• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita pada Sektor Informal (Studi Kasus : Pedagang di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita pada Sektor Informal (Studi Kasus : Pedagang di Kota Medan)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN II

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -3605,897 4906,018 -,735 ,464

UMUR 4,912 79,292 ,006 ,062 ,951

PENDIDIKAN 55,503 210,298 ,024 ,264 ,792

LAMA USAHA 187,730 91,777 ,189 2,045 ,043

JAM KERJA 30,215 6,467 ,395 4,672 ,000

JUMLAH

TANGGUNGAN

809,055 270,832 ,254 2,987 ,004

a. Dependent Variable: PENDAPATAN

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1074459083,80 4

5 214891816,761 11,605 ,000b

Residual 1833128535,24 4

99 18516449,851

Total 2907587619,04 8

104

a. Dependent Variable: PENDAPATAN

b. Predictors: (Constant), JUMLAH TANGGUNGAN, PENDIDIKAN, JAM KERJA, UMUR, LAMA

USAHA

Model Summary Mod

el

R R

Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Chang e

df1 df2 Sig. F

Change

1 ,608a ,370 ,338 4303,074 ,370 11,605 5 99 ,000

a. Predictors: (Constant), JUMLAH TANGGUNGAN, PENDIDIKAN, JAM KERJA, UMUR, LAMA

(2)

LAMPIRAN III Hasil Uji Asumsi Klasik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 105

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 4198,36109879

Most Extreme Differences

Absolute ,111

Positive ,111

Negative -,060

Kolmogorov-Smirnov Z 1,133

Asymp. Sig. (2-tailed) ,153

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 15,431 3,586 4,303 ,000

UMUR -,089 ,058 -,168 -1,528 ,130

PENDIDIKAN ,022 ,154 ,015 ,142 ,888

LAMA USAHA ,073 ,067 ,119 1,081 ,282

JAM KERJA ,007 ,005 ,148 1,465 ,146

JUMLAH

TANGGUNGAN

,323 ,198 ,166 1,632 ,106

(3)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficient

s

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant)

-3605,897

4906,018 -,735 ,464

UMUR 4,912 79,292 ,006 ,062 ,951 ,751 1,332

PENDIDIKAN 55,503 210,298 ,024 ,264 ,792 ,783 1,277

LAMA USAHA 187,730 91,777 ,189 2,045 ,043 ,748 1,337

JAM KERJA 30,215 6,467 ,395 4,672 ,000 ,891 1,123

JUMLAH

TANGGUNGAN

809,055 270,832 ,254 2,987 ,004 ,878 1,139

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 1991. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Ariefianto, Moch D.2012. Ekonometrika (esensi dan apikasi dengan menggunakan eviews). Jakarta. Penerbit Erlangga.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2012. Medan dalam angka 2013-2014.Medan

Bilas, Richard A. 1993. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama

Boediono. 1982. Ekonomi Mikro Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE

Damayanti, Ariska .2011. “Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita Menikah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus 30 Responden Wanita Menikah di Kota Semarang)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro.

Damodar, Gujarati.1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta, Penerbit Erlangga.

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan.

Febriani, Liza dan Almahmudi Fakultas Ekonomi Unib.

Handayani, Rina .2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Hariningsih, Endang dan Simatupang. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran (Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima di Kota Yogyakarta)”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Universitas Andalas. Vol.4, No.2,

.

(5)

Indraswati & Juni Thamrin, 1994. Potret Kerja Buruh Perempuan: Tinjauan Pada Agroindustri Tembakau Ekspor di Jember. Bandung: yayasan Akatiga, Pusat Analisis Sosial.

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Cidesindo, Jakarta

Magdalena Lumbantoruan dan B. Soewartoyo, 1997. Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, Manajemen, Delta Pamungkas, Jakarta

Mankiw, N. G. 2003. Pengantar Ekonomi Makro 1, Salemba Empat, Jakarta

Mantra, Ida B. 2003. Demografi Umum, Pustaka Raja, Jakarta

Mashuri. 2008. Penelitian Verifikatif Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta.

McGee, T.G. dan Y.M. Yeung. 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning for The Bazaar Economy. Ottawa: International Development Research Centre.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Samuelson, Paul A. Dan Nordhaus William D. 1996. Makro Ekonomi. Edisi ke- 17. Cetakan ketiga, Erlangga, Jakarta

---, Paul A dan Nordhus William D. 1997. Makro Ekonomi. Erlangga, Jakarta.

Sastra, Dian. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Tenaga Kerja Informal Diatas Upah Minimum Propinsi Di Sumatera Barat Tesis Program Studi Perencanaan Pembangunan Universitas Andalas.

Simanjuntak, Payaman J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil – Hasil Pertanian

Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(6)

Suhartono, Didit. 2010. “Analisis Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Jalan Jendral Soedirman Purwokerto Kabupaten Banyumas”. Jurnal Pro Bisnis, Vol. 3.

Sumarsono, dkk. 1995. Peranan Wanita Pelayan dalam Kehidupan Ekonomi Keluarga di Tegal, Jawa Tengah. Eka Putri, Jakarta.

Sumarsono, S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu. Yogyakarta

Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mecari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

Pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik, kemudian dilengkapi dengan penjelasan secara deskriptif mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan serta mengungkapkan penemuan-penemuan di lapangan (Sugiyono:2009).

Masyhuri (2008: 34) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

(8)

Tembung, Medan Timur, Medan Tuntungan. Kurun waktu penelitian akan di mulai awal Maret 2016 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dimaksudkan sebagai sekumpulan orang atau objek yang mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh pekerja wanita sektor informal khususnya pedagang makanan kaki lima di Kota Medan. Jumlah pekerja wanita sektor informal khususnya pedagang makanan kaki lima di Kota Medan tidak di ketahui secara pasti karena tidak ada data dan lembaga yang mencatatnya.

