BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kualitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekadar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Setiap penelitian selalu menggunakan teori.
Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian hukum maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dan mengarahkan diri kepada unsur hukum. Adapun teori yang digunakan dalam melakukan penelitian ini menggunakan Teori Tanggung Jawab Hukum. Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau memikul tanggung jawab hukum, yang berarti bahwa seseorang
bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan dengan hukum20.
Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence) dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, dan akibat yang membahayakan21. Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab terdiri dari:
a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;
b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggungjawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;
c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian; dan
d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan22.
20Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, (Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007), hal. 81
21Ibid, hal. 83
22 Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni, (Bandung:
Nuansa & Nusamedia, 2006), hal. 140
Tanggung jawab secara etimologi adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan sebagai akibat tindakan sendiri atau pihak lain. Sedangkan pengertian tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (jika terjadi sesuatu dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya)23.
Menurut kamus hukum ada 2 (dua) istilah pertanggungjawaban yaitu liability (the state of being liable) dan responsibility (the state or fact being responsible).
Liability merupakan istilah hukum yang luas, dimana liability menunjuk pada makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter resiko atau tanggung jawab yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin. Liability didefenisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan kewajiban. Liability juga merupakan kondisi tunduk kepada kewajiban secara aktual atau potensial, kondisi bertanggung jawab terhadap hal-hal yang aktual atau mungkin seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau beban, kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang dengan segera atau pada masa yang akan datang24. Sedangkan responsibility dapat dipertanggungjawabkan atau suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan. Responsibility juga berarti kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah ditimbulkannya25.
23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal. 1139
24 Ridwan H. R, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 335
25 Ibid, hal 335-336
Menurut Roscoe Pound, jenis tanggung jawab ada 3 (tiga) yaitu:
a. Pertanggungjawaban atas kerugian dengan disengaja;
b. Atas kerugian karena kealpaan dan tidak disengaja; dan
c. Dalam perkara tertentu atas kerugian yang dilakukan tidak karena kelalaian serta tidak disengaja26.
Mengenai tanggung jawab notaris selaku pejabat umum yang berhubungan dengan kebenaran materiil, dibedakan menjadi 4 (empat) hal, yaitu:
a. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materil akta yang dibuatnya;
b. Tanggung jawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil akta yang dibuatnya;
c. Tanggung jawab notaris berdasarkan peraturan jabatan notaris terhadap kebenaran materiil akta yang dibuatnya;
d. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode etik notaris27.
Hans Kelsen mengemukakan sebuah teori yang menganalisis tentang tanggung jawab hukum, yang ia sebut dengan teori tradisional. Di dalam teori tradisional tanggung jawab dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tanggung jawab yang didasarkan kesalahan; dan b. Tanggung jawab mutlak28.
26 Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum (An Introduction to the philosophy of Law) diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, (Jakarta: Bhratara Niaga Media, 1996), hal. 92
27 Nico, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, (Yogyakarta: CDSBL, 2003), hal. 250
Tanggung jawab yang didasarkan kesalahan adalah tanggung jawab yang dibebankan kepada subyek hukum atau pelaku yang melakukan perbuatan melawan hukum atau perbuatan pidana karena adanya kekeliruan atau kealpaannya (kelalaian atau kelengahan). Kelalaian adalah suatu keadaan dimana subyek hukum atau pelaku lengah, kurang hati-hati, tidak mengindahkan kewajibannya atau lupa melaksanakan kewajibannya29.
Tanggung jawab mutlak bahwa perbuatannya menimbulkan akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang, dan ada suatu hubungan eksternal antara perbuatannya dengan akibatnya. Tiadanya keadaan jiwa si pelaku dengan akibat perbuatannya30. Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya menundukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, sebagaimana yang dirumuskan oleh Hans Kelsen yaitu yang berhubungan dengan konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggungjawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau ia memikul tanggung jawab hukum berarti ia bertanggungjawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan hukum yang bertentangan31. Biasanya dalam sanksi ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.
28Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, (Bandung: Nusa Media, 2006), hal. 95
29Salim H. S dan Erlies Septiani Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Disertasi dan Tesis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 212
30Salim H. S dan Erlies Septiani Nurbani, Ibid, hal. 212
31Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dengan Judul Buku Asli “General Theory Of Law And State”, ahli bahasa Somardi, (Jakarta: Rumidi Pers, 2001), hal. 65
Tanggung jawab hukum terkait dengan konsep hak dan kewajiban hukum.
Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep hak, istilah hak disini adalah hak hukum (legal right). Secara tegas dinyatakan bahwa suatu tanggung jawab tidak dapat dihindari, diingkari atau bahkan dihilangkan dengan hanya berdasarkan pada kemauan atau kehendak notaris itu sendiri. Jadi, berdasarkan teori tanggung jawab hukum yang dikemukakan Hans Kelsen terlihat bagaimana pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan notaris menjalankan tugasnya dalam membuat dan menyimpan minuta akta. Tanggung jawab notaris adalah tanggung jawab yang di dasarkan kesalahan. Kesalahan notaris yang disebabkan kelalaian atau kekeliruan notaris dalam menjalankan tugasnya, itulah yang akan dimintai pertanggungjawabannya.
2. Kerangka Konsepsi
Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menguhubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas 32 . Selanjutnya Samadi Suryabrata memberikan arti khusus apa yang dimaksud dengan konsep, yang mana sebuah berkaitan dengan defenisi operasional. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus yang disebut dengan defenisi operasional33.
32 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 38
33 Ibid, hal. 38
Untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka haruslah didefenisikan beberapa konsep dasar sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Adapun uraian dari konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
a. Tanggung jawab, merupakan perwujudan kesadaran akan kewajiban;
b. Notaris, adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Jabatan Notaris atau berdasarkan undang-undang lainnya34;
c. Minuta Akta, adalah asli akta yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi, dan notaris, yang disimpan sebagai bagian dari protokol notaris35;
d. Protokol Notaris, adalah Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan36;
e. Akta Notaris, yang selanjutnya disebut Akta adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang Jabatan Notaris37;
f. Salinan Akta, adalah salinan kata demi kata dari seluruh Akta dan pada bagian bawah salinan akta tercantum frasa “diberikan sebagai SALINAN yang sama bunyinya”38;
34 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
35 Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
36 Pasal 1 angka 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
37Pasal
1 angka 7 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
g. Kutipan Akta, adalah kutipan kata demi kata dari satu atau beberapa bagian dari akta dan pada bagian bawah kutipan akta tercantum frasa “diberikan sebagai KUTIPAN”39; dan
h. Grosse Akta adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan utang dengan kepala Akta “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial40.