• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Kerangka Konseptual dan Hipotesis .1 Kerangka Konseptual

Pada dasarnya penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan seperti yang dilakukan peneliti terdahulu. Penelitian ini menggunakan return on asset sebagai variabel dependen. Dan menggunakan rasio-rasio keuangan lainnya seperti current ratio, Perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan, dan leverage sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini tentunya sangat diperlukan oleh banyak pihak selain untuk peerintah juga penting manajemen dan para pemegang saham. Analisis return on asset merupakan salah satu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Dari analisis tersebut dapat menggambarkan bagaimana kinerja suatu perusahaan.

Kerangka Konseptual H1 DER (Z) CR (X1) WCT(X2) H2 H3 GROWTH (X3) ROA (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini.

Gambar 2.1 dibawah menjelaskan current ratio WCT, growth, dan leverage terhadap pertumbuhan return on asset. Sesuai dengan tinjauan pustaka dan peneliti terdahulu, dapat disusun suatu justifikasi bahwa current ratio memiliki pengaruh terhadap return on asset karena current ratio merupakan indikator terhadap kemampuan perusahaan untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian perusahaan yang disebabkan oleh aktiva beresiko, maka tinggi rendahnya nilai current ratio suatu perusahaan, akan mempengaruhi kinerja dan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan

operasionalnya. Perputaran modal kerja (WCT) berpengaruh positif pada perusahaan property dan real estate. Ratio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dan penjualan yang menunjukkan banyaknya penjualan yang diperoleh perusahaan. Growth juga berpengaruh signifikansi terhadap return on asset. Dimana growth ini dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diterima oleh perusahaan. Kemudian leverage berpengaruh negative terhadap return on asset. Apabila semakin besar ratio ini, maka menunjukkan semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini akan menurunkan profitabilitas yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan bahwa current ratio, WCT, growth, dan leveragemerupakan faktor yang berpengaruh profitabilitas perusahaan yang dalam penelitian ini diwakili oleh rasio ROA. Oleh karena itu kerangka pemikiran teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengaruh current ratio terhadap profitabilitas

Menurut James Van Horne dan John M. Wachowicz (2009 : 205), “current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar likuiditas perusahaan”. Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.

Sebuah perusahaan dalam menjalankan operasinya membutuhkan dana yang sangat besar, baik untuk produksi maupun untuk investasi. Kebutuhan dana

ini tidak dapat sepenuhnya dipenuhi menggunakan modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan peminjaman dana ke pihak lain ataupun melakukan penundaan pembayaran beberapa kewajiban. Utang yang dimiliki oleh perusahaan harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menambah beban bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian. Rasio utang dalam sebuah laporan keuangan menunjukkan seberapa besar aset yang dibiayai dengan utang. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Dengan mengetahui seberapa besar persentase utang yang dimiliki, perusahaan dapat mencegah terjadinya gagal bayar.

Perusahaan yang memiliki current ratio yang semakin besar, maka menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukkan perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva memiliki dua efek yang sangat berlainan. Di satu sisi,likuiditas perusahaan semakin baik. Namun di sisi lain, perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba, karena dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang menguntungkan perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas. Semakin besar rasio ini, semakin besar likuiditas perusahaan.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009 : 68),“likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan profitabilitas”. Maksudnya, semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.

Pengaruh WCT terhadap profitabilitas

Menurut Djawarto Ps (2004 : 20), “indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas”. Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja, perputaran persediaan (inventory turnover), dan perputaran piutang (receivable turnover). WCT dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode WCT makin cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggidan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas meningkat. Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal kerja. Pengukuran efissiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat WCT. Jika WCTsemakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan dapat lebih cepat diterima.

Pengaruh growth terhadap profitabilitas

Perusahaan retail tidak akan berjalan tanpa adanya sistem penjualan yang baik. Penjualan merupakan ujung tombak dari sebuah perusahaan. Ramalan penjualan yang tepat sangatlah diperlukan, agar proses penjualan produk dapat maksimal sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dengan menggunakan rasio growth, perusahaan dapat mengetahui trend penjualan dari produk dari tahun ke

tahun. Menurut Brigham dan Houston (2006 : 168), “penjualan harus dapat menutupi biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan”.

Untuk itu, perusahaan dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk mengantisipasi kemungkinan naik atau turunnya penjualan pada tahun yang akan datang. Bila penjualan ditingkatkan, maka aktiva pun harus ditambah sedangkan di sisilain, jika perusahaan tahu dengan pasti permintaan penjualannya di masa mendatang, hasil dari tagihan piutangnya, serta jadwal produknya, perusahaan akan dapat mengatur jadwal jatuh tempo utangnya agar sesuai dengan arus kas bersih di masa mendatang. Akibatnya, laba akan dapat dimaksimalkan.

Pengaruh leverage terhadap profitabilitas

Menurut Horne dan Wachomicz (2009 : 221), “semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin besar risiko keuangannya”. Yang dimaksudkan dengan terjadinya peningkatan risiko adalah kemungkinan terjadinya default karena perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini semakin besar.

Rasio leverage (utang) menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Berdasarkan Pecking Order Theory , semakin besar rasio ini, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis kerja sebagai berikut:

H1 : Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H2 : Perputaran Modal Kerja berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H4 : Leverage mampu memoderasi hubungan likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H5 : Leverage mampu memoderasi hubungan perputaran modal kerja secara parsial , terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H6 : Leverage mampu memoderasi hubungan pertumbuhan penjualan secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H7 : Likuiditas , Perputaran modal kerja dan Pertumbuhan penjualan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas padaperusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

.H8 : Leverage mampu memoderasi hubungan Likuiditas , Perputaran modal kerja dan Pertumbuhan penjualan secara simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

Dokumen terkait