3.3.2 Sampel

(9)

Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka 100 ini, sebab jumlah populasinya juga tidak diketahui. Angka ini merupakan “judgment”peneliti saja dengan berbagai alasan, antara lain:

1. Menurut Roscoe dan Sugiono (2004) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500 orang. Dengan demikian jumlah sampel penelitian ini telah sesuai bahkan sampel penelitian ini lebih besar lagi. 2. Sampel sebanyak 100 orang diyakini sangat representif untuk mewakili

keseluruhan pekerja wanita sektor informal khususnya pedagang makanan kaki lima di Kota Medan. Dengan jumlah sampel sebanyak 100 ini diyakini akan diperoleh data dan informasi yang tepat dan objektif dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang masalah atau fenomena yang diteliti.

3. Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti ketersedian dana, waktu dan sebagainya.

(10)

Tabel 3.1

Simulasi Pengambilan Sampel dan Prediksi Hari Terpakai

No Kecamatan Jumlah Sampel Prediksi Jmlah Hari di Lapangan

1 Medan Amplas 5 1

2 Medan Area 5 1

3 Medan Barat 5 1

4 Medan Baru 5 1

5 Medan Belawan 5 1

6 Medan Deli 5 1

7 Medan Denai 5 1

8 Medan Helvetia 5 1

9 Medan Johor 5 1

10 Medan Kota 5 1

11 Medan Labuhan 5 1

12 Medan Maimun 5 1

13 Medan Marelan 5 1

14 Medan Perjuangan 5 1

15 Medan Petisah 5 1

16 Medan Polonia 5 1

17 Medan Selayang 5 1

18 Medan Sunggal 5 1

19 Medan Timur 5 1

20 Medan Tuntungan 5 1

21 Medan Tembung 5 1

Jumlah 105 21 hari

Sumber : tabel diolah sendiri oleh penulis 3.4 Batasan Operasional

Dalam penelitian ini batasan yang akan diteliti peneliti mencakup permasalahan tingkat pendapatan tenaga kerja wanita pada sektor informal khususnya pedagang makanan kaki lima di Kota Medan sebagai variable dependen (Y) dan variabel umur, pendidikan, lama usaha, jam kerja dan jumlah tanggungan keluarga sebagai variabel independen (X).

3.5 Definisi Operasional

(11)

oleh pedagang dalam satu hari kerja, yang dinyatakan dalam satuan rupiah dengan akumulasi selama satu bulan.

2. Umur adalah usia tenaga kerja wanita khususnya pedagang yang di wawancarai (tahun).

3. Pendidikan merupakan tahun sukses sekolah pada pendidikan formal yang diikuti oleh responden. Pendidikan dinyatakan dalam satuan tahun.

4. Lama Usaha yang dimaksud adalah lamanya seorang pedagang wanita menajalankan usaha dagangnya.

5. Jam Kerja merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha yang dipengaruhi oleh jumlah hasil produksi, di mulai sejak buka sampai usaha berdagang tersebut tutup. Jam kerja dihitung dalam satuan jam setiap harinya dengan akumulasi dalam satu bulan.

6. Jumlah tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab dan dibiayai rutin oleh seorang tenaga kerja wanita baik anak-anak, orang tua atau usia dewasa yang belum bekerja dan dibiayai

3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro, 2009). Data primer ini diperoleh dengan cara memberikan kuisioner/angket kepada pekerja sektor informal khususnya pedagang di Kota Medan.

(12)

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Ruslan, 2006). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik, jurnal-jurnal penelitian terdahulu, buku-buku pendukung, dan penelusuran internet.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data lain. Pelaksanaan dapat dilakukan secaralangsung berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Metode wawancara/interview ini ditujukan kepada para tenaga informal wanita sektor perdagangan di Kota Medan.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan pengumpulan data dengan memberikan atau

menyebarkan daftarpertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan

tersebut bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah disediakan.

3.7 Metode Analisis Data

(13)

dalam menganalisa data pembahasan dalam penelitian ini, maka dalam pengolahan data dan analisa data digunakan proram Statistical Package For Social Science (SPSS)

Pendapatan yang diperoleh pedagang wanita kaki lima sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh enam variabel independen. Variabel–variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan pedagang wanita kaki lima adalah umur, tingkat pendidikan, lama usaha, jam kerja, modal operasonal,jmlah tanggungan.

Y = + β1X1+ β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + e Y = Pendapatan

a = konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 = koefisien regresi. X1 = Umur (tahun)

X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Lama Usaha (tahun) X4 = Jam Kerja

X5 = Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) e = error term

3.7.1 Metode Analisis Deskriptif

Menurut Sinulingga (2011:241), menyatakan definisi metode deskriptif ialah suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan situasi objek penelitian apa adanya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan tertentu berdasarkan semua data yang telah terkumpul.

3.7.2 Uji Statistik

(14)

1. Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat secara simultan (bersama-sama) apakah ada pengaruh dari variabel bebas (umur, tingkat pendidikan, lama usaha, jam kerja, modal operasional dan tanggungan keluarga). Model hipotesis yang dilakukan dalam uji F ini adalah:

Ho : b1 b2 b3 = 0 (artinya umur, tingkat pendidikan, lama usaham jam kerja dan jmlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap pendapatan).

H1 : b1 b2 b3 ≠ 0 (artinya umur, tingkat pendidikan, lama usaham jam kerjadan

jumlah tanggungan berpengaruh terhadap pendapatan). 2. Uji T (Uji Parsial)

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (umur, tingkat pendidikan, lama usaham jam kerja dan tanggungan keluarga) secara parsial terhadap variabel dependen (pendapatan). Adapun hipotesis statistik pengujian sebagai berikut:

Ho : b1 = 0 (tidak ada pengaruh umur, tingkat pendidikan, lama usaham jam kerja dan jumlah tanggungan terhadap pendapatan).

