• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan berbagai indikator untuk menganalisis hubungan variabel umur, tingkat pendidikan, lama usaha, jam kerja, tanggungan keluarga terhadap pendapatan. Maka dibuatlah bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis Penelitian

Menurut (Sekaren, U., 2003) dalam Sukaria Sinulingga (2011:94), hipotesis suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis ada dua yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis statistik (Ha). Hipotesis nol adalah hipotesis negatif yang menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus diuji kebenarannya dengan analisa statistik. Sedangkan hipotesis statistik adalah

Umur (X1) Lama Usaha (X3) Jam Kerja (X4) Jumlah Tanggungan (X5) Pendidikan (X2) Pendapatan (Y)

rumusan hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui perhitungan statistik. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual maka peneliti menetapkan hipotesis di dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel umur berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

2. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

3. Variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

4. Variabel jumlah jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

5. Variabel jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang adalah salah satu negara yang tergabung dalam kelompok negara-negara Asia Tenggara yang dalam tingkat perkembangan perekonomiannya belum begitu mapan. Bahkan ada para ahli ekonomi yang mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara anggota ASEAN yang tingkat persaingan ekonominya masih ketinggalan di banding dengan negara ASEAN lain.

Kondisi perekonomian Indonesia yang belum begitu stabil telah menimbulkan berbagai problem sosial yang kompleks, misalnya tumbuhnya tingkat pengangguran tinggi, bertambahnya angka kemiskian, produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang rendah, serta merosotnya usaha kecil dan menengah yang menjadi tumpuan rakyat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi satu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi sangat erat hubungannya dengan tenaga kerja. Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400.000 orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa

pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbkan jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan pekerjaan yang baru. Ketika eonomi bertumbuh, berarti terdapat pertumbuhan produksi barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi, maka kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa akan bertumbuh.

Adanya badai krisis ekonomi pada tahun 1998 yang menambah semakin beratnya beban pemerintah dalam penyedian lapangan pekerjaan di sektor formal, sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi angka pengangguran yang disebabkan semakin sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada. Sektor informal yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah dipandang mampu menjadi mitra sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, dengan demikan sektor informal perlu mendapat perhatian khusus karena perannya cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan.

Dalam situasi seperti ini masyarakat sudah tidak bisa berharap banyak lagi untuk mendapatkan pekerjaan disektor informal, masyarakat kini cenderung berlomba untuk mecari peluang bisnis yang diharapkan bisa menambah income keluarga semakin tinggi. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan keterampilan khusus adalah berdagang, dalam hal ini adalah pedagang kaki lima. Kemudahan ini dapat berupa permodalan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun dengan syarat yang ringan dan mudah memasukinya, namun mereka yang bekerja di sektor informal khususnya pedagang kaki lima mampu mandiri dan ulet dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan mereka. Peranan

sektor informal khususnya pedagang kaki lima ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan usaha baru.

Tabel 1.1

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2013-2014

Status Pekerjaan Utama 2013 2014

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5) Berusaha sendiri 94.045 36.602 82.236 40.655 Berusaha dibantu buruh

tidak tetap 30.189 24.867 33.470 28.951 Berusaha dibantu buruh

tetap 36.963 9.361 30.792 10.138 Buruh/Karyawan 309.254 174.137 345.123 191.965 Pekerja bebas di pertanian 8.613 909 10.171 1.140 Pekerja bebas di non

pertanian

50.732 19.592 53.776 20.034 Pekerja tidak di bayar 20.626 35.752 22.767 48.323

Jumlah 851.642 919.544

Sumber: BPS (diolah)

Berdasarkan tabel 1.1, maka dapat di lihat komponen pekerja informal terdiri dari pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Pada tahun 2013 pekerja informal tercatat sebanyak 321.927 orang dan dalam kurun waktu satu tahun pekerja di bidang informal bertambah menjadi 341.526 orang.

Sejalan dengan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, angka partisipasi tenaga kerja, terutama jumlah angkatan tenaga kerja wanita semakin meningkat. Peningkatan tersebut timbul bukan karena faktor kebetulan, namun dikarenakan peranan wanita di pasar kerja sudah cukup baik. Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar kerja terutama di Indonesia mempunyai kontribusi yang besar, dalam arti bahwa jumlah wanita yang menawarkan dirinya

untuk bekerja cukup besar. Masuknya angkatan kerja wanita ke berbagai sektor menandakan bahwa tidak ada batasan untuk bekerja bagi wanita. Banyak lapangan pekerjaan yang dulunya hanya di kerjakan oleh kaum lelaki sekarang sudah bisa dikerjakan oleh kaum wanita. Perubahan yang terjadi sekarang ini sebagai akibat dari perubahan lingkungan ekonomi sosial.

Kesulitan ekonomi dan tuntutan biaya kehidupan yang semakin tinggi, telah mendorong sebagian besar kaum wanita untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya. Bagi kaum wanita yang telah berkeluarga, umumnya mereka bekerja untuk menambah penghasilan suami demi mencukupi biaya kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi wanita yang belum menikah, mereka umumnya bekerjau ntuk membantu kehidupan orang tua maupun saudaranya. Wanita saat ini tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, bahkan saat mereka bekerja, pendapatannya secara maksimal digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga. Para wanita tersebut mengalokasikan segala daya yang dimiliki seperti waktu, keterampilan dan sumber dana guna mempertahankan kelangsungan hidup dengan menjadi pencari nafkah kedua (secondary breadwinner). Bahkan pada situasi dimana penghasilan suami tidak menentu, tidak mencukupi, atau tidak mempunyai penghasilan maka wanita menjadi penopang utama ekonomi keluarga (Indraswari dan Thamrin, 1994).

Di daerah perkotaan strategi kelangsungan hidup yang dilakukan oleh angkatan kerja wanita antara lain melalui aktivitas ekonomi di sektor informal. Berbagai macam aktivitas ekonomi informal dikerjakan oleh wanita dengan tetap

mempertimbangkan alokasi waktu bagi keluarga dan pekerjaan rutin rumah tangga.

Sektor informal merupakan bagian angkatan kerja di kota yang berada di luar pasar kerja yang terorganisir, yakni tidak tersentuh kebijakan pemerintah serta dapat meliputi kegiatan usaha yang sifatnya marginal dengan waktu kerja yang tidak teratur (Stephani, 2008). Di pedesaan, sektor informal didominasi oleh sektor pertanian, sementara diperkotaan didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa.

Tabel 1.2

Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Kota Medan Tahun 2013-2014

2013 2014

L P Jumlah L P Jumlah

550.442 301.220 851.642 572.335 331.996 904.331 Sumber: BPS (diolah)

Secara Umum, TPAK wanita di kota Medan jauh lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki. Meskipun demikian, jika dilihat dari jumlah angkatan kerja, selama periode 2012-2014 peningkatan jumlah angkatan kerja wanita di kota Medan jauh lebih besar dibanding angkatan kerja laki-laki dimana peningkatannya berkisar 30.776 jiwa, sedangkan angkatan kerja laki-laki mengalami peningkatan 21.893 jiwa.

Dalam literatur teoris dan empiris, kajian seperti ini bukan merupakan hal yang baru, namun sekiranya masih tetap menarik dan relevan untuk dicermati kembali. Dengan berbagai literatur yang mendukung, dan dengan beragam faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga penelitian ini diarahkan dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita Pada Sektor Informal (Studi Kasus : Pedagang Makanan Kaki Lima di Kota Medan)”.

Dokumen terkait