. vi. Universitas Sumatera Utara.
(12) DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ....................................................................................................... i. ABSTRACT ...................................................................................................... ii. KATA PENGANTAR..................................................................................... iii. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi. DAFTAR ISI................................................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1. A. Latar Belakang ........................................................................ 1. B. Perumusan Masalah ................................................................ 8. C. Tujuan Penulisan..................................................................... 9. D. Manfaat Penulisan................................................................... 9. E. Keaslian Penulisan ................................................................. 10 F. Kerangka Teori dan Konsepsi................................................ 13 1.. Kerangka Teori ............................................................... 13. 2.. Kerangka Konsepsi ......................................................... 25. G. Metode Penelitian................................................................... 27. BAB II. 1.. Jenis & Sifat Penelitian ................................................... 28. 2.. Sumber & Jenis Bahan Hukum....................................... 29. 3.. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ............................. 31. 4.. Analisis Data ................................................................... 32. KEKUATAN HUKUM PELAKSANAAN LELANG TERHADAP PIHAK KREDITOR DEBITOR DAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMENANG LELANG YANG BERITIKAD BAIK..................................................................... 34 A. Pengertian Umum, Jenis dan Asas Hukum Lelang di Indonesia ............................................................................... 34 1.. Pengertian Umum Lelang .............................................. 34. 2.. Jenis dan Asas-Asas Lelang............................................ 39. 3.. Kewajiban dan Kewenangan Pejabat Lelang.................. 46. vii. Universitas Sumatera Utara.
(13) 4.. Kewajiban. dan. Kewenangan. Badan. Pertanahan. Nasional .......................................................................... 51 B. Pengaturan Hukum Tata Cara Lelang Di Indonesia .............. 51 C. Kekuatan Hukum Pelaksanaan Lelang Terhadap Pihak Kreditor Debitor Dan Pihak Ketiga Sebagai Pemenang Lelang Yang Beritikad Baik................................................... 55 BAB III. KEPASTIAN HUKUM TERHADAP HAK YANG MELEKAT PADA PEMENANG LELANG YANG DIPEROLEH DARI AKTA RISALAH LELANG ATAS OBJEK LELANG ....................................................................... 82 A. Pemenang Lelang yang Objek Atas lelang Terbit Sertipikat Tanah Atas Nama Orang Lain................................................ 82 B. Kepastian Hukum Terhadap Hak Sempurna yang Melekat pada Pemenang Lelang yang diperoleh dari Akta Risalah Lelang Atas Objek Lelang ..................................................... 86 C. Perlindungan Hukum yang diberikan terhadap Pemenang Lelang..................................................................................... 91. BAB IV. PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PEMENANG LELANG No. 251K/TUN/2016 TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH KARENA LELANG.................................................................... 96 A. Posisi Kasus Putusan MA No. 251K/TUN/TUN/2016.......... 96 B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Mahkamah Agung Dalam Memutuskan Perkara Sengket Terhadap Penerbitan Sertipikat Hak Milik Di Atas Tanah Milik Orang Lain dalam Putusan No. 251 K/TUN/2016 .................................... 107 C. Analisis Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam Putusan No.251K/Tun/2016............................ 117. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 121 A. Kesimpulan ............................................................................ 121 B. Saran ...................................................................................... 123. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 125. viii. Universitas Sumatera Utara.
(14) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lelang merupakan cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang. Penjualan di muka umum yaitu dengan cara mengundang orang-orang atau sebelumnya sudah diberitahu tentang adanya pelelangan kemudian diberi kesempatan kepada orang-orang tersebut untuk berlelang atau membeli untuk menawar harga, menyetujui harga serta mendaftarkan.1 Lelang secara objektif dilaksanakan di muka umum dan hak serta kewajiban di antara peserta lelang adalah sama, serta penawaran yang khas di dalam lelang sehingga tercipta kompetisi harga yang optimal. Dasar hukum pelaksanaan lelang pada awalnya adalah Vendu Reglement Stbl. 1908 Nomor 189 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Stbl 1930 Nomor 85 Pasal 1 angka (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 /PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang memberikan pengertian bahwa : Lelang merupakan penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.Barang dalam ketentuan ini adalah tiap benda atau hak yang dapat dijual secara lelang. Pelelangan sebagai suatu perbuatan hukum yang memaksa dan perananya sangat penting dalam menyelesaikan masalah-masalah perdata yang dilakukan oleh pengadikan negeri maupun yang dilaksanakan oleh Badan Urusan Piutang. 1. M Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Gramedia, Jakarta, 1994, hal.115.. 1 Universitas Sumatera Utara.
(15) 2. Negara (BUPLN) sekarang menjadi Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN).2 Namun ditahun 2018 ini dilakukan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Tujuan dari pada lelang hak atas tanah adalah agar pembeli lelang dapat secara sah menguasai dan menggunakan tanah. Sebagaimana diketahui bahwa tanah merupakan benda yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Peraturan yang ada terkait dengan lelang tersebut terkadang tidak mampu dalam menampung kasuskasus yang terjadi di masyarakat. Peralihan hak dengan pelelangan hanya dapat didaftar jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang baik dalam lelang eksekusi dan lelang sukarela.3 Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK. 06/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 /PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK. 06/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, bahwa setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan pejabat lelang kecuali ditentukan lain oleh undang-undang atau peraturan pemerintah, jika pelaksanaan lelang menyimpang dari ketentuan tersebut, maka lelang tersebut adalah tidak sah. Lelang dilaksanakan atas dasar adanya. pihak. yang. menghendaki. penjualan. di. muka. umum. dan. memberitahukannya kepada pejabat lelang untuk ditentukan waktu, hari, dan tempat penjualan umum akan diadakan. Pejabat lelang tidak diperbolehkan untuk. 2. I Made Soewando, Balai Lelang Kewenangan Balai Lelang Dalam Penjualan Jaminan Kredit Macet, Yayasan Gloria, Yogyakarta, 2005, hal. 26 3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid 1, Cet. XII, Djambatan, Jakarta, 2008, hal. 516.. Universitas Sumatera Utara.
