• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tingkat upaya menunjukkan sampai sejauh mana upaya seseorang untuk mencapai suatu hasil. Tingkat upaya ini juga akan menunjukkan ukuran

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008: 54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu motivasi kebutuhan aktualisasi diri , kebutuhan penghargaan dan kebutuhan sosial sebagai variabel bebas dan prestasi kerja sebagai variabel terikat. Pada umumnya perusahaan akan berusaha meningkatkan prestasi pegawai dalam perusahaannya. Ada banyak hal yang dapat meningkatkan prestasi tersebut. Salah satu di antaranya melalui motivasi kerja.

Pemberian motivasi kepada para pegawai merupakan kewajiban paara pimpinan, agar para pegawai tersebut dapat lebih meningkatkan volume dan mutu pekerjaan sehingga penilaian prestasi kerja dapat dilakukan. Robbins dan Coulter (2010:125) menjelaskan keterkaitan antara teori motivasi dan prestasi kerja sebagai berikut: Dalam teori motivasi tradisional, motivasi akan tinggi pada tingkat dimana imbalan yang diterima individu yang berkinerja tinggi memenuhi kebutuhannya dan konsisten dengan tujuan individunya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Victor Vroom dalam Robbins dan Coulter (2010:123) bahwa motivasi adalah produk tiga faktor yaitu: Valance (keinginan untuk memperoleh reward), Expectancy (E) menunjukkan kemungkinan keberhasilan kerja (performance probility), dan Instrumentality (I) menunjukkan kemungkinan diterimanya reward jika pekerjaan berhasil.

Namun, dalam teori motivasi yaitu kebutuhan akan prestasi, penguatan dan keadilan, seseorang dengan prestasi kerja yang tinggi tidak termotivasi dengan oleh penilaian organisasi atas kinerjanya ataupun imbalan organisasi melainkan karena didorong oleh motivasi internal untuk mencapai prestasi tinggi.

Kesimpulannya, diperlukan keinginan serta dorongan yang tinggi dalam bekerja karena prestasi kerja segaris lurus dengan motivasi. Manajer seharusnya mengambil peran dalam hal ini. Manajer harus bisa mengenali tingkat kebutuhan setiap pegawai .

Sutrisno (2009:147) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh manajer dalam keterkaitan antara motivasi dan prestasi kerja:

1. Menciptakan iklim kerja yang menyenangkan.

2. Memberikan penghargaan dan pujian bagi yang berprestasi dan membimbing yang belum berprestasi.

3. Membagi tugas sesuai dengan kemampuan para bawahan.

4. Memberi umpan balik tentang hasil pekerjaan.

5. Memberikan kesempatan bawahan untuk maju dan berkreativitas.

Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel Motivasi adalah berdasar pada teori Maslow karena menurut teori Maslow menyatakan bahwa suatu hirarki kebutuhan manusia adalah bertingkat. Dari sini bisa dikatakan bahwasanya kebutuhan yang lebih pokok harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang, karena jika kebutuhan yang lebih tinggi sudah terpenuhi maka akan berhenti daya motivasi seseorang.

Pada Divisi Ritel dan Divisi Kredit Kantor Pusat Bank Sumut Medan dalam

usahanya memberikan motivasi dan semangat kerja pegawai yaitu dengan memberikan upah atau gaji yang sesuai terhadap pegawainya.

Sedangkan untuk variabel prestasi kerja (Y) mengacu pada teori Mathis dan Jackson karena orang yang kurang berprestasi dapat dikenali dari tidak terlaksananya target pekerjaan yang dibebankan serta tingkat kehadiran pegawai.

Sesuai dengan teori motivasi yang dikemukakan Abraham Maslow dalam Sutrisno (2009) mengenai 5 (lima) Hierarki Kebutuhan. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling puncak dari hierarki kebutuhan, dimana Kebutuhan ini adalah untuk mewujudkan diri dan mengembangkan kapasitas prestasinya secara optimal. Kebutuhan aktualisasi diri memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan ciri-ciri kebutuhan yang lain karena aktualisasi terpenuhi melalui diri sendiri yaitu melalui usaha pribadi, dan pemenuhannya sejalan dengan jenjang karier seseorang sehingga tidak semua orang mendapatkan kebutuhan ini.