H1 : b1 ≠ 0 (ada pengaruh umur, tingkat pendidikan, lama usaham jam kerja dan

jumlah tanggungan terhadap pendapatan). 3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien yang mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

(15)

a. Jumlah nilai R2 tidak pernah negatif.

b. Nilai R2 digunakan antara 0 – 1 ( 0 < R2≤ 1)

3.7.3 Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai bila memenuhi Asumsi Klasik.

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, heterokedastisitas dan multikolinieritas. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:111). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dilakukan dengan pengujian Kolmogrov Smirnov.

Dalam uji ini, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:

(16)

2 Uji Heteroskesdastisitas

Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatterplot.

Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:69).

3 Uji Multikolinieritas

(17)

memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:

a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,

b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel

(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

(19)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2009-2013

No Kecamatan Luas

(Km²)

Penduduk Kepadatan 1. Medan Tuntungan 20,68 82.534 3.991,01 2. Medan Selayang 12,81 101.057 7.888,72

3. Medan Johor 14,58 126.667 8.687,72

4. Medan Amplas 11,19 116.922 10.448,79

5. Medan Denai 9,05 142.850 15.784,53

6. Medan Tembung 7,99 134.643 16.851,44

7. Medan Kota 5,27 73.122 13.875,14

8. Medan Area 5,52 97.254 17.618,48

9. Medan Baru 5,84 40.817 6.817,98

10. Medan Polonia 9,01 53.371 5.979,25

11. Medan Maimun 2,98 39.903 13.390,27

12. Medan Sunggal 15,44 113.644 7.360,36 13. Medan Helvetia 13,16 146.391 11.123,94

14. Medan Barat 6,82 71.337 13.384,05

15. Medan Petisah 5,33 62.227 9.124,19

16. Medan Timur 7,76 109.445 14.103,74

17. Medan Perjuangan 4,09 94.088 23.004,40

18. Medan Deli 20,84 171.951 8.251,01

19. Medan Labuhan 36,67 113.314 3.090,10

20 Medan Marelan 23,82 148.197 6.221,54

21 Medan Belawan 26,25 96.280 3.667,81

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2009-2013

Dari tabel di atas dapat lihat bahwa penduduk terbanyak di Kota Medan terdapat di Medan Deli dengan jumlah 171.951 jiwa dengan luas 20,84 km dan kepadatan 8.251.01. Dan diurutan kedua disusul oleh Medan Marelan dengan jumlah penduduk 148.197 jiwa dengan luas 23,82 Km dan kepadatan 6.221,54. Dan untuk jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Medan Maimun dengan jumlah penduduk 39.903 dengan luas 2,98 dan kepadatan 13.390,27.

4.1.2 Kondisi Perekonomian Kota Medan

(20)

peningkatan PDRB perkapita yang cukup tinggi dan selalu berada di atas PDRB per kapita Sumatera Utara setiap tahun tentu saja sangat menggembirakan, namun angka tersebut belum dapat menggambarkan pemerataan pendapatan masyarakat pada setiap strata ekonomi.Pengaruh inflasi sangat dominan dalam pembentukan nilai PDRB. Dapat dilihat dalam tabel 4.3 menunjukkan persentase PDRB menurut lapangan usaha di dominasi pada perdagangan yang mencapai 28,60% kemudian diikuti oleh pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,12%.

Tabel 4.2

Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kota Medan (%) Tahun 2014

Sumber : BPS Kota Medan (2014)

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk merumuskan dan menginterpretasikan hasil penelitian berupa identitas responden dan distribusi jawaban terhadap masing-masing variabel.

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil kuesioner yang dikategorikan dalam lima bagian, diperoleh distribusi usia responden seperti berikut:

Lapangan Usaha Rupiah

(Juta)

Persentase

Pertanian 843.423 1,93

Pertambangan dan Penggalian 534 0,00 Industri dan Pengolahan 5.332.919 12,32 Listrik, Gas dan Air Bersih 555.266 1,28

Bangunan 4.952.401 11,44

Perdagangan 12.384.754 28,60

Pengangkutan dan Komunikasi 7.847.892 18,12 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.642.543 15,34

Jasa-Jasa 4.753.220 10,98

(21)

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Jumlah Persen (%)

1. 25-34 5 5

2. 35-44 41 39

3. 44-54 51 48

4. 55-64 8 8

Jumlah 105 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Pada perhitungan distribusi frekuensi usia responden di atas, diperoleh informasi bahwa responden yang berusia 44-54 tahun mendominasi dalam meningkatkan pendapatan. Kemudian disusul dengan usia 35-44 tahun. Dari perhitungan ini terlihat pula bahwa masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan dalam usia produktif.

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang pendidikan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah

Responden (Orang)

Persentase (%)

1 SD 17 16

2 SMP 28 27

3 SMA 60 57

Jumlah 105 100

Sumber : Hasil Olahan (2016)

(22)

tingkat pendidikan SMP. Ini menunjukkan banyaknya pedagang wanita yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi untuk terjun menjadi pedagang.

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha

Lama usaha adalah jangka waktu yang di tempuh pedagang dalam memulai usahanya. Lama usaha di ukur dalam satuan tahun. Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang lama usaha responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha No. Lama

Usaha/tahun

Jumlah Persen (%)

1. < 5 15 14

2. 5-9,9 54 51

3. 10-14,9 24 23

4. 15-19,9 9 9

5. >20 3 3

Jumlah 105 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

(23)

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja

Jam kerja adalah waktu yang dipergunakan pedagang wanita kaki lima dalam sehari untuk memasarkan dagangannya. Jam kerja di akumulasikan dalam satu bulan. Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang jam kerja responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jam Kerja

No. Jam

Kerja/bulan

Jumlah Persen (%)

1. 130-179 21 20

2. 180-229 33 31

3. 230-279 26 25

4. 280-329 14 13

5. >330 11 11

Jumlah 105 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar jam kerja yang digunakan pedagang wanita kaki lima dalam memasarkan dagangannya yakni 180-229 jam sebanyak 33 orang (31%). Untuk jam kerja 230-279 jam sebayak 26 orang atau 25% , untuk 130-179 jam sebanyak 21 orang atau 20% dari keseluruhan responden. Sedangkan untuk jam kerja 280-329 jam sebayak 14 orang atau 11% dan untuk > 330 jam sebanyak 11 orang atau 11% dari keseluruhan responden.