(16) 3. menolak permintaan penjualan di muka umum di dalam daerah kewenangannya sepanjang persyaratan lelang sudah dipenuhi.4 Lembaga lelang di Indonesia bukan hanya sebagai lembaga eksekusi pengadilan sebagaimana pandangan masyarakat umumnya di Indonesia, namun juga lembaga lelang melakukan pelelangan atas objek lelang di luar eksekusi sebagai salah satu cara penjualan barang selain penjualan yang biasa terjadi. Kenyataannya lelang yang dilakukan di luar barang eksekusi pengadilan atau yang disebut dengan lelang sukarela kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, padahal dengan melakukan penjualan secara lelang ada beberapa manfaat yang akan dinikmati oleh masyarakat tersebut. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengakibatkan apa yang diharapkan pemerintah yaitu agar masyarakat memanfaatkan lembaga lelang kurang tercapai dan mengakibatkan kebaikan atau manfaat lelang tidak dapat pula dirasakan oleh masyarakat.5 Setiap pelaksanaan lelang, pejabat lelang atau juru lelang merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik berdasarkan undang-undang di wilayah kerjanya, dalam hal ini yaitu akta risalah lelang. Akta risalah lelang memuat segala hal mengenai proses pelaksanaan lelang dari awal hingga akhir, dengan demikian jika debitor cidera janji pemegang hak tanggungan dapat langsung minta kepada Kantor Lelang Negara untuk menjual dalam pelelangan umum objek hak tanggungan yang bersangkutan. Tata cara ini yang paling mudah dan singkat, oleh karena kreditor tidak perlu mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan, dan ini merupakan salah satu kelebihan pelaksanaan lelang eksekusi tanpa melalui. 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27 /PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 5 S. Mantayborbir dan V.J. Mantayborbir, Hukum Perbankan dan Sistem Hukum Piutang dan Lelang Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2006, hal. 21. Universitas Sumatera Utara.
(17) 4. proses penetapan pengadilan, di samping biaya pelaksanaan pelelangan yang murah. Meskipun sebenarnya, pelaksanaan eksekusi melalui penetapan pengadilan mempunyai kekuatan eksekutorial yang kuat. Lelang eksekusi merupakan kelanjutan dari adanya sita eksekusi. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 200 ayat (1) HIR yang mengatakan: Penjualan barang yang disita dilakukan dengan bantuan kantor lelang, atau menurut keadaan yang dipertimbangkan Ketua, oleh orang yang melakukan penyitaan itu atau orang lain yang cakap dan dapat melakukan penyitaan itu atau orang lain yang cakap dan dapat dipercaya, yang ditunjuk oleh Ketua untuk itu dan berdiam di tempat di mana penjualan itu harus dilakukan atau di dekat tempat itu.6 Setelah adanya Penetapan Lelang Eksekusi oleh Ketua Pengadilan Negeri, maka putusan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan pelelangan keKantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).7 Eksekusi hak tanggungan tidak sedikit debitor atau pihak ketiga yang melakukan upaya hukum untuk menghambat proses eksekusi yang hendak dijalankan oleh KPKNL. Permasalahan semakin kompleks ketika pemilik agunan merupakan pihak ketiga dan pihak ketiga yang dibebani hak tanggungan ini melakukan perlawanan terhadap upaya KPKNL melakukan eksekusi terhadap jaminan tersebut. Debitor sengaja melakukannya untuk menghambat proses dan debitor merasa dirugikan oleh kecurangan kreditor dalam menghitung angsuran utang. Pihak bank kemudian membuat pengumuman lelang di surat kabar. Atas dasar pengumuman tersebut, pihak pelawan mengajukan perlawanan dengan alasan tanah yang akan dilelang tersebut adalah milik pelawan. Selain hambatan, karena 6. Muhammad Faisal, Upaya Perlindungan Hukum Pemenang Lelang Sebagai Pembeli Beritikad Baik Terhadap Putusan Re-Eksekusi, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014 7 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal. 118. Universitas Sumatera Utara.
(18) 5. adanya perlawanan dari debitor ataupun pihak dalam pengosongan objek lelang, maka pihak kreditor mengalami hambatan yang terkait dengan prosedur pengosongan objek lelang yang diselenggarakan melalui Balai Lelang Swasta, sebelum pihak bank terlebih dahulu mendapat surat pengantar dari KPKNL walaupun sudah ada risalah lelang yang dikukuhkan oleh KPKNL. Contoh kasus putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 251K/TUN/2016 Penggugat adalah pembeli yang sah atas tanah seluas ± 10Ha yang terletak di RTI/RWII Desa Pantai Cermin Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Lokasiantara tembusan Jalan Riau dengan Simpang Baru (Simpang Panam KM 11 sekarang lokasi tersebut bernama Jalan Garuda Sakti KM 11 Simpang Riau Baru Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar). Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 1 April 2015 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 9 April 2015 dan telah diperbaiki pada tanggal 19 Mei 2015. Objek gugatan dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kampar (TERGUGAT) berupa Sertipikat Hak Milik (SHM) yaitu: 1. Sertipikat Hak Milik No. 4225/Desa Pantai Cermin tanggal 23 Mei 1995 atas nama MARIYA. Surat Ukur Nomor: 2704/1995 tanggal 23 Mei 1995 Luas 68.680 M2. Dahulu terletak di Desa Pantai Cermin, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau sekarang Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. 2. Sertipikat Hak Milik No. 4524/Desa Pantai Cermin tanggal 14 Mei 1997 atas nama HJ. KASMINI. Surat Ukur Nomor: 17668/1993 tanggal 07 Oktober. Universitas Sumatera Utara.
(19) 6. 1993 Luas 15.989 M2. Dahulu terletak di Desa Pantai Cermin, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau sekarang Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. 3. Sertipikat Hak Milik No. 6274/Desa Pantai Cermin tanggal 26 Juni 1991 atas nama MERY WIJAYA. Surat Ukur Nomor: 16390/1991 tanggal 6 Maret 1991 Luas 19.850 M2. Dahulu terletak di Desa Pantai Cermin, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau sekarang Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Penggugat mengetahui adanya ketiga Sertipikat Hak Milik di atas berdasarkan dari Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) No. B/2796/I/2015/Reskrimum tertanggal 16 Januari 2015 dimana surat tersebut diterima oleh Penggugat dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Riau tertanggal 22 Januari 2015, dan pada saat itu Penggugat meminta kepada Penyidik untuk diperlihatkan dan dicatat langsung oleh Penggugat tentang Identitas ketiga Sertipikat tersebut. Gugatan dalam perkara a quo didaftarkan Penggugat di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 09 April 2015, sehingga oleh karenanya tenggang waktu diketahuinya objek gugatan sampai saat Penggugat mengajukan gugatan masih dalam tenggang waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Penggugat bukan merupakan pihak yang dituju oleh objek gugatan tersebut, maka sesuai dengan Bagian V Butir 3 Surat Edaran Mahkamah Agung. Universitas Sumatera Utara.
