• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

2. Kerangka Konsepsional

Dalam penelitian hukum kerangka konsepsional diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk membentuk pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut di ambil dari peraturan perundang-undangan tertentu maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi- definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan kontruksi data.

Kerangka konsepsi dalam merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum, kegunaannya tidak hanya terbatas pada penyusunan kerangka konsepsional saja, akan tetapi bahkan pada usaha merumuskan definisi-definisi operasional di luar peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.

Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca rencana penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep-konsep di bawah ini :

1. Pengurus PKPU adalah Balai harta peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus harta debitor yang diberikan Penundaan Kewajiban pembayaran Utang oleh pengadilan di bawah pengawasan hakim pengawas.34

2. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) merupakan pengunduran pembayaran utang yang sudah jatuh tempo, dimana permohonannya dapat diajukan oleh debitor maupun kreditornya. Dalam hal debitor adalah badan usaha milik Negara yang bergerak yang bergerak di bidang kepentingan public, maka yang dapat mengajukan PKPU adalah lembaga tersebut sendiri. Apabila debitor adalah Perseroan Terbatas maka permohonan PKPU atas prakarsanya sendiri hanya dapat diajukan setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham dengan

34

Pasal 1 angka (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.01-HT.05.10. Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus.

kourum kehadiran dan sahnya keputusan sama dengan yang diperlukan untuk mengajukan permohonan pailit .35

3. Harta Kekayaan Perusahaan

Selama PKPU debitor tidak boleh dipaksa untuk membayar utang-utangnya sebagaimana di maksud pasal 242 jo pasal 245 UUK No. 37 Tahun 2004. Dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai guna mendapatkan pelunasan utang, harus ditangguhkan. Dalam hal ini termasuk eksekusi dan sitaan terhadap barang yang tidak dibebani agunan, sekalipun eksekusi dan sitaan tersebut berkenaan dengan tagihan kreditur yang dijamin dengan hak tanggungan, gadai atau hak agunan atas kebendaan lainnya, atau dengan hak yang harus diistimewakan berkaitan dengan kekayaan tertentu berdasarkan undang-undang. Semua sitaan yang telah dipasang berakhir segera setelah ditetapkan putusan PKPU secara tetap atau setelah persetujuan atas perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali apabila terhadap sitaan tersebut telah ditetapkan lebih awal oleh pengadilan berdasarkan permintaan pengurus PKPU.

Barang siapa mempunyai utang dan piutang kepada debitur berdasarkan harta kekayaan debitur, boleh mengadakan perhitungan utang piutang untuk pengurusannya, bila utang atau piutangnya itu telah terjadi sebelum mulai berlakunya PKPU.

35

Mengenai tagihan-tagihan yang ditujukan kepada debitur , bila dianggap perlu diselesaikan dengan cara:

a.Diberlakukan sebagai suatu tagihan dengan syarat tangguh, artinya tagihan tersebut dimasukkan dalam daftar yang memuat:

- Nama dan tempat tinggal para kreditur.

- Jumlah piutang masing-masing beserta penjelasannya.

- Apakah piutang itu di akui atau di bantah.

Jumlah tagihan itu ditentukan dengan nilai yang berlaku pada saat dimulainya PKPU. Jika pengurus dan para kreditur tidak mencapai kesepakatan tentang penetapan nilai tagihan tersebut, maka tagihan demikian harus diterima secara bersyarat untuk ditetapkan oleh hakim pengawas.

b. Diberlakukan sebagai piutang yang dapat ditagih pada waktu yang tidak dipastikan atau yang memberikan hak atas tunjangan berkala dan dimasukkan dalam daftar dengan nilai pada saat PKPU itu mulai berlaku.

c. Diperlakukan sebagai piutang yang baru dapat di tagih setahun kemudian sejak PKPU berlaku, akan diberlakukan seolah-olah dapat di tagih pada saat tersebut. Semua piutang yang baru dapat ditagih setelah setahun, terhitung sejak berlakunya PKPU, dimasukkan dalam daftar dengan perhitungan waktu setelah lewatnya waktu sejak saat tersebut. Seorang yang telah mengambil utang atau piutang dari harta kekayaan tersebut sebelum mulai berlakunya PKPU, tidak boleh meminta agar dilakukan perhitungan utang piutang. Bila sewaktu

mengadakan pengambilan itu tidak dilakukan dengan itikad baik. Terhadap utang piutang yang pengambil alihannya terjadi kemudian sesudah ada PKPU, tidak dapat diadakan perhitungan utang-piutang.

4. Debitor adalah orang atau perusahaan yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat di tagih di depan pengadilan.

5. Kreditor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang- undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.

6. Hakim pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan pailit atau putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKUP).

7. Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum

8. Kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan “pailit”. Jika kita baca seluruh ketentuan dalam undang-undang kepailitan, maka kita akan menemui pengertian kepailitan dalam pasal 1 butir 1 UUK yang berbunyi sebagai berikut : Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh curator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Pasal 1 butir 1 ini secara tegas menyatakan bahwa “kepailitan adalah sita umum, bukan sita individual”, karena itu disyaratkan dalam UUK bahwa untuk mengajukan permohonan pailit harus memiliki 2 (dua) atau lebih kreditor. Seorang kreditor yang hanya memiliki 1(satu) kreditor tidak dapat dinyatakan

pailit karena hal ini melanggar prinsip sita umum. Apabila hanya satu kreditor maka yang berlaku adalah sita individual, dan penuntutannya melalui gugatan perdata biasa, bukan melalui permohonan pailit.36

Menurut Retno wulan, dalam bukunya Kapita selekta Hukum ekenomi dan perbankan, yang di maksud dengan kepailitan adalah eksekusi massal yang ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku serta merta, dengan melakukan penyitaan umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada pada waktu pernyataan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung, untuk kepentingan semua kreditur, yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang berwajib.37

Dari pengertian kepailitan seperti disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa :38

a. Kepailitan dimaksudkan untuk mencegah penyitaan dan eksekusi yang dimintakan oleh kreditur secara perorangan.

b. Kepailitan hanya mengenai harta benda debitur, bukan pribadinya. Jadi ia tetap cakap untuk melakukan perbuatan hukum diluar hukum kekayaan. Misalnya hak yang timbul dari kedudukannya sebagai orangtua.

36

Sunarmi,Op. Cit ,Hal. 29. 37

Rahayu Hartini,Op. Cit ,Hal. 21. 38

Dokumen terkait