4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Modal Operasional

(24)

pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang modal operasional responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Modal Operasional No. Modal Operasional Jumlah Persen (%)

1. 2.100.000-12.099.999 54 51 2. 12.100.000-19.999.999 29 28 3. 20.000.000-29.999.999 18 17 4. 30.000.000-39.999.999 3 3 5. 40.000.000-50.999.999 0 0 6. 60.000.000-69.999.999 0 0

7. >70.000.000 1 1

Jumlah 105 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar modal operasional yang digunakan pedagang wanita kaki lima dalam memproduksi barang dagangannya yakni Rp 2.100.000 – Rp 12.099.999 sebanyak 54 orang (51%). Sedangkan untuk modal operasional Rp 12.100.000 – Rp 19.999.999 sebanyak 29 orang atau 28%, untuk modal operasional Rp 20.000.000 – Rp 29.999.999 sebanyak 18 orang atau 17% dan untuk modal operasional > Rp 70.000.000 sebanyak 1 orang atau 1% Ini menunjukkan bahwa banyak padagang wanita kaki lima yang menggunakan modal operasional dengan biaya yang tidak terlalu tinggi.

4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

(25)

pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang jumlah tanggungan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan Jumlah Persen (%)

1. 1-3 72 69

2. 4-6 30 28

3. 7-10 3 3

Jumlah 105 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar jumlah tanggungan yang di biayai pedagangan wanita kaki lima yaitu 1-3 orang sebanyak 72 responden atauu 69%, sedangkan untuk 4-6 orang sebanyak 30 responden atau 28% dan untuk jumlah tanggungan 7-10 orang sebanyak 3 responden atau 3%. 4.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang pendapatan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan Jumlah Resonden

(Orang)

Persentase (%)

1. 1.500.000-6.499.999 43 41

2. 6.500.00-11.499.999 39 37

3. 11.500.000-16.499.999 15 14

4. 16.500.000-21.499.999 5 5

5. 21.500.000-26.499.999 2 2

6. 26.500.000-31.499.999 1 1

Jumlah 105 100

(26)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar pendapatan bersih yang diperoleh pedagangan wanita kaki lima dalam satu bulan yaitu Rp 1.500.000 – Rp 6.499.999 orang sebanyak 43 responden atauu 41%, sedangkan untuk pendapatan Rp 6.500.000 – Rp 11.499.999 sebanyak 39 responden atau 37%, untuk pendapatan bersih selama sebulan sebesar Rp 11.500.000 – Rp 16.499.999 sebanyak 15 responden atau 14%, untuk pendapatan bersih selama sebulan sebesar Rp 16.500.000 – Rp 21.499.999 sebanyak 5 responden atau 5%, untuk pendapatan bersih selama sebulan sebesar Rp 21.500.000 – Rp 26.499.999 sebanyak 2 responden atau 2% dan untuk pendapatan sebesar Rp 26.500.000 – Rp 31.499.999 sebanyak 1 responden atau 1%.

4.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang status perkawninan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan No Status Perkawinan Jumlah

Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Menikah 87 83

2 Janda 18 17

3 Belum Menikah 0 0

Jumlah 105 100

Sumber : Hasil Olahan (2016)

(27)

4.2.8 Karakteristik responden Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang daerah asal responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal

No Daerah Asal Jumlah

Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Kota Medan 90 86

2 Luar Kota Medan 15 14

Jumlah 105 100

Sumber : Hasil Olahan (2016)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar daerah asal pedagangan wanita kaki lima yaitu kota Medan sebanyak 90 responden atau 86% dan 15 responden atau 114% yang menyatakan dirinya berasal dari luar kota Medan.

4.2.8 Karakteristik responden Berdasarkan Status Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian 105 pedagang wanita kaki lima di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang status pendapatan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pendapatan No Status Pendapatan Jumlah

Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Pendapatan Utama 44 42

2 Pendapatan Sampingan 61 58

Jumlah 105 100

(28)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar status pendapatan pedagangan wanita kaki lima adalah sebagai pendapatan sampingan sebanyak 61 responden atau 58% dan 44 responden atau 42% yang menyatakan hasil dari berdagang adalah sebagai pendapatan.

4.3 Analisis Linier Berganda

Analisis linier berganda dilakukan dengan bantuan SPSS 21.0 dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas umur, pendidikan, lama usaha, jam kerja dan jumlah tanggungan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan (Y).

Tabel 4.13

Analisis Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -3605,897 4906,018 -,735 ,464

UMUR 4,912 79,292 ,006 ,062 ,951

PENDIDIKAN 55,503 210,298 ,024 ,264 ,792

LAMA USAHA 187,730 91,777 ,189 2,045 ,043

JAM KERJA 30,215 6,467 ,395 4,672 ,000

JUMLAH

TANGGUNGAN

809,055 270,832 ,254 2,987 ,004

a. Dependent Variable: PENDAPATAN

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.13 maka persamaan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

(29)

Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Konstanta (a) = --3605,897, ini menunjukkan, dimana jika variabel umur (X1), pendidikan(X2), lama usaha (X3), jam kerja (X4) dan jumlah tanggungan (X5) = 0, pendapatan = -3605,897.

b. Koefisien X1 (b1) = 4,912 ini berarti bahwa variabel umur (X1) berpengaruh positif terhadap pendapatan, atau dengan kata lain jika umur (X1) ditingkatkan sebesar satu tahun, maka pendapatan akan bertambah sebesar 4,912. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel umur dengan pendapatan, semakin meningkat umur seorang pedagang wanita maka akan semakin meningkat pula pendapatan yang diperoleh pedagang wanita tersebut. c. Koefisien X2 (b2) = 55,503, ini berarti bahwa variabel pendidikan (X2) berpengaruh positif terhadap pendapatan, atau dengan kata lain jika pendidikan (X2) ditingkatkan sebesar satu tingkatan, maka pendapatan akan bertambah sebesar 55,503. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel pendidikan dengan pendapatan, semakin meningkat pendidikan seorang pedagang wanita maka akan semakin meningkat pula pendapatan yang diperoleh pedagang wanita tersebut.