(20) 7. RI No. 2 Tahun 1991 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, tenggang waktu pengajuan gugatan dihitung secara kasuistis sejak Penggugat merasa kepentingannya dirugikan dan mengetahui adanya keputusan tersebut, yaitu sejak pada hari Kamis tanggal 22 Januari 2015 Perlindungan hukum terhadap pemenang lelang berarti adanya kepastian hukum hak pemenang lelang atas barang yang dibelinya melalui lelang, memperoleh barang dan hak kebendaan atas barang yang dibelinya atau dengan kata lain pemenang lelang dapat menguasai objek lelang yang telah dimilikinya secara yuridis maupun secara materiil, namun pada kasus ini pemenang lelang tidak dapat menguasai objek lelang karena telah terbit sertipikat atas nama orang lain. Dalam putusan MA No. 251 K/TUN/2016 menjelaskan bahwa penggugat menggugat para tergugat untuk membatalkan sertifikat tanah yang telah diterbitkan oleh BPN karena objek gugatan tersebut telah dibeli oleh penggugat melalui lelang. Penggugat menjelaskan bahwa objek sengketa yaitu. Hak Milik. (SHM) No. 4225/Pantai Cermin atas nama MY di atas tanah 68680 m2, SHM No. 4524/Pantai Cermin atas nama HK di atas tanah seluas 15989 m2 dan SHM No. 6274/Desa Pantai Cermin atas nama MW di atas tanah seluas 19.850 m2 seharusnya tidak dapat dilakukan penerbitan sertifikat karena penggugat adalah pembeli yang sah dan penggugat yang seharusnya menguasai objek lelang tersebut karena penggugat telah membayar lunas pembelian tanah melalui lelang.. Universitas Sumatera Utara.
(21) 8. Sebelumnya pada tahun 2010 penggugat telah mengajukan balek nama untuk tanah sengketa tersebut, namun BPN Bangkinang tidak menghiraukan dan tidak ada tindak lanjut atas pengajuan pendaftaran tanah tersebut, lalu pada tahun 2013 penggugat melaporkan kasus tersebut dan berdasarkan hasil penelitian Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Riau dengan Surat Pemberitahuan. Perkembangan. Hasil. Penyidikan. (SP2HP). No.. B/2796/I/2015/Reskrimum tertanggal 16 Januari 2015 dan diterima Penggugat pada tanggal 22 Januari 2015 memberitahukan dan memperlihatkan kepada Penggugat, lalu Penggugat mengetahui dan mencatat informasi tersebut bahwa diatas tanah tersebut telah terbit Sertipikat atas nama para tergugat.. Dalam. Putusannya Hakim memutuskan mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dan membatalkan objek sengketa yaitu Sertipikat Hak Milik No. 4225/Desa Pantai Cermin tanggal 23 Mei 1995 atas nama Mariya, Surat Ukur nomor 2704/1995 tanggal 23 Mei 1995 Luas 68.860 m2 dan Sertipikat Hak Milik No. 4524/Desa Pantai Cermin tanggal 14 Mei 1997 atas nama Hj. Kasmini, Surat Ukur nomor 17668/1993 tanggal 07 Oktober 1993 Luas 15.989 M2. Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemenang lelang dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No . 251K/TUN/2016”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang penulis sampaikan pada latar belakang masalah maka Penulis merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini adalah:. Universitas Sumatera Utara.
(22) 9. 1. Bagaimanakah kekuatan hukum pelaksanaan lelang terhadap pihak kreditor debitor dan pihak ketiga sebagai pemenang lelang yang beritikad baik? 2. Bagaimanakah kepastian hukum terhadap hak yang melekat pada pemenang lelang yang diperoleh dari akta risalah lelang atas objek lelang? 3. Bagaimana pertimbangan hukum majelis hakim dalam memutuskan perkara pemenang lelang terkait kepemilikan tanah karena lelang objek hak tanggungan? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat mengemukakan tujuan dan kegunaan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui dan menganalisis kekuatan hukum pelaksanaan lelang terhadap pihak kreditor debitor dan pihak ketiga sebagai pemenang lelang yang beritikad baik. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kepastian hukum terhadap hak yang melekat pada pemenang lelang yang diperoleh dari akta risalah lelang atas objek lelang. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkara pemenang lelang terkait kepemilikan tanah karena lelang. D. Manfaat Penulisan Melalui penelitian yang dilakukan, maka diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis : 1. Secara teroritis. Universitas Sumatera Utara.
(23) 10. a. Diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangsih pemikiran bagi perkembangan. hukum. lelang. pada. umumnya. berkaitan. dengan. perlindungan hukum yang diberikan kepada pemenang lelang. b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Hukum, khususnya dalam bidang Kenotariatan yang berkaitan dengan Notaris selaku kewenangan Notaris sebagai pembuat Risalah Lelang 2. Secara praktis a. Diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat atau pembaca untuk dapat menjadi gambaran dikemudian hari jika mengalami kasus yang serupa dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam berkaitan perlindungan hukum yang diberikan kepada pemenang lelang. b. Diharapkan bermanfaat untuk mengetahui lebih dalam mengenai perlindungan hukum pihak pembeli lelang dalam proses pelelangan yaitu penerapan asas efisiensi yang mana nantinya akan disusun dalam bentuk tesis untuk memenuhi syarat meraih gelar kenotariatan E. Keaslian Penulisan Berdasarkan hasil penelusuran serta pengecekan baik di Magister Kenotariatan maupun di Perpustakaan Magister Ilmu Hukum yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan menunjukkan bahwa penelitian dengan judul Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Berdasarkan Putusan TUN No . 251K/TUN/2016, ini belum pernah. Universitas Sumatera Utara.
(24) 11. dilakukan, akan tetapi ada beberapa judul yang ada kaitannya dengan topik yang dibahas pada penelitian ini, diantaranya adalah : Memey Natasha, M.Kn USU, (2016) dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang Atas Barang Yang Digugat Oleh Pihak Ketiga, Studi Kasus : Putusan MA Nomor 2839 K/PDT/2003. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah 1.. Prosedur lelang eksekusi yang dilaksanakan oleh KPKNL Batam sehingga terjadi lelang atas barang milik orang lain. 2.. Upaya peserta lelang untuk melindungi diri dari membeli barang milik orang lain dalam lelang eksekusi jaminan hak tanggungan. 3.. Perlindungan hukum terhadap pemenang lelang atas barang lelang eksekusi jaminan hak tanggungan apabila ada gugatan dari pihak ketiga ? Elman Simangunsong, M.Kn USU (2011), dengan judul penelitian. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Barang Jaminan Tidak Bergerak Yang Dibeli Berdasarkan Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.. Pengaturan tata cara lelang eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak. 2.. Pelaksanaan eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak yang dibeli berdasarkan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan. 3.. Hambatan-hambatan pelaksanaan eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak yang dibeli berdasarkan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.. Universitas Sumatera Utara.
