• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian landasan teori di atas dalam tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka model kerangka kajian yang digunakan untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Kinerja Keuangan :

Return on Asset (ROA)

(X1)

Return on Equity (ROE) (X2)

Nilai Perusahaan

Tobins’Q

(Y)

Good Corporate Governance

(Kepemilikan Manajerial) (Z)

Variabel moderating

Variabel independen

Dari paparan gambar 2.1. diatas dapat diketahui bahwa Kinerja Keuangan dalam kaitannya dengan nilai perusahaan mengindikasikan variabel lain yang ikut mempengaruhi. Dalam hal ini peneliti memasukkan variabel Good Corporate Governance yang nantinya akan dapat dilihat apakah corporate governance akan mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan atau tidak.

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukan oleh peneliti, bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian atas asset perusahaan maka semakin tinggi juga nilai perusahaan, hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007). Tetapi pada penelitian lain yang dilakukan oleh Suranta dan Pratana (2004) menunjukkan bahwa ROA tidak memliki pengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Oleh sebab itu, good corporate governance dalam penelitian ini digunakan sebagai variable pemoderasi yang dapat mempengaruhi hubungan antara ROA dan nilai perusahaan. Good corporate governance dalam hal ini kepemilikan manajerial dianggap mampu untuk memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu indikator untuk menilai good corporate governance dalam suatu perusahaan yaitu persentase antara jumlah saham yang dimiliki direksi dengan total saham yang dimiliki perusahaan.

2.3.2. Perumusan Hipotesis

Menurut Sugiono (2007) Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris.

Teori Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) juga menurut hasil penelitiannya, menyatakan bahwa ROAterbukti berpengaruh positif secara statistis pada nilai perusahaan. Namun hasil yang berbeda diperoleh oleh Adyana Putra dan Wirawanti (2013) bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

Semakin baik nilai ROA maka secara teoritis kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya harga saham perusahaan. Dimana, harga saham dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobin’s Q

sebagai proksi dari nilai perusahaan. Jika harga saham dan jumlah saham yang

beredar naik maka nilai Tobin’s Q juga akan naik (Kusumadilaga, 2010).

Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara ROA terhadap nilai perusahaan menunjukkan ada faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan ROA terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut mendorong peneliti untuk

memasukkan Good Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan. GCG diyakini sebagai suatu struktur yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan. GCG mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha manajemen mengelola aset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan.

Proksi dari GCG yang digunakan adalah kepemilikan manajerial. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional).

Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan akan diperkuat oleh kepemilikan manajerial karena semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri (Gray et.al,1998). Dengan adanya motivasi tersebut, maka manajer akan berusaha semaksimal mungkin untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Jadi, jika perusahaan menerapkan sistem GCG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indicator dari nilai perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2 : Good Corporate Governance mempengaruhi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan.

Investor akan melakukan peninjauan secara luas suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, jika kinerja tinggi makan para investor akan menilai baik perusahaan. Apabila para investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali oleh para investor yaitu rasio profitabilitas terutama ROE. Menurut Lumban (2010) ROE merupakan rasio yang digunakan investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dengan ROE yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham, semakin tinggi harga saham yang diperoleh maka semakin baik pula nilai perusahaan di mata para investor.

Penelitian yang dilakukan oleh Mursidah (2011) menemukan hubungan postif dari return on equity terhadap return saham yang bermakna perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan dividen yang cukup tinggi

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3 : Return on Asset (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara ROE terhadap nilai perusahaan menunjukkan ada faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan ROE terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan Good Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan. GCG diyakini sebagai suatu struktur yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan. GCG mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha manajemen mengelola aset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan.

Proksi dari GCG yang digunakan adalah kepemilikan manajerial. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional).

Jadi, jika perusahaan menerapkan sistem GCG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya

kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indicator dari nilai perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H4 : Good Corporate Governance mempengaruhi hubungan antara ROE dengan nilai perusahaan.

Dokumen terkait