(30)

wanita maka akan semakin meningkat pula pendapatan yang diperoleh pedagang wanita tersebut.

e. Koefisien X4 (b4) = 30,215, ini berarti bahwa variabel jam kerja (X4) berpengaruh positif terhadap pendapatan, atau dengan kata lain jika jam kerja (X4) ditingkatkan sebesar satu jam, maka pendapatan akan bertambah sebesar 30,215. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel jam kerja dengan pendapatan, semakin meningkat jam kerja seorang pedagang wanita maka akan semakin meningkat pula pendapatan yang diperoleh pedagang wanita tersebut.

f. Koefisien X5 (b5) = 809,055, ini berarti bahwa variabel jumlah tanggungan (X5) berpengaruh positif terhadap pendapatan, atau dengan kata lain jika jumlah tanggungan (X5) bertambah sebesar satu orang maka pendapatan akan bertambah sebesar 809,055. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel jumlah tanggungan dengan pendapatan, semakin meningkat jumlah tanggungan seorang pedagang wanita maka akan semakin meningkat pula pendapatan yang diperoleh pedagang wanita tersebut.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

(31)

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%

Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5%

Hasil pengujian adalah :

Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)

n = jumlah sampel, n = 105

k = jumlah variabel yang digunakan, k = 6

Derajat kebebasan / degree of freedom (df) =(n-k) = 105 - 6 = 99

(32)
[image:32.595.112.506.165.351.2]

Tabel 4.14

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -3605,897 4906,018 -,735 ,464

UMUR 4,912 79,292 ,006 ,062 ,951

PENDIDIKAN 55,503 210,298 ,024 ,264 ,792

LAMA USAHA 187,730 91,777 ,189 2,045 ,043

JAM KERJA 30,215 6,467 ,395 4,672 ,000

JUMLAH

TANGGUNGAN

809,055 270,832 ,254 2,987 ,004

a. Dependent Variable: PENDAPATAN

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa: 1. Variabel Umur (X1)

Nilai thitung variabel umur adalah 0,62 dan nilai ttabel 1,664 maka thitung < ttabel (0,62 < 1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel umur berpengaruh positf dan tidak signifikan (0,951 > 0,05) secara parsial terhadap pendapatan.

2. Variabel Pendidikan (X2)

Nilai thitung variabel pendidikan adalah 0,246 dan nilai ttabel 1,664 maka thitung <

ttabel (0,246 < 1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan

berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,792 > 0,05) secara parsial terhadap pendapatan.

3. Variabel Lama Usaha (X3)

Nilai thitung variabel lama usaha adalah 2,045 dan nilai ttabel 1,664 maka thitung >

(33)

berpengaruh positif dan signifikan (0,043 < 0,05) secara parsial terhadap perilaku pendapatan.

4. Variabel Jam Kerja (X4)

Nilai thitung variabel jam kerja adalah 4,672 dan nilai ttabel 1,664 maka thitung > ttabel (4,672 > 1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jam kerja berpengaruh positif dan signifikan (0,000 < 0,05) secara parsial terhadap pendapatan.

5. Variabel Jumlah Tanggungan (X5)

Nilai thitung variabel jumlah tanggungan adalah 2,987 dan nilai ttabel 1,664 maka

thitung > ttabel (2,987 > 1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah

tanggungan berpengaruh positif dan signifikan (0,004 < 0,05) secara parsial terhadap pendapatan.

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

(34)

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α= 5%

Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada α= 5%

Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut:

df (Pembilang) = k – 1

df (Penyebut) = n – k

Keterangan :

n = jumlah sampel penelitian

k = jumlah variabel bebas dan terikat

Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) 105 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 6, sehingga diperoleh :

1. df (pembilang) = 6 – 1 = 5

2. df (penyebut) = 105 – 6 = 99

(35)
[image:35.595.113.511.170.300.2]

Tabel 4.15

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1074459083,80 4

5 214891816,761 11,605 ,000b

Residual 1833128535,24 4

99 18516449,851

Total 2907587619,04 8

104

a. Dependent Variable: PENDAPATAN

b. Predictors: (Constant), JUMLAH TANGGUNGAN, PENDIDIKAN, JAM KERJA, UMUR, LAMA

USAHA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa hasil perolehan Fhitung pada kolom F yakni sebesar 11,605 dengan tingkat signifikansi = 0.000, lebih besar dari nilai

Ftabel yakni 2,31, dengan tingkat kesalahan α = 5%, atau dengan kata lain Fhitung >

Ftabel (11,605 > 2,31).

Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis jika Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansinya (0.000 < 0.05), menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (umur, pendidikan, lama usaha, jam kerja dan jumlah tanggungan) secara serempak adalah signifikan terhadap variabel terikat (tingkat pendapatan).

4.4.3 Pengujian Koefesien Determinasi (R2)

(36)
[image:36.595.114.507.238.333.2]

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel 4.16

Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2)

Model Summary Mod

el

R R

Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Chang e

df1 df2 Sig. F

Change

1 ,608a ,370 ,338 4303,074 ,370 11,605 5 99 ,000

a. Predictors: (Constant), JUMLAH TANGGUNGAN, PENDIDIKAN, JAM KERJA, UMUR, LAMA

USAHA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa :

1. R = 0,608 berarti hubungan antara variabel umur (X1), pendidikan (X2), lama usaha (X3), jam kerja (X4), dan jumlah tanggungan (X5) sebesar 60,8%. Artinya hubungannya kuat.

2. Nilai R Square sebesar 0,370 berarti 37% variabel (X1), pendidikan(X2), lama usaha (X3), jam kerja (X4) dan jumlah tanggungan (X5) mampu menjelaskan variasi pendapatan. Sedangkan sisanya 63% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5 Uji Asumsi Klasik 4.5.1 Uji Normalitas

(37)

untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram, dan grafik normal p-p plot, yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil output SPSS terlihat seperti Gambar 4.1, dan Gambar 4.2.

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 4.1

Pengujian Normalitas Histogram

[image:37.595.119.509.308.584.2]
(38)
[image:38.595.114.509.282.648.2]

diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi data normal yang tidak melenceng kanan maupun melennceng kiri. Jadi, berarti data residual berdistibusi normal. Terbukti bahwa data maupun model yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.2

Pengujian Normalitas P-P Plot

X

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 4.2

Pengujian Normalitas P-P Plot

Pada P-P plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal

(39)

yang dipergunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas sehingga layak untuk diuji dengan model regresi.

2. Analisis Statistik

[image:39.595.161.462.391.625.2]

Uji normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal, padahal secara statistik tidak berdistribusi normal. Jika nilai sig probability lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak dengan pengertian bahwa data yang dianalisis berdistribusi normal. Demikian juga sebaliknya jika nilai sig probability lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima dengan pengertian bahwa data yang dianalisis tidak berdistribusi normal. Berikut ini pengujian normalitas yang didasarkan dengan uji statistik nonparametik Kolmogorv-Smirnov (K-S).

Tabel 4.17

Uji Kolmogrov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 105

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 4198361,0987867 5

Most Extreme Differences

Absolute ,111

Positive ,111

Negative -,060

Kolmogorov-Smirnov Z 1,133

Asymp. Sig. (2-tailed) ,153

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

(40)

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

1. Analisis Grafik

Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

(41)

Gambar 4.3

Pengujian Normalitas P-P Plot

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

2. Analisis Statistik

[image:41.595.113.506.307.609.2]

Dasar analisis metode statistik adalah jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.18 Uji Park

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 15,431 3,586 4,303 ,000

UMUR -,089 ,058 -,168 -1,528 ,130

PENDIDIKAN ,022 ,154 ,015 ,142 ,888

LAMA USAHA ,073 ,067 ,119 1,081 ,282

JAM KERJA ,007 ,005 ,148 1,465 ,146

JUMLAH

TANGGUNGAN

,323 ,198 ,166 1,632 ,106

a. Dependent Variable: LnU2i

(42)

4.5.3 Uji Multikolinieritas

[image:42.595.115.518.353.605.2]

Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya, Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk Tolerance > 0,1, dan VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.19 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficient

s

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant)

-3605,897

4906,018 -,735 ,464

UMUR 4,912 79,292 ,006 ,062 ,951 ,751 1,332

PENDIDIKAN 55,503 210,298 ,024 ,264 ,792 ,783 1,277

LAMA USAHA 187,730 91,777 ,189 2,045 ,043 ,748 1,337

JAM KERJA 30,215 6,467 ,395 4,672 ,000 ,891 1,123

JUMLAH

TANGGUNGAN

809,055 270,832 ,254 2,987 ,004 ,878 1,139

a. Dependent Variable: PENDAPATAN

(43)

berdasarkan masukan umur, pendidikan, lama usaha, jam kerja dan jumlah tanggungan.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Umur Terhadap Pendapatan Pedagang Wanita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 4,912 dan nilai

thitung (0,62) yang lebih kecil dari nilai ttabel (1,664) sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel umur tidak berpengaruh signifikan (0,951 > 0,05) secara parsial terhadap pendapatan pedagang wanita. Artinya, jika variabel umur ditingkatkan sebesar satu tahun, maka pendapatan pedagang wanita hanya akan meningkat sebesar 4,912 rupiah.

Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang (2008) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur tidak mempengaruhi pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur seorang pedagang wanita, belum tentu menghasilkan pendapatan yang tinggi. Karena konsumen tidak melihat dari umur seorang pedagang wanita ketika akan membeli makanan yang didagangkan. 4.6.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang Wanita

(44)

Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 55,503 dan nilai thitung (0,264) yang lebih kecil dari nilai ttabel (1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh signifikan (0,792 > 0,05) secara parsial terhadap pendapatan pedagang wanita. Artinya, jika variabel pendidikan ditingkatkan sebesar satu tahun, maka pendapatan pedagang wanita hanya akan meningkat sebesar 55,503 rupiah.

Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan Sasmita Siregar, Khairunisa Rangkuti, Yusuf Tri Darma (2015) yang berjudul “Peran Wanita Pedagang Sayur Terhadap Pendapatan Rumah Tangga”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bukan menjadi faktor yang penting dalam memperdagangkan makanan. Tidak berpengaruhnya pendidikan terhadap pendapatan ini karenakan pendidikan yang mereka miliki tidak menunjang usaha yang mereka jalankan.

(45)

Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan Didit Suhartono (2010) yang berjudul “Analisia pendaptan Pedagang Kaki Lima di Jalan Jendral Soedirman Purwokerto Banyumas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh nyata antara lama usaha dan tingkat pendapatan. Seperti yang diketahui, pengalaman merupakan guru yang paling paling berharga. Semakin lama usaha yang di jalankan oleh seorang pedagang wanita maka semakin meningkat pula kemampuan seorang pedagang wanita dalam manjalankan usahanya.

4.6.4 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Wanita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jam kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 30,215 dan nilai thitung (4,672) yang lebih besar dari nilai ttabel (1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jam kerja berpengaruh positif dan signifikan (0,000 < 0,05) secara parsial terhadap pendapatan pedagang wanita. Artinya, jika variabel jam kerja ditingkatkan sebesar satu jam, maka pendapatan pedagang wanita akan meningkat sebesar 30,215 rupiah per jam.

(46)

4.6.5 Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan Pedagang Wanita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 809,055 dan nilai thitung (2,987) yang lebih besar dari nilai

ttabel (1,664) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan

berpengaruh positif dan signifikan (0,004 < 0,05) secara parsial terhadap pendapatan pedagang wanita. Artinya, jika variabel jumlah tanggungan ditingkatkan sebesar satu orang, maka pendapatan pedagang wanita akan meningkat sebesar 809,055 rupiah.

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel Umur (X1), mempunyai pengaruh positif dan tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

2. Variabel Pendidikan (X2), mempunyai pengaruh positif dan tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan. 3. Variabel Lama Usaha (X3), mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

4. Variabel Jam Kerja (X4), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

5. Variabel Jumlah Tanggungan (X5), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan. 5.2 Saran

1. Diharapkan bagi Pemerintah Kota Medan dapat memberikan pelatihan atau kursus untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keahlian pedagang wanita kaki lima agar dapat meningkatkan pendapatannya.

(48)

pengalaman yang didapat untuk mengembangkan usaha, ini akan memberikan dampak semakin bertambahnya pelanggan.

(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sektor Informal

Sektor informal oleh Biro Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai

unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan

jasa dengan tujuan utama menciptakan kesempatan kerja dan penghasilan bagi

dirinya sendiri, meskipun mereka menghadapi kendala baik modal maupun

sumberdaya fisik dan manusia BPS (1981). Keith Hart (1991) menggambarkan

sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar

tenaga yang terorganisir.

Dalam Enslikopedia Ekonomi, Bisnis dan Manajemen (1997) dijelaskan

bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor

informal di Indonesia, tetapi terdapat kesepakatan tidak resmi antara para

ilmuwan yang terlibat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk

menerimadefinisi kerja sektor informal di Indonesia sebagai:

a. Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah;

b. Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak mempunyai akses)

batuan, meskipun pemerintah telah menyediakannya;

c. Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan tersebut

belum mampu membuat sektor tersebut mandiri.

Sedangkan ciri-ciri menurut Todaro (2006), sektor informal disebutkan sebagai

(50)

1. Sebagian besar memiliki produksi berskala kecil, aktivitas jasa dimiliki oleh

perorangan atau keluarga dan dengan menggunakan teknologi yang

sederhana.

2. Umumnya para pekerja bekerja sendiri dan sedikit yang memiliki pendidikan

formal.

3. Produktivitas pekerja dan penghasilannya cenderung lebih rendah daripada

di sektor formal.

4. Para pekerja di sektor informal tidak dapat menikmati perlindungan seperti

yang di dapat di sektor formal dalam bentuk jaminan kelangsungan kerja,

kondisi kerja yang layak dan jaminan pension.

5. Kebanyakan pekerja yang memasuki sektor informal adalah pendatang baru

dari desa yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sektor

formal.

6. Motivasi mereka biasanya untuk mendapatkan penghasilan yang bertujuan

hanya untuk dapat bertahan hifup dan bukannya untuk mendapatkan

keuntungan, dan hanya mengandalkan pada sumber daya yang ada pada

mereka untuk menciptakan pekerjaan.

7. Mereka berupaya agar sebanyak mungkin anggota keluarga mereka ikut

berperan serta dalam kegiatan yang mendatangkan penghasilan dan

meskipun begitu mereka bekerja dengan waktu yang panjang.

8. Kebanyakan diantara mereka menempati gubuk-gubuk yang mereka buat

sendiri di kawasan kumuh (slum area) dan pemukiman liar (schelter) yang

(51)

serta jasa-jasa kesehatan dan pendidikan.

Berdasarkan definisi kerja tersebut, aktivitas sektor informal yang

dikategorikan sebagai unit usaha kecil bisa bersifat mendukung aktivitas formal

dan apabila diberdayakan dan dikembangkan dengan baik akan bersinergi dengan

sektor formal perkotaan ntuk saling melengkapi kebutuhan warga kota. Dengan

seragkaian ciri sektor informal di Indonesia, antara lain:

a. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, kerena unit usaha timbul

tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia secara formal;

b. Pada mumnya usaha tidak memiliki izin usaha;

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam

kerja;

d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi

lemah tidak sampai ke sektor ini;

e. Unit usaha berganti-ganti dari subsektor ke subsektor lain;

f. Teknologi yang digunakan masih tradisional;

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga

kecil;

h. Dalam menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian

besar diperoleh dari pengalaman sambil kerja;

i. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise, dan

kalau memiliki pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri;

j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau

(52)

k. Hasil produsi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat

kota/desa berpenghasilan rendah atau menengah.

2.2 Pedagang Kaki Lima Sebagai Salah Satu Kegiatan Sektor Informal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk aktivitas perdagangan sektor informal Djakti, (1986). Pedagang kaki lima adalah pedagang kecil yang umumnya berperan sebagai penyalur barang-barang dan jasa ekonomi kota. Dari pengertian tersebut, yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa, yaitu melayani kebutuhan barang-barang atau makanan yang dikonsumsi langsung oleh konsumen, yang dilakukan cenderung berpindah-pindah dengan kemampuan modal yang kecil dan terbatas, dalam melakukan usaha tersebut menggunakan peralatan sederhana dan memiliki lokasi di tempat-tempat umum (terutama di atas trotoar atau sebagian badan jalan). McGee dan Yeung (1977) memberikan pengertian pedagang kaki lima sama dengan hawker, yang didefinisikan sebagai sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual pada ruang publik, terutama di pinggir jalan dan trotoar. Dalam pengertian ini termasuk juga orang yang menawarkan barang dan jasanya dari rumah ke rumah.

Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang di sektor informal secara umum oleh Mc Gee dan Yeung (1977) dapat dibagi menjadi:

a. Bahan mentah makanan dan minuman setengah jadi (Unprocessed and semiprocessed foods). Termasuk pada jenis dagangan ini adalah bahan

mentah makanan seperti daging, buah, dan sayuran. Selain itu juga dapat berupa barang-barang setengah jadi seperti beras.