(25) 12. Meilie M.Kn USU (2010), dengan judul penelitian Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Kredit Pada Bank Melalui Balai Lelang Swasta (Studi Kasus Pada Bank Swasta). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah 1.. Ketentuan hukum lelang melalui Balai Lelang Swasta. 2.. Mekanisme pelaksanaan lelang barang jaminan kredit pada bank swasta melalui Balai Lelang Swasta. 3.. Kekuatan hukum Risalah Lelang pada pelaksanaan lelang barang jaminan kredit pada bank swasta melalui Balai Lelang Swasta Sandra Irani, M,Kn USU (2006), dengan judul penelitian Kajian Hukum. Terhadap Pembatalan Eksekusi lelang Jaminan Hutang Kebendaan Milik Penanggung Hutang/Penjamin Hutang dalam Kaitannya dengan Pengurusan Piutang Negara (Penelitian Pada KP2LN Medan). Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah 1.. Pelaksanaan pembatalan eksekusi lelang terhadap jaminan hutang milik penanggung hutang/penjamin hutang (borgtocht) dalam kaitannya dengan pengurusan piutang negara macet pada PUPN Cabang dan KP2LN Medan.. 2.. Kendala apa sajakah yang ditemui dalam pelaksanaan pembatalan eksekusi lelang terhadap jaminan hutang milik penanggung hutang/penjamin hutang dalam kaitannya dengan pengurusan piutang negara macet pada PUPN Cabang dan KP2LN Medan. 3.. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan pembatalan eksekusi lelang terhadap jaminan hutang milik penanggung. Universitas Sumatera Utara.
(26) 13. hutang/ penjamin hutang dalam kaitannya dengan pengurusan piutang negara macet pada PUPN Cabang dan KP2LN Medan Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti tersebut di atas tidak sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang di bahas, oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan. F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.”8 Teori berguna menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodologi aktivitas penelitian dan imajinitas sosial sangat ditentukan oleh teori”.9 Menurut Soerjono Soekanto, “Teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua semua interrelasi, dalam semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya, serta kebenaraannya dapat diuji.10. 8. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 2010, hal. 6 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Majur, Bandung, 2014, hal. 80 10 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 121. 9. Universitas Sumatera Utara.
(27) 14. Kerangka teori yang akan dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini yaitu teori kepastian hukum dipadukan dengan teori perlindungan hukum serta teori kewenangan: a. Teori kepastian hukum Hukum dipandang sebagai sesuatu yang otonom, karena hukum tak lain hanyalah kumpulan aturan-aturan hukum, norma-norma hukum, dan asas-asas hukum. Bagi penganut aliran-aliran ini, tujuan hukum semata-mata untuk mewujudkan kepastian hukum. Gustav Radbruch, seorang filsuf hukum Jerman mengajakan adanya tiga ide dasar hukum yang oleh sebagian besar pakar teori hukum dan filsafat hukum juga diidentikan sebagai tiga tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.11 Masalah kepastian hukum dalam kaitan dengan pelaksanaan hukum, memang sama sekali tidak dapat dilepaskan dari prilaku manusia. Kepastian hukum bukan mengikuti prinsip “pencet tombol” (subsumsiotomat), melainkan sesuatu yang cukup rumit,yang banyak berkaitan dengan faktor di luar hukum itu sendiri.12 Teori kepastian hukum yang juga dipelopori oleh Aguste Comte yang mengatakan pada dasarnya kaidah hukum itu sendiri tanpa melibatkan kaidahkaidah di luar non hukum (etika), hukum tidak lagi dikonsepsi sebagai asas moral, metayuridis yang abstrak tentang keadilan, melainkan ius yang telah mengalami positivisasi sebagai lege atau lex13. 11. Achmad Ali, Menguak Teori-Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta, VolumeI, 2007, hal.288 12 Ibid, hal. 297 13 Otje Salmandan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkandan Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal.80. Universitas Sumatera Utara.
(28) 15. Lelang diatur dalam vendu Reglement Stbl 1908/189, vendu Institut Stbl 1908/190. Peraturan lelang tersebut sebagai warisan colonial sampai sekarang masih berlaku. Perubahan-perubahan telah terjadi dalam lelang, baik asas-asas yang terkandung dalam peraturan yang terkandung dalam peraturan lembaga lelang sendiri dan perubahan proses lelang. Semua masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh perubahan, peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara teratur.14 Adapun pembaharuan yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat Peraturan Pemerintah Cq. Departemen Keuangan telah mengeluarkan peraturan pelaksana lelang. Meskipun telah terdapat berbagai peraturan pelaksana, tetapi muatan peraturan dasarnya masih Vendu Reglement Stbl 1908// 189 dan Vendu Instructie Stbl 1908/190 masih merupakan produk hukum Kolonial Belanda, yang tentunya muatan berdimensi politis tidak berkepribadian nasional dnaa perlu kesesuaian dari muatan tersebut dengan perkembangan hukum yang hidup di masyarakat, ataukah peraturan tersebut sudah menggariskan pembaharuan perundang-undangan warisan Kolonial Belanda, maka sudah seharunya hukum lelang mengalami pembaharuan. Lelang merupakan suatu cara penjualan barang yang adil, karena dilakukan di muka umum, didahului dengan upaya pengumuman, dilaksanakan oleh dan/atau dihadapan Pejabat Lelang dan pembentukan harga yang kompetitif untuk mencapai harga tertinggi. Lelang juga merupakan sarana yang digunakan sebagai bagian dari penegakan hukum (lawenforcement). Dengan demikian, 14. Muchtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2010, hal. 1. Universitas Sumatera Utara.
(29) 16. pengertian lelang harus memenuhi lima unsur,yaitu : a. Lelang adalah suatu bentuk penjualan barang. b. Penentuan harga bersifat kompetitif karena cara penawaran harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan dan naik-naik atau secara turun-turun dan/atau secara tertutup dan tertulis tanpa memberi prioritas kepada pihak manapun untuk membeli. c. Pembeli tidak dapat ditunjuk sebelumnya, kecuali kepada para calon peminat lelang dengan penawaran tertinggi yang telah melampaui nilai limit dapat ditunjuk sebagai pemenang/pembeli. d. Memenuhi unsur publisitas, karena lelang adalah penjualan yang bersifat transparan. e. Dilaksanakan pada suatu saat dan tempat tertentu sehingga bersifat cepat, efisien dan efektif. 15 Lelang juga memberikan kepastian hukum, dimana lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Dalam setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik peralihan hak (acta vantransport) atas barang sekaligus sebagai alas penyerahan barang. Tanpa Risalah Lelang, pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang tidak sah. Pelaksanaan lelang yang demikian tidak memberi kepastian hukum tentang hal-hal yang terjadi, karena apa yang terjadi tidak tercatat secara jelas sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian . Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lelang 15. Mantayborbir dan Iman Jauhari, Hukum Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal.10. Universitas Sumatera Utara.
