• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV.HAMBATAN-HAMBATAN PENGURUS PKPU DALAM MENJALANKAN

A. Hambatan-hambatan Dari Segi Yuridis

2. Penolakan dari Pihak Kreditor

UUK-PKPU bertujuan memberikan perlindungan hukum kepada debitor dan kreditor dengan memperhatikan asas keseimbangan dan keadilan. Sedangkan tujuan PKPU salah satunya adalah mengajukan Rencana Perdamaian kepada para kreditor. Dalam pelaksanaan PKPU, pengurus PKPU mempunyai kewenangan untuk membantu pengurus perusahaan dalam penyusunan rencana perdamaian yang akan diajukan kepada kreditor.130

130

Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 344.

Rencana perdamaian ini berisikan tentang rescedulling terhadap utang-utang perusahaan debitor. Untuk itu dalam rapat kreditor, para kreditor mempunyai hak untuk menerima atau menolak usulan rencana perdamaian yang diajukan oleh pengurus perusahaan atau debitor, dimana dalam keputusan para kreditor memerlukan suara setuju lebih dari setengah para kreditor yang tidak mempunyai jaminan (kreditor konkuren) yang harus hadir pada rapat tersebut, yang mewakili paling sedikit dua pertiga dari jumlah tagihan yang tidak

mempunyai jaminan dari para kreditor yang hadir pada rapat kreditor dimaksud. Karena alasan tersebutlah walaupun ada diantara kreditor yang tidak menerima surat panggilan dalam rapat kreditor berhak untuk hadir yang berguna dalam hal pemberian suara, dan akibatnya dalam penentuan diterimanya atau ditolak rencana perdamaian itu oleh para kreditor.

Pengurus PKPU seharusnya mempunyai kemampuan dalam melakukan anlisis terhadap utang-piutang perusahaan debitor, sehingga dalam menjalankan kewenangannya mampu memberikan advis kepada perusahaan untuk menyelesaikan permasalahannya, terutama menyangkut tentang rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor kepada kreditor. Karena bila kreditor menolak rencana permaian tersebut maka pengadian akan mengakhiri PKPU dalam putusan yang sama, itu artinya dengan berakhirnya PKPU maka berakhir pula kewenangan seorang pengurus PKPU.

3. Terdapatnya Debitor Yang Tidak Kooperatif

Pengurus PKPU dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari peran serta debitor atau pengurus perusahaan yang bersama-sama melakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perusahaan agar perusahaan tersebut dapat terhindari dari proses kepailitan. Debitor dalam PKPU dibagi menjadi dua yaitu debitor kooperatif dan debitor yang tidak kooperatif131

131

Sutan Remi Syahdeyni, Op. cit, hal 132.

. Debitor kooperatif adalah debitor yang dapat menjalankan kerjasama dengan pengurus PKPU, sedangkan debitor yang tidak kooperatif adalah debitor yang tidak dapat

menjalankan kerjasama dengan pengurus PKPU, sehingga dapat menjadi kendala dalam keberhasilan proses PKPU.

Terhadap debitor yang tidak kooperatif dapat diambil tindakan hukum oleh pengurus PKPU yaitu dengan memintakan pengakhiran PKPU pada Hakim Pengadilan Niaga yang memutuskan PKPU tersebut. Hal ini dianggap kurang bijaksana yang dapat membawa dampak pada kerugian harta kekayaan perusahaan, karena tujuan dari pelaksanaan PKPU tidak akan tercapai.

B. Hambatan-hambata Dari segi Budaya Hukum

Hambatan-hambatan pelaksanaan UUK-PKPU dalam memberikan kepastian hukum dari segi filosofis dapat ditelaah dengan melihat pengaruh dari budaya hukum (legal culture) dari suatu masyarakat terhadap pelaksanaan atas suatu system hukum (legal system) dalam masyarakat tersebut, dimana system hukum tersebut sangat diperlukan untuk pembangunan ekonomi masyarakat.

Suatu system hukum yang bekerja dapat dianalisis melalui 3 (tiga) komponen132

a. Struktur hukum yaitu struktur atau bentuk lembaga dan institusi dari system hukum tersebut dan proses yang mereka jalankan. Struktur dapat berupa jumlah dan macan peradilan ysng ada, ada atau tidak adanya konstitusi, pemabagian kekuasaan antara yaitu:

132

Lawrence M. Friedman, Legal Culture and Social Development, Law and society review 29 (No. 1, Augustust 1969), hal 34.

hakim, lembaga legislatif, pemerintah, prosedur-prosedur yang ada dalam bermacam- macam institusi/lembaga, dan semacamnya.

b. Substansi hukum adalah hasil (output) dari suatu sistem hukum, yang merupakan hukum itu sendiri yang terdiri dari aturan-aturan, doktrin-doktrin, keputusan- keputusan, dan sebagainya sepanjang yang digunakan oleh mereka yang mengatur dan diatur.

c. Budaya hukum adalah kebudayaan yang merupakan nilai-nilai dan cara pandang yang menyatukan system hukum tersebut, dan yang menentukan tempat dimana sistem hukum tersebut diletakkan dalam kebudayaan atau masyarakat secara keseluruhan. Budaya hukum sangatlah penting dalam menentukan suatu sistem hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam masyarakat, sehingga bila dikaji dari segi struktural dan substansif, maka UUK-PKPU telah memenuhi syarat struktural dan substansif yang dimaksud tersebut, hal ini dapat dilihat dengan adanya Pengadilan Niaga, hakimnya beserta semua institusi dan struktur peradilan yang ada di Indonesia, sedangkan secara substansif UUK-PKPU adalah hasil atau produk dari suatu sitem hukum yang ada di Indonesia, sehingga UUK-PKPU adalah hukum itu sendiri yang berupa atau sebagai suatu Undang-undang, walaupun masih ada aturan-aturan hukum yang belum jelas seperti halnya tentang tolak ukur independensi Pengurus PKPU. Akan tetapi bila di lihat dari segi budaya hukum di Indonesia khususnya di wilayah hukum Pengadilan Niaga Medan, tidaklah menunjang UUK- PKPU agar berfungsi sebagai suatu sistem hukum yang baik.

