• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah ukuran perusahaan, likuiditas, kualitas audit dan opini tahun sebelumnya. Sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah opini audit going concern.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui

pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.

Untuk lebih jelasnya keterkaitan kualitas auditor, likuiditas, opini audit tahun sebelumnya terhadap opini auditor dilihat dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Dalam teori signalling dikemukakan tentang bagaimana seharusnya informasi pada perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan total aktiva perusahaan. Nilai aktiva menunjukkan seberapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Nilai Aktiva perusahaan akan memberikan sinyal tentang prospek kelangsungan hidup perusahaan. Pihak eksternal akan lebih percaya bahwa perusahaan dengan total aktiva yang nilainya besar akan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil.

Penerimaan Opini Audit Going Concern (Y) (X1) Ukuran Perusahaan (X3) Leverage (X2) Likuiditas (X4) Kualitas Audit

(X5) Opini Tahun Sebelumnya

H1(-)

H2(-)

H3(+)

H4(+)

Dalam hubungannya dengan likuiditas juga digunakan teori teori signalling

sebagai teori yang melandasi. Informasi likuiditas perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya yang diukur dengan rasio lancar (current ratio) . Semakin besar rasio ini maka menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang baik, dan sebaliknya. Apabila current ratio kecil berarti perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya maka akan mengindikasikan adanya resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis, maka auditor cenderung akan menyatakan opini audit going concern.

(Basri, 1998 dalam Sembiring, 2011) mengatakan secara de facto, sekitar 80% dari lebih 280 perusahaan go public praktis bisa dikategorikan bangkrut. Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER). Jika tingkat DER semakin besar, maka memiliki arti bahwa perusahaan memiliki lebih banyak utang dan modal perusahaan tidak mampu membayar seluruh utang perusahaan. Hal ini disebabkan oleh utang perusahaan yang sudah jatuh tempo yang sudah jauh melebihi asetnya sehingga ada kemungkinan auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern. Sesuai dengan teori signalling, rasio leverage yang semakin tinggi akan mengindikasikan adanya resiko perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.

Teori signalling memberikan indikasi bahwa perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi untuk menunjukkan kinerja superior mereka. (Scott, 2001 dalam Pandiangan, 2013) menyatakan manajer yang rasional tidak akan

memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabilia karakteristik perusahaan tidak bagus. Argument ini didasarkan dengan anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Dengan membayar fee yang lebih tinggi untuk kualitas audit yang lebih baik, pihak perusahaan mengharapkan dengan laporan keuangan dapat memberikan sinyal (good news) terhadap pengguna laporan keuangan.

Opini audit tahun sebelumnya yaitu opini audit yang diterima auditee 1 tahun sebelum tahun penelitian. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, hal tersebut akan memberikan sinyal akan kondisi perusahaan pada tahun berikutnya kepada pihak eksternal. Perusahaan akan kehilangan kepercayaan dari pihak eksternal mengenai kelangsungan usaha perusahaan termasuk, baik dari investor, kreditur, maupun konsumen, sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk dapat memperbaiki kinerja perusahaan yang sempat terpuruk di tahun berjalan., maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern

pada tahun berjalan. 2.4. Hipotesis

Menurut Erlina (2011: 41), hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Oleh karena itu, hipotesis masih bersifat sementara.

2.4.1. Ukuran Perusahaan dengan Opini Audit Going-Concern

Mutchler (1995) menyatakan bahwa “auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil”. Hal ini dikarenakan auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin besarnya perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.

H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan pertambangan.

2.4.2. Likuiditas dengan Opini Audit Going-Concern

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Semakin rendah likuiditas semakin rendah pula kemampuan perusahaan dalam membayarkewajiban jangka pendek. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara likuiditas dengan penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin kecilnya

likuiditas perusahaan yang diukur dengan current ratio akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.

H2 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan pertambangan.

2.4.3. Leverage dengan Opini Audit Going-Concern

Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) dalam pendanaan perusahaan serta menunjukkan kemampuan modal perusahaan untuk menutupi seluruh hutangnya. Semakin rendah DER perusahaan maka semakin baik kondisi perusahaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara leverage dengan penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin besarnya leverage perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.

H3 : Leverage berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan pertambangan.

2.4.4. Kualitas Audit dengan Opini Audit Going-Concern

Kualitas audit dalam penelitian ini diproksikan dengan reputasi auditor. (DeAngelo, 1981 dalam juniarti 2008) menyatakan bahwa “auditor

berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan auditor skala kecil”. Auditor yang berafiliasi dengan KAP besar umumnya memberikan kualitas audit yang lebih baik dengan mengeluarkan opini audit going concern terhadap perusahaan yang memang seharusnya mendapatkan opini tersebut karena adanya kepentingan untuk menjaga reputasi KAP mereka. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara kualitas audit dengan penerimaan opini audit going concern, yaitu dengan kualitas audit yang lebih baik akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. H4 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap kemungkinan

penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan pertambangan.

2.4.5. Opini Tahun Sebelumnya dengan Opini Audit Going-Concern Mutchler (1984) menyatakan bahwa “perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung menerima opini yang sama pada tahun berjalan”. Hal ini dikarenakan ketika auditor memberikan opini audit going concern pada tahun sebelumnya, perusahaan tersebut dianggap mengalami masalah dalam mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga auditor cenderung akan memberikan opini audit going concern kembali pada tahun berjalan. Berdasarkan bukti empiris tersebut, terdapat hubungan positif yang signifikan antara opini going concern tahun

sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berjalan.

H5 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan pertambangan.

BAB 3

Dokumen terkait