(30) 17. dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat khususnya perkembangan lelang yang dinamis ditengah masyarakat, di mana pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan pelaksana lelang berupa Keputusan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Negara tentang Petunjuk Teknis Lelang. Walaupun peraturan lelang telah berulang kali mengalami perubahan namun muatan dasarnya tidak lepas dari Vendu Reglement Stbl. 1908/189, Vendu Instructie Stbl.1908/190 yang merupakan warisan dari colonial Belanda sehingga tidak mengherankan jika terkadang peraturan lelang yang dikeluarkan tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau setingkat yang diatur oleh instansi terkait. Lelang tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata, tetapi lelang termasuk dalam perjanjian bernama. (nominaat). /perjanjian khusus (benomed) karena mempunyai nama sendiri “lelang” yang diatur dan diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang, yaitu dalam Vendu Reglement.16 Penjualan lelang dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai jual beli yang diaturdalam KUHPerdata Buku III tentang Perikatan, Pasal 1319 KUHPerdata yang berbunyi: “semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu”. 17 Jual beli diatur dalam Pasal 1457KUHPerdata yang merumuskan jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang 16. Ibid, hal. 95 Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 57 17. Universitas Sumatera Utara.
(31) 18. telah dijanjikan. Dengan demikian, Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi menciptakan nilai dari suatu barang atau mencairkan suatu barang menjadi sejumlah uang dengan nilai objektif, adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga, adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli. 18 b. Teori perlindungan hukum Teori yang digunakan dalam penelitian. ini adalah teori perlindungan. hukum oleh Philipus M. Hadjon ,dalam kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbeschermingvande burgers.19 Pendapat ini menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda. yakni. “rechtbescherming.”. Philipus. M.. Hadjon. membedakan. perlindungan hukum bagi rakyat dalam dua macam yaitu: 1) Perlindungan hukum reprensif artinya ketentuan hukum dapat dihadirkan sebagai upaya pencegahan terhadap tindakan pelanggaran hukum.Upaya ini di implementasikan dengan membentuk aturan hukum yang bersifat normatif. 2) Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi. Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.. 18. Ibid, hal. 96 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hal.1. 19. Universitas Sumatera Utara.
(32) 19. Perlindungan hukum di Negara Republik Indonesia sudah ada sejak terbentuknya Negara yaitu tertuang dalam Preambule UUD 1945 aline ke – IV “ Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.” . Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.20 Perlindungan hukum dalam hal ini sesuai dengan teori interprestasi hukum sebagaimana dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksana an yang dapat diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa konkrit. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna UndangUndang. Pembenarannya terletak pada kegunaan untuk melaksanakan ketentuan yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu sendiri.21 Soerjono Soekanto fungsi hukum adalah untuk mengatur hubungan antara Negara atau masyarakat dengan warganya, dan hubungan antara sesama warga masyarakat tersebut, agar kehidupan dalam masyarakat berjalan dengan tertib dan. 20. Handri Mamudi, Perlindungan Hukum Terhadap Debitor, Kreditor Atas Jaminan Hak Tanggungan Dalam Pelaksanaan Lelang Dan Eksekusi, Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017, hal. 5 21 E.St. Harahap, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hal. 854. Universitas Sumatera Utara.
(33) 20. lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya ketertiban) dan keadilan. dalam masyarakat. Kepastian. hukum mengharuskan diciptakannya peraturan umum atau kaidah umum yang berlaku umum. Agar tercipta suasana aman dan tentram dalam masyarakat, maka kaidah dimaksud harus ditegakkan serta dilaksanakan dengan tegas.22 Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagian yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan. 23 Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rechts gerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtszekerheid).24 Menurut Satjipto Raharjo, ”Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak, tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat dapat disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentuyang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang. 25 Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang. 22. Soerjono Soekanto, Penegakkan Hukum, Binacipta, Bandung, 1999, hal. 15 Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 79. 24 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal.85. 25 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal.53 23. Universitas Sumatera Utara.
(34) 21. tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.26 Ada pula menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia. 27 Pada prinsipnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek yang dilindungi oleh hukum yang dapat menimbulkan adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hak dan kewajiban didalam hubungan hukum tersebut harus mendapatkan perlindungan oleh hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam melaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arti dari perlindungan hukum itu sendiri adalah pemberian kepastian atau jaminan bahwa seseorang yang melakukan hak dan kewajiban telah dilindungi oleh hukum. Adanya hubungan hukum yang terjadi antara pembeli lelang, debitor dan kreditor menciptakan adanya perlindungan hukum, dalam hal ini perlindungan hukum dapat diartikan bahwa hubungan antara kreditor dan debitor tidaklah mengurangi perlindungan hukum yang seharusnya diterima oleh pembeli lelang tersebut. Untuk menganalisa perlindungan terhadap pembeli sehubungan dengan diharuskannya para pihak melakansakan perjanjian dengan itikad baik digunakan teori pendukung mengenai perlindungan hukum terhadap pembeli berdasarkan asas itikad baik. Menurut Ridwan Khairandy, walaupun itikad baik sangat penting 26. Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Univ Sebelas Maret, Surakarta, 2010, hal. 3. 27 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, hal. 14.. Universitas Sumatera Utara.
(35) 22. dalam kontrak, tapi sampai sekarangh permasalahan definisi iktikad baik tetap abstrak, tidak universal, dimensi yang pertama merupakan dimensi subjektif yang berarti iktikad baik mengarah pada makna kejujuran. Dimensi kedua adalah dimensi objektif yang memaknai mengenai iktikad baik kerasionalan, kepatutan atau keadilan. Itikad baik dalam konteks Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata harus didasarkan pada kerasionalan daa kepatutan.28 c. Teori kewenangan Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek menyebut sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara.29 Keberadaan lelang sebagai fungsi publik maupun privat sangat dibutuhkan. Pelaksanan lelang sendiri berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 telah memberikan kewenangan kepada KPKNL dalam melaksanakan yang sangat luas termasuk diantaranya lelang eksekusi.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 /PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang mengatur kewenangan Pejabat Lelang Kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II 28. Ridwan Khairandy, Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pascasarjana FH. UI, 2004, hal. 347 29 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2013. hal. 99. Universitas Sumatera Utara.