Ketiga unsur tersebut yaitu struktural, substansif dan budaya hukum merupakan satu kesatuan dari suatu sitem hukum UUK-PKPU, maka dalam suatu masyarakat Indonesia,

hukum atau UUK-PKPU itu sendiri harus sebagai suatu proses yang benar-benar ada dan dijalankan, dimana unsur-unsur dan komponen dari struktural, substansif dan budaya hukum dari UUK-PKPU harus saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, dibawah pengaruh faktor-faktor eksternal dan internal yang datang menekan dari suatu masyarakat yang lebih luas lagi, dalam hal ini contohnya adalah masyarakat internasional atau dunia melalui badan-badan internasional seperti IMF, World Bank dan sebagainya.

Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang sangat perlu memperbaiki budaya hukum agar pelaksanaan dari suatu sistem hukum dapat berjalan dengan baik karena budaya hukum mempengaruhi keseluruhan dari perjalanan suatu sistem hukum yaitu UUK-PKPU. Budaya hukum tersebut sangat penting sebagai sumber dari diinginkannya suatu sistem hukum yang baik oleh masyarakat. Budaya hukumlah yang menentukan kapan dan mengapa dan dimana masyarakat menaruh harapan pada hukum atau pemerintah.

Mengutip pendapat Ricardo Simanjuntak Ketua Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia dalam tulisannya tentang “Hukum Kepailaitan Indonesia Diambang Pailit”, yang mengatakan bahwa pelaksanaan terhadap UUK-PKPU bukanlah primadona pemerintah dalam menyelesaikan masalah utang-piutang di Indonesia, sehingga masih banyak sekali peraturan-peraturan tentang kepaialitan dan PKPU belum ada aturan pelaksanaannya, sehingga sangat sulit oleh para pihak untuk menerapkan aturan mainnya. Oleh sebab itu

wajar bila penerapan hukum kepailitan dan PKPU belum dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.133

Hukum yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen akan memberikan keadilan dan kepastian hukum yang menjadi tujuan dari hukum itu sendiri. Faktor pendidikan baik moral maupun akademis adalah sangat penting untuk memperbaiki budaya hukum di Indonesia, demikian juga halnya dengan faktor insentif yang jelas. Sehingga perubahan terhadap budaya hukum secara bertahap akan membawa perubahan terhadap sistem hukum yang ada juga khususnya yang berhubungan dengan sistem hukum kepailitan dan PKPU.

C.Upaya-upaya Untuk Mengatasi Hambatan-hambatan Pengurus PKPU Dalam Menjalankan Kewenangannya Terhadap Harta kekayaan Perusahaan.

1. Upaya yang Dilakukan Oleh pengurus PKPU

Pengurus PKPU dalam menjalankan kewenangannya mengalami berbagai hambatan dan kendala seperti yang dipaparkan diatas, untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka seorang pengurus PKPU hendaknya membekali diri dengan kemampuan dan keahlian yang dapat membantunya menyelesaikan permasalahan perusahaan didalam proses PKPU yaitu seperti pengetahuan dibidang akuntan134

133

Ricardo Simanjuntak.http// Hukum online/com. Hukum Kepailitan Indonesia diambang Pailit.Diakses tanggal 2 juni 2011.

, sehingga dapat membantu

134

Font-size1-colorff0000bagar-pkpu-lebih-optimalbfontbrpengurus-idealnya-miliki-latar- belakang-akuntan.htm. Diakses tanggal 16 juni 2011.

debitor dalam penyusunan dan pengajuan rencana perdamaian kepada kreditor disamping pengetahuan di bidang hukum yang dikuasainya. Dalam hal ini pengurus tidak bertindak sebagai administrasi belaka yang tugasnya terbatas pada tukang antar surat dan rencana perdamaian kepada kreditor, tetapi juga mampu memberikan penjelasan mengenai rencana perdamaian bila diminta oleh kreditor.

Pengurus PKPU juga harus membekali dirinya dengan moral yang baik, sehingga dalam menjalankan kewenangannya tidak memihak kepada debitor maupun kreditor. Walaupun tidak ada aturan yang mengatur tentang tolak ukur atau independensi seorang pengurus PKPU, bila ia menjalankan tugasnya dengan itikad baik maka dengan sendirinya akan mampu bertindak sesuai dengan profesionalisme.

2. Upaya Yang dilakukan Oleh Asosiasi Kurator dan Pengurus Idonesia (AKPI)

UUK-PKPU belum memenuhi seluruh aspirasi para pihak yang terlibat dalam proses kepailitan maupun PKPU. AKPI sebagai pihak yang mempunyai kewenangan dalam membentuk dan mengeluarkan peraturan-peraturan dalam lingkup tugas Kurator dan Pengurus Indonesia, sudah seharusnya melakukan upaya-upaya dalam penyempurnaan UUK-PKPU, setidak-tidaknya megeluarkan peraturan-peraturan untuk mendukung pemberlakuan UUK-PKPU. Salah satunya dengan cara mengeluarkan peraturan tentang tolak ukur indenpensi pengurus PKPU sehingga Pengadilan Niaga sebagi lembaga pemerintah yang berwenang menyelesaikan permasalahan kepailitan dan PKPU akan

dengan mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada tanpa menimbulkan interpretasi yang beragam.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait