• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Net Profit Margin (X3

Earning Per Share (X4)

Leverage Ratio (X5) Current Ratio (X1)

Return Saham (Y) Return On Assets (X2)

Total Assets Turn Over (X6)

Price to Earning Ratio (X7)

Price to Book Value (X8) KINERJA KEUANGAN (X)

Investor dalam melakukan investasi saham akan memilih perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian return yang tinggi. Perusahaan yang memiliki tingkat return yang tinggi adalah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus. Untuk dapat menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, para investor perlu melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Ukuran-ukuran kinerja perusahaan secara eksplisit dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan yang dikeluarkan dapat berupa neraca, laba rugi, arus kas dan perubahan modal dan laba operasi yang secara simultan memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Menurut Chang at al (1983) dalam Triayunigsih (1999) membuktikan bahwa laporan keuangan tahunan suatu perusahaan merupakan sumber informasi yang memiliki rangking tertinggi dibandingkan dengan sumber-sumber informasi lainnya, seperti laporan keuangan intern, informasi dari pialang, media massa maupun pemberitahuan dari pihak manajemen.

Pada prinsipnya membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu fraksi dari kekayaan (asset) dan keuntungan (earning) perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karenanya, harga saham banyak ditentukan terutama oleh reputasi atau performa dari perusahaan itu sendiri, di samping tentu saja masih dipengaruhi faktor-faktor lainnya. Menurut Sharpe (1995) apabila suatu informasi diyakini oleh para investor memberikan gambaran tentang prospek yang baik suatu perusahaan, maka akan menimbulkan keberanian bagi investor untuk membeli atau menjual saham perusahaan tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Jadi informasi

yang baik suatu perusahaan akan menaikkan harga saham yang bersangkutan dan sebaliknya untuk informasi yang buruk. Dengan demikian informasi tentang kondisi internal dan eksternal akan mempengaruhi harga saham emiten yang bersangkutan dan return yang diharapkan oleh investor yaitu berupa apresiasi atau depresiasi harga return.

Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio CR merupakan indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancar dengan hutang lancar untuk masing-masing perusahaan (Syamsuddin, 2000). Perusahaan yang memiliki rasio CR yang tinggi cenderung akan memiliki kemampuan untuk segera menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Investor lebih menyukai membeli saham-saham perusahaan yang memiliki rasio CR yang tinggi. CR yang besar biasanya berdampak positif bagi perusahaan karena perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sebaliknya penurunan CR akan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin yang buruk. Hal ini menunjukkan hubungan rasio CR terhadap return saham mempunyai hubungan yang positif.

Return On Assets adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Arifin (2004) semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan atas aktiva yang digunakan sehingga resiko yang dihadapi investor dalam penanaman modalnya semakin kecil. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan di pasar modal mengalami kenaikan. Hal tersebut akan sangat menarik investor untuk berinvestasi sebab profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998) sehingga rasio ini mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham.

Rasio Earning Per Share menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. EPS adalah rasio keuangan yang paling sering digunakan untuk mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya maka semakin profitable dan menarik investasi pada perusahaan tersebut. EPS merupakan suatu indikator dari apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja perusahaan pada masa lalu dan masa yang akan datang. EPS yang semakin tinggi akan semakin menarik investor dalam menanamkan sahamnya, karena EPS menunjukkan laba yang berhak didapatkan oleh pemegang saham atas satu lembar saham yang dimilikinya (Sahetapy, 1999 dalam Triayuningsih, 2003). EPS yang tinggi akan dapat mempengaruhi perubahan return saham. Menurut Tandelilin (2001) perubahan EPS suatu perusahaan dapat mempengaruhi perubahan harga

saham yang berdampak pada perubahan return saham. Hal ini menunjukkan bahwa antara rasio EPS terhadap return saham mempunyai hubungan yang positif.

Net Profit Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Selain sebagai bagian dari rasio profitabilitas perusahaan, Net Profit Margin juga dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan. Nilai NPM yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang tinggi menghasilkan yang tinggi laba pada tingkat penjualan tertentu. Menurut Arifin (2004) semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin kecil kemungkinan resiko investasi yang ditanggung dan semakin besar kemungkinan return yang akan diperoleh. Hal ini akan mengakibatkan semakin banyak investor yang tertarik membeli suatu saham perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Rasio NPM mempunyai hubungan positif terhadap return saham.

Total Assets Turn Over adalah rasio yang mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan penjualan (Syamsuddin, 2000). Semakin tinggi rasio TATO berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva di dalam menghasilkan penjualan. Rasio TATO penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan akan tetapi lebih penting bagi manajemen perusahaan karena hal ini menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan. TATO merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan. Semakin besar rasio TATO akan

mengakibatkan meningkatnya return saham, sebaliknya semakin kecil rasio TATO akan mengakibatkan menurunnya return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa antara rasio TATO dengan return saham mempunyai hubungan yang positif.

Rasio Leverage menjelaskan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Menurut Prastowo (2002) kreditur jangka panjang lebih menyukai rasio LR yang kecil karena menunjukkan bahwa semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik modal sehingga semakin kecil resiko yang secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan return saham bagi pemilik modal. Semakin besar LR menandakan struktur permodalan perusahaan lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitasnya. Rasio LR yang semakin tinggi menunjukkan semakin besarnya proporsi hutang terhadap assets, sehingga mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi dan resiko yang harus ditanggung investor juga akan semakin tinggi. Hubungan variabel LR terhadap return saham adalah berbanding terbalik, dimana jika LR meningkat maka harga saham dan return saham akan menurun dan bila LR menurun maka return saham akan meningkat.

Price Earning Ratio mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai suatu saham, rasio ini merupakan suatu indikasi tentang harapan masa depan perusahaan. PER merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan, maka semakin tinggi pula PER. Saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi umumnya memiliki

PER yang tinggi pula. Investor bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena mereka mengharapkan akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih besar di masa yang akan datang. PER yang tinggi akan menyebabkan harga saham tinggi, sebaliknya PER yang rendah akan memyebabkan harga saham rendah. Menurut Husnan (2001) semakin tinggi tingkat keuntungan (return) maka semakin tinggi PER. Hal ini menunjukkan bahwa antara rasio PER dengan return saham mempunyai hubungan yang positif.

Price to Book Value adalah rasio yang menunjukkan apakah harga pasar saham diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut atau biasa disebut apakah harga saham tersebut overvalued atau undervalued. Semakin besar rasio PBV akan mengakibatkan meningkatnya return saham, sebaliknya semakin kecil rasio PBV akan mengakibatkan menurunnya return saham. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, semakin tinggi rasio tersebut maka semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai (return) bagi pemegang saham (Siddharta et al, 1998 dalam Triayuningsih, 2003). Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara PBV dan return saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukherji et al, (1997) dalam Triayuningsih, (2003) menyimpulkan bahwa PBV ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dan PBV ternyata juga mampu memberikan petunjuk kepada investor atau calon investor mengenai kemungkinan return saham yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

Rasio Book Value per Share adalah rasio yang mengukur nilai shareholders equity atas setiap lembar saham. Seorang investor tentunya mengharapkan memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Oleh karena itu, sebelum memutuskan membeli suatu saham seorang investor perlu mengetahui beban dari saham yang akan dibeli, karena saham dengan tingkat beban lebih ringan tentunya akan lebih menarik minat investor karena akan memberikan keuntungan yang lebih besar. Rasio BVS dapat dihitung dengan cara membandingkan total modal dengan jumlah saham yang beredar. Semakin besar rasio BVS maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor sehingga harga saham akan meningkat.

Dokumen terkait