(36) 23. di mana Pejabat Lelang Kelas I melaksanakan semua jenis lelang, termasuk lelang eksekusi, lelang non eksekusi wajib, dan lelang non eksekusi sukarela. PL-1 merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan DKJN di Kementerian Keuangan RI, yang diberikan tugas sebagai Pejabat Lelang, sedangkan mengenai kewajiban dan kewenangan Pejabat Lelang Kelas II lebih terperinci diatur dalam peraturan menteri Keuangan Nomor 45/PMK.06/2017 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pejabat Lelang Kelas II. Pejabat Lelang Kelas II hanya melaksanakan jenis lelang non eksekusi sukarela. Adapun permohonan jenis lelang eksekusi dan lelang non eksekusi wajib yang diajukan oleh pemohon lelang kepada Pejabat Lelang Kelas II atau Kantor Balai Lelang Swasta, tetap dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas I yang betempat di KPKNL. Pejabat Lelang Kelas II merupakan orang tertentu yang diangkat menjadi Pejabat Lelang, yang berprofesi sebagai Notaris, Penilai, dan Pensiunan PNS DJKN. Pejabat Lelang Kelas I berkantor di KPKNL, sedangkan Pejabat Lelang Kelas II berkantor di kantor balai lelang swasta. Balai lelang swasta merupakan perseroan terbatas yang didirikan untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang lelang. Pejabat Lelang Kelas I melakukan lelang atas objek lelang yang berada di wilayah kerjanya, sedangkan Pejabat Lelang Kelas II melakukan lelang dikantor lelang swasta dengan wilayah jabatan tertentu sesuai dengan keputusan pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II.Meskipun pejabat lelang kelas II adalah orang swasta, pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh Direktur Jenderal yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan.Direktur Jenderal dan. Universitas Sumatera Utara.
(37) 24. Kepala Kantor Wilayah karena jabatannya (ex officio) menjadi Pengawas Lelang (Superintenden) dari Pejabat Lelang Kelas II.30 Pejabat Lelang Kelas I dalam menjalankan tugasnya tidak bisa dialihkan kepada pihak lain, melainkan harus dilakukan oleh diri sendiri. Sedangkan seorang. Pejabat. Lelang. Kelas. II,. dalam. Peraturan. Menteri. Nomor. 45/PMK.06/2017 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pejabat Lelang Kelas II, diatur adanya mekanisme pengalihan tugas, misalnya diatur dalam PMK untuk cuti, Pejabat Lelang Kelas II harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor wilayah setempat. Jika Pejabat Lelang Kelas II adalah seorang Notaris, maka wilayah kerjanya sebagai Pejabat Lelang Kelas II mengikuti wilayah kerja dimana Notaris tersebut ditempatkan. Peran Notaris dalam proses lelang sebagai Pejabat Lelang Kelas II merupakan salah satu kebutuhan hukum masyarakat akan jasa Notaris terkait dengan proses pembangunan yang semakin meningkat.31 Salah satu peran Notaris dalam proses pelelangan yaitu dengan membuat akta risalah lelang. Pejabat Lelang kelas II dimaksud berasal dari kalangan swasta.Pejabat Lelang ini berwenang menerbitkan Risalah Lelang, namun hanya dalam lelang yang bersifat sukarela (voluntary auction). Notaris merupakan salah satu pejabat yang termasuk kedalam pihak yang mempunyai wewenang atas pembuatan Risalah Lelang sukarela tersebut. Pemberian kewenangan kepada Notaris dalam pembuatan akta Risalah Lelang sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf g undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menyebabkan timbulnya ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya di bidang 30. Ibid R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia ; Suatu Penjelasan, (Raja Rafindo Persada, Jakarta, 2008), hal. 6. 31. Universitas Sumatera Utara.
(38) 25. lelang. Hal ini dikarenakan pemberian kewenangan tersebut tumpang tindih dengan kewenangan Pejabat Lelang sebagai pelaksana lelang berdasarkan Vendu Reglement Staatsblad tahun 1908 nomor 189 dan Vendu Instructie Staatsblad 1908 Nomor 190. Namun demikian kewenangan Notaris membuat akta Risalah Lelang ini tidak dapat secara otomatis diterapkan begitu saja.Hanya Notaris yang telah ditetapkan dan diangkat sebagai Pejabat Lelang kelas II saja yang berhak dan berwenang memimpin pelaksanaan lelang dan membuat akta Risalah Lelang. 2. Kerangka Konsepsi Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.32 Selanjutnya Samadi Suryabrata memberikan arti khusus apa yang dimaksud dengan konsep, yang mana sebuah berkaitan dengan defenisi operasional. Konsep diartikan sebagai “kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus yang disebut dengan defenisi operasional”.33 Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompak fakta atau gejala. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep. 32. Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998),. hal.38. 33. Ibid, hal.3.. Universitas Sumatera Utara.
(39) 26. menentukan antara variabel-variabel yang lain menentukan adanya hubungan empiris.34 Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lainlain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis.35 “Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum”.36 Guna menghindari terjadinya perbedaan pengertian atau makna ganda dari konsep-konsep tersebut dan untuk menghindari kesalahpahaman maka selanjutnya akan diuraikan pengertian konsep-konsep dasar yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.37 b. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.. 34. Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal. 21 35 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 397 36 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 9 37 Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010. Universitas Sumatera Utara.
(40) 27. c. Pembeli adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.38 d. Pemenang Lelang adalah Pembeli dengan harga tertinggi. e. Pejabat lelang adalah orang yang diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang f. Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.39 g. Wanprestasi adalah tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitor baik karena kesengajaan atau kelalaian.40 h. Kreditor adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan perjanjian dengan jaminan. i. Debitor adalah pihak yang memiliki hutang kepada kreditor dalam suatu perjanjian dengan jaminan yang wajib dibayar lunas oleh debitor sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan didalam perjanjian kredit tersebut G. Metode Penelitian Secara Etimologi metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau mengerjakan “sesuatu”, metode berasal dari bahasa yunani “Methodos” yang artinya “jalan menuju”, bagi kepentingan ilmu pengetahuan, metode merupakan 38. Peraturan menteri Keuangan republik indonesia nomor 27 /PMK.06/2016, Pasal 1. angka 22 39. Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004, hal. 3 40 Gunawan Yusuf, Hukum Perjanjian Menurut KUH Perdata, Salemba IV, Jakarta, 2011, hal. 65. Universitas Sumatera Utara.
(41) 28. titik awal menuju preposisi-preposisi akhir dalam bidang pengetahuan tertentu.41 Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. 42 Dengan demikian metode penelitian dapat juga diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian.43 Untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan, maka untuk penelitian ini digunakan metode, yaitu: 1.. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yuridis normatif, yaitu penelitian yang. mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan yang berlaku sebagai pijakan normatif.44 Penelitian yuridis normatif adalah pemecahan masalah yang didasarkan pada literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas beranjak dari adanya kesenjangan dalam norma atau asas hukum, dengan cirinya adalah menggunakan landasan teoritis dan bahan hukum yang terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Landasan teoritis yang digunakan merupakan undang-undang, normanorma maupun teori-teori yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yang diangkat. Penelitian hukum normatif yang terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum dan taraf sinkronisasi hukum.45 Penelitian. 41. Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008,. hal.1 42. Mohammad Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal.51 Lukman Hadi Darmanto, Metode Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2001, hal. 30 44 Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Filsafat Ilmu, Metode Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah Hukum, Monograf, Bandung, 2007, hal.6-7 45 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 41. 43. Universitas Sumatera Utara.
(42) 29. ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif karena penelitian ini mempelajari bahan-bahan hukum sebagai acuan dalam penelitian serta diselaraskan dengan menganalisa kasus sebagai bahan referensi yaitu Putusan Perkara Mahkamah Agung No. 251K/TUN/2016. Menurut sifatnya penelitian ini digolongkan dalam penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.46 Menurut Furchan salah satu jenis penelitian deskriptif analisis yaitu dengan studi kasus. 47. dan kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah. mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang. Kasus tersebut akan dibahas dan dianalisa menurut ilmu dan teori-teori maupun dengan pendapat dari peneliti yang selanjutnya akan disimpulkan.48 2.. Sumber dan Jenis Bahan Hukum Data merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung berhasilnya. suatu penelitian, karena data adalah gejala yang akan dicari untuk diteliti, gejala yang diamati oleh peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala yang diamati oleh peneliti. Penelitian ini bertolak belakang dari suatu pengertian bahwa penelitian. 46. Nana Syaodih Sukmadinata,Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal. 72. 47 Ahmad Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Pustaka Belajar, Yogyakarta 2004, hal.10. 48 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian dan Jurimetri Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 9. Universitas Sumatera Utara.
(43) 30. pada hakekatnya mencakup kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisa data dan konstruksi data yang semuanya. dilaksanakan secara sistematis dan. konsisten.49 Data yang diperoleh agar dapat digunakan secara relevan atau sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan data sekunder dan data primer sebagai bahan penunjang dalam penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya50,sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.51 Penelitian yuridis normatif, sumber dan jenis datanya terfokus pada data primer dan data sekunder yang meliputi bahan–bahan hukum dan dokumen hukum termasuk kasus hukum yang menjadi pijakan dasar peneliti dalam rangka menjawab permasalahan dan. tujuan penelitian. Menurut Soerjono Soekanto. bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaidah dasar yaitu Pembukaan UUD 1945, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi misalnya hukum adat, yurisprudensi, traktat dan KUHPerdata. 52 a. Bahan Hukum Primer yaitu : 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria. 49. Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Peran dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian Hukum, PDHUI, Jakarta, 2013, hal.1 50 JSupranto, Methode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal.2 51 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, J a k a r t a , 2001, hal. 81 52 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UIPress, Jakarta, 2010, hal.151-152. Universitas Sumatera Utara.
(44) 31. 3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 /PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 4) Putusan Perkara MA No. 251K/TUN/2016 b.. Bahan hukum sekunder yaitu: Buku–buku, literatur, artikel, makalah, jurnal dan tulisan–tulisan yang berkaitan dengan lelang di Indonesia. Dokumen atau arsip resmi yang berkaitan dengan kasus Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang dalam Perkara MA Nomor 251K/TUN/2016. c.. Bahan Hukum tersier berupa Kamus Hukum, Kamus Bahasa Indonesia, Ensiklopedia. 3.. Teknik dan Alat Pengumpulan Data. a.. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan. menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu penelitian ini juga didukung dengan penelitian lapangan (field reseach) pedoman wawancara. b. Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat: a.. Studi Dokumen Untuk memperoleh data sekunder perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori dan. Universitas Sumatera Utara.
(45) 32. dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. b. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara adalah panduan dalam melakukan kegiatan wawancara yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh pewawancara dalam mengumpulkan data-data penelitian. Para informan yang dipilih untuk mendukung penelitian ini yaitu: 1) 1 (satu) orang Kepala Seksi Lelang KPKNL Pekanbaru. 2) 1 (satu) orang kepala kantor BPN Pekanbaru. 4.. Analisis Data Penelitian yang dilakukan supaya mendapat hasil yang maksimal, maka. sangat penting dilakukan analisis bahan hukum karena dengan analisis bahan hukum merupakan proses menyusun bahan hukum agar bahan hukum dapat ditafsirkan. 53 Untuk menganalisa permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, selain mengambil rujukan dari putusan Mahkamah Agung, juga diselaraskan dengan peraturan hukum yang terkait dengan permasalahan mengenai kasus perlindungan Hukum Bagi Pemenang lelang dengan memakai metode kualitatif.54 Metode ini tidak dapat dipisahkan dengan pendekatan masalah, spesifikasi penelitian, dan jenis bahan hukum yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan bahan hukum deskriptif berupa kata - kata tertulis.55. 53. Dadang Kahmad, MetodePenelitian Agama, (Pustaka Setia, Bandung, 2000), hal.102 Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002,. 54. hal. 101 55. Ibid, hal. 3. Universitas Sumatera Utara.
(46) 33. Analisis yang dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang mempergunakan aspek-aspek normatif. (yuridis). melalui metode yang. bersifat deskriptif analisis yang menguraikan gambaran dari bahan hukum yang diperoleh dan menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan deduktif, yaitu cara berpikir yang mengambil kesimpulan berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum kemudian ke khusus, fakta tersebut yaitu hasil putusan hakim yang dianalisa dalam kasus yang diangkat.. Universitas Sumatera Utara.