Sejalan dengan kebutuhan aktualisasi diri lebih lanjut Maslow menyatakan di hierarki ke 4 (empat) yaitu kebutuhan penghargaan dimana merupakan Kebutuhan yang di butuhkan oleh setiap manusia yang normal, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam perusahaan maka semakin tinggi pula kebutuhan akan penghargaan tersebut. Wujud dari kebutuhan ini berupa penghargaan dan pengakuan akan kontribusinya oleh orang lain. Kebutuhan akan penghargaan ini di dapatkan apabila seseorang telah berhasil atau berprestasi.

Pada tahap berikutnya, Maslow menyakini ada kebutuhan yang tak kalah penting yaitu kebutuhan sosial atau sering pula dikatakan dengan affiliation needs merupakan kebutuhan tingkat ketiga dimana Maslow menyatakan kebutuhan ini

merupakan kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama masyarakat, karena memang orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri sendiri. Kebutuhan sosial meliputi Kebutuhan untuk di sayangi, di cintai, dan diterima oleh orang lain. Kebutuhan untuk di hormati oleh orang lain, keikutsertaan dalam pergaulan, dan berprestasi. Byars dan Rue dalam Sutrisno (2009: 164) mengartikan prestasi adalah tingkat kecapakan seseorang pada tugas-tugas mencakup pada pekerjaan.

Namun, dalam teori motivasi yaitu kebutuhan akan prestasi, penguatan dan keadilan, seseorang dengan prestasi kerja yang tinggi tidak termotivasi dengan oleh penilaian organisasi atas kinerjanya ataupun imbalan organisasi melainkan karena didorong oleh motivasi internal untuk mencapai prestasi tinggi.

Kesimpulannya, diperlukan keinginan serta dorongan yang tinggi dalam bekerja karena prestasi kerja segaris lurus dengan motivasi. Manajer seharusnya mengambil peran dalam hal ini. Manajer harus bisa mengenali tingkat kebutuhan setiap pegawai .

Sutrisno (2009:147) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh manajer dalam keterkaitan antara motivasi dan prestasi kerja:

1. Menciptakan iklim kerja yang menyenangkan.

2. Memberikan penghargaan dan pujian bagi yang berprestasi dan membimbing yang belum berprestasi.

3. Membagi tugas sesuai dengan kemampuan para bawahan.

4. Memberi umpan balik tentang hasil pekerjaan.

5. Memberikan kesempatan bawahan untuk maju dan berkreativitas.

Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel Motivasi (X) adalah berdasar pada teori Maslow karena menurut teori Maslow menyatakan bahwa suatu hirarki kebutuhan manusia adalah bertingkat. Dari sini bisa dikatakan bahwasanya kebutuhan yang lebih pokok harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang, karena jika kebutuhan yang lebih tinggi sudah terpenuhi maka akan berhenti daya motivasi seseorang.

Pada Divisi Ritel dan Divisi Kredit Kantor Pusat Bank Sumut Medan dalam usahanya memberikan motivasi dan semangat kerja pegawai yaitu dengan memberikan upah atau gaji yang sesuai terhadap pegawainya. Sedangkan untuk variabel prestasi kerja mengacu pada teori Mathis dan Jackson karena orang yang kurang berprestasi dapat dikenali dari tidak terlaksananya target pekerjaan yang dibebankan serta tingkat kehadiran pegawai.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri, penghargaan dan kebutuhan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi pegawai. Jika kebutuhan dasar seperti psikologi dan rasa aman tercapai, maka tiga teori kebutuhan dalam motivasi kerja diharapkan juga dapat tercapai, karena apabila tidak maka seorang pegawai mungkin sulit untuk berprestasi, oleh karena itu dalam hal motivasi kerja harus sejalan dengan tingkat kecapakan seorang pegawai dalam menjalankan tugas dalam organisasi sehingga prestasi pegawai dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan teori-teori diatas, kebutuhan aktualisasi diri , kebutuhan penghargaan dan kebutuhan sosial , sangat berpengaruh terhadap variabel prestasi

kerja pegawai pada Divisi Kredit dan Divisi Ritel Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan maka model kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

Dokumen terkait