(47) 34. BAB II KEKUATAN HUKUM PELAKSANAAN LELANG TERHADAP PIHAK KREDITOR DEBITOR DAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMENANG LELANG YANG BERITIKAD BAIK A. Pengertian Umum, Jenis dan Asas Hukum Lelang di Indonesia 1.. Pengertian Umum Lelang Lelang dikenal sejak tahun 1908 dengan dikeluarkannya Vendu Reglement. (Peraturan Lelang Stb 1908 Nomor 189) dan Vendu Instructie (Instruksi Lelang Stb 1908 Nomor 190).56 Istilah lelang berasal dari bahasa Belanda, yaitu vendu, sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan istilah auction. Istilah lainnya merupakan terjemahan dari bahasa Belanda openbare verkooping, openbare veiling, atau openbare verkopingen, yang berarti “lelang” atau “penjualan dimuka umum”.57 Lelang atau Penjualan dimuka umum merupakan suatu penjualan barang yang dilakukan didepan khalayak ramai dimana harga barang - barang yang ditawarkan kepada pembeli setiap saat semakin meningkat.58 Selain itu, Pasal 1 Vendu Reglement (VR) yang merupakan aturan pokok lelang yang dibawa oleh Belanda menyebutkan: “penjualan umum (lelang) merupakan penjualan barangbarang yang dilakukan kepada umum dengan penawaran harga yang meningkat atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diizinkan untuk ikut-serta, dan diberi kesempatan untuk menawar harga, 56. I Made Ssoewandi, Op.Cit., hal. 39 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Rajawali Pers, Bandung, 2016, hal. 239 58 Ibid 57. 34 Universitas Sumatera Utara.
(48) 35. menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup”. Vendu Reglement Stbl tahun 1908 Nomor 189 diubah dengan Stbl 1940 Nomor 56 yang masih berlaku saat ini sebagai dasar hukum lelang, menyebutkan “Penjualan umum (openbare verkoopingen verstaan veilingen en verkoopingen van zaken, welke in het openbaar bij ophod, of slag of inschrijying worden gehouden of waarbij aan duartoe genoodiglen of tevoren met de veiling of verkoopingen toegelaten personen gelegenheid wordt gegeven om te beiden, temijnen of in te schrijven.59 Terjemahan dalam peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia menyebutkan penjualan umum merupakan pelelangan atau penjualan benda yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup atau kepada orang-orang yang diundangkan atau sebelumnya diberitahu mengenai pelalangan atau penjualan itu, atau diizinkan untuk ikut serta dan diberi kesempatan untuk menawar harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup. Secara yuridis istilah lelang sebagai “penjualan dimuka umum” dipergunakan dalam peraturan lelang sebagaimana termuat dalam Vendu Reglement tanggal 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 Nomor 189, yang berlaku sejak 1 April 1908. Ketentuan dalam Pasal 1 Vendu Reglement memberikan batasan pengertian penjualan dimuka umum adalah Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan penawaran harga yang 59. Purnama Tiora Sianturi, Perlindungan Hukum terhadap Pembelian Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, (Mandar Maju, Bandung, 2013), hal. 51. Universitas Sumatera Utara.
(49) 36. meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau sebelumnya diberi tahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diizinkan untuk ikut serta, dan diberi kesempatan untuk menawar harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup.60 Secara yuridis pengertian “lelang” dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 17 UU. No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000, yang menyatakan bahwa “lelang” adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Menurut Yahya Harahap yang dimaksud dengan penjualan di muka umum atau yang biasanya disebut dengan lelang adalah pelelangan dan penjualan barang yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat, dengan persetujuan harga yang makin meningkat, atau dengan pendaftaran harga, atau dimana orang orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberi tahu tentang pelelangan atau penjualan, atau kesempatan yang diberikan kepada orangorang yang berlelang atau yang membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan.61 Berdasarkan penjelasan lelang tersebut di atas, secara garis besar lelang dapat definisikan sebagai berikut: a. Cara penjualan yang dilakukan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan 60. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hal. 20-21 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 115 61. Universitas Sumatera Utara.
(50) 37. b. Dilakukan di depan umum yaitu dengan cara mengumumkannya untuk mengumpulkan peminta/peserta lelang; c. Dilaksanakan dengan cara penawaran harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis yang bersifat kompetitif; d. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai pemenang.62 Pengaturan lelang saat ini banyak dijumpai lembaga-lembaga yang bergerak dibidang lelang yang merupakan bentuk khusus dari penjualan barang di muka umum yang telah diakui oleh peraturan perundang-undangan. Peraturan mengenai lelang terbagi 2 (dua) macam, yaitu peraturan umum dan peraturan khusus yang mana antara lain: e. Peraturan umum, merupakan peraturan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur lelang, tetapi ada beberapa pasal didalamnya yang mengatur lelang 1) KUHPerdata Stbl. 1847/23 antara lain Pasal 389, 395, 1139 (1), 1149 (1). 2) Rbg (Reglement Hukum Acara untuk Daerah Luar Jawa dan Madura) Stbl. 1927/227 Pasal 206-228. 3) RIB/HIR (Reglement Indonesia yang Diperbaharui) Stbl. 1941/44 Pasal 195-208. 4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana Pasal 45 dan 273.. 62. Wildan Suyuthi, Sita Eksekusi: Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Tatanusa, Jakarta, 2004), hal. 43-44. Universitas Sumatera Utara.
(51) 38. 5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 6. 6) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. 7) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 8) Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 9) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.63 f. Peraturan Khusus mengenai lelang merupakan Peraturan Perundangundangan yang secara khusus mengatur mengenai lelang, antara lain: 1) Vendu Reglement (Peraturan Lelang) Stbl 1908:198 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Stbl 1941. Vendu Reglement mulai berlaku pada tanggal 1 April 1908, merupakan peraturan yang mengatur prinsip-prinsip pokok tentang lelang. Bentuk peraturan ini reglement bukan ordonansi yang dianggap sederajat dengan undang-undang, karena pada saat pembuatannya belum dibentuk volksraad (Dewan Rakyat). 2) Vendu Instructie merupakan (instruksi lelang) Staatsblaad 1908:190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakHIR dengan Staatsblaad 1930:85. 3) Vendu Instructie merupakan ketentuan-ketentuan yang melaksanakan Vendu Reglement.. 63. Purnama Tioria Siantur, Op.Cit, hal. 49. Universitas Sumatera Utara.
Garis besar
Dokumen terkait
<is>Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan iireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
Perlakuan degreening buah jeruk siam asal Jember yang diawali dengan perlakuan precooling pada suhu 5 o C menghasilkan jeruk berwarna jingga, sedangkan yang tanpa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden >80% memiliki tahap proses pengambilan keputusan yang baik yaitu proses pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
(2) Koordinasi pengawas dan kepala sekolah dalam implementasi supervisi dilakukan sesuai dengan program supervisi melalui teknik supervisi yaitu: observasi,
- Khusus training wilayah Gresik, panitia bisa membantu menyediakan akomodasi (penginapan)-Informasi lengkap hubungi panitia. - Beberapa program REGULER PROMO&NON PROMO,
“Menjadi Bank Ritel Modern Terkemuka dengan Ragam Layanan Finansial Sesuai Kebutuhan Nasabah dengan Jangkauan Termudah, Untuk Kehidupan Yang Lebih.. Bermakna” Profesional
Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan metode
Berdasarkan latar belakang, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pro- porsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, reputasi auditor, risiko