(53)

ini berupa makanan atau minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan ditempat maupun dibawa pulang.

c. Non makanan (non foods) termasuk jenis barang dagangan yang tidak berupa makanan. Contohnya adalah mulai dari tekstil, barang dan obat-obatan. d. Jasa pelayanan (services)

Jasa pelayanan yang diperdagangkan adalah jasa perorangan, seperti tukang pembuat kunci, tukang potong rambut, tukang reparasi jam dan lain-lain. Pola penyebarannya pada lokasi pusat pertokoan dan pengelompokkannya membaur dengan jenis lainnya.

Karakteristik menurut jenis usaha dagangan dipergunakan untuk melihat gambaran tentang variasi jenis dagangan yang didagangkan, serta pengaruhnya terhadap pendapatan. Hubungan begitu erat bila dikaitkan dengan masalah pendapatan yang mereka peroleh. Berbagai ragam usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk usaha-usaha kecil kaki lima dan semacamnya kemungkinan memberikan dampak positif untuk meningkatkan pendapatan itu sendiri.

2.3 Permintaan Tenaga Kerja Wanita di Indonesia

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang

dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) dan sesuai yang disarankan oleh International Labor Organanitation (ILO)

(54)

kerja dan bukan angkatan kerja.

Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam

usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang

dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja

mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. BPS (Badan

Pusat Statistik) membagi tenaga kerja (employed) atas 3 macam, yaitu:

1. Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai

jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai

dengan uraian tugas.

2. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed),

adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.

3. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed),

adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam per minggu.

4. Menurut Simanjuntak (2001), tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah

atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan

kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja,

besekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi

mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

5. Pada dasarnya tenaga kerja dibagi kedalam kelompok angkatan kerja (labor

force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja

adalah (1) golongan yang bekerja dan (2) golongan yang menganggur

mencari pekerjaan.

(55)

yang lain mempunyai tugas dan fungsi dalam mendukung keluarga. Dahulu dan

juga sampai sekarang masih ada anggota masyarakat yang menganggap tugas

wanita dalam keluarga adalah hanya melahirkan keturunan, mengasuh anak,

melayani suami, dan mengurus rumah tangga. Dalam perkembangannya

sekarang ternyata tugas atau peranan wanita dalam kehidupan keluarga

semakin berkembang lebih luas lagi. Wanita saat ini tidak saja berkegiatan di

dalam lingkup keluarga, tetapi banyak di antara bidang-bidang kehidupan di

masyarakat membutuhkan sentuhan kehadiran wanita dalam penanganannya.

Peran wanita dalam ikut menopang kehidupan dan penghidupan keluarga

semakin nyata (Sumarsono, dkk, 1995).

Wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber daya insani

pembangunan mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama

dengan pria di segala bidang. Pembangunan wanita sebagai mitra sejajar pria

ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan pembangunan manusia

seutuhnya. Kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat serta peranannya

dalam pembangunan perlu dipeliihara dan terus ditingkatkan hingga dapat

memberikan sumbangsih yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan keluarga

dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya (Depdikbud, 1993). Pada

dasarnya wanita sekarang ini tidak lagi melakukan aktivitas seluruhnya hanya

untuk bekerja di rumah. Namun mereka saat ini telah ada yang bekerja. Wanita

khususnya mereka yang berasal dari keluarga miskin merupakan tenaga yang

potensial bagi kesejahteraan keluarganya bahkan acapkali memberikan

(56)

masyarakat (Kartasasmita, 1996).

2.4 Pendapatan

Pendapatan juga dapat di defenisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaa tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial ata asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 1997).

Pendapatan atau juga disebut income dari seorang warga masyarakat hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor prodruksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang-barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

(57)

(national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk biaya transfer (tunjangan pengangguran, pension dan lain sebagainya).

Suatu usaha yang bergerak dalam sektor formal maupun informal dalam penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai profit/keuntngan yang maksimum karena profit merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha. Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual dikalikan dengan harga output per unit.

Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positf (pendapatan dan keuntungan) dan pengaruh negative (beban dan kerugian). Selisih keduanya nantinya menjadi laba atau rugi.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi 3 golongan yaitu: a. Gaji dan Upah

Imbalan yang diperolah setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.

b. Pendapatan dari Usaha Sendiri

(58)

yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa capital milik sendiri dan semua biaya in biasanya tidak diperhitungkan

c. Pendapatan dari Usaha Lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampngan antara lain: pendapatan dari hasil menyewakan asset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain, pendapatan pensiun dan lain-lain.

Pendapatan yang dijelaskan oleh Abdurrahman (1991) yaitu merupakan suatu hasil yang di peroleh dari pemakaian kapital dan pemberian jasa perorangan atau keduanya berupa uang, barang materi atau jasa selama jangka waktu yang tertentu. Pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pelaku sektor informal dari total penerimaan (total revenue) pelaku sektor informal itu sendiri (Soekartawi, 2002). Total penerimaan (total revenue) merupakan penerimaan keseluruhan dari hasil penjualan dari output yang dihasilkan (Boediono, 1982), dapat dijelaskan pada persamaan sebagai berikut:

TR = ∑PiQi Keterangan :

TR = Total Revenue

P = Harga barang yang dijual Q = Jumlah barang yang terjual I = Konstanta

(59)

2.5 Hubungan Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Pada bagian ini menjelaskan tentang teori dan hubungan antara variabel independen (umur, tingkat pendidikan, lama usaha, modal operasional dan jumlah tanggungan keluarga) terhadap variabel dependen (pendapatan pekerja wanita sektor informal khususnya pedagang di Kota Medan).

2.5.1 Pengaruh Umur Terhadap Pendapatan

Penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang (2008) menyimpulkan adanya pengaruh positif hubungan umur dengan tingkat pendapatan yang diperoleh. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriani, Liza dan Almahmudi (2006), dimana variabel umur tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan.

2.5.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan

(60)

kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. Definisi di atas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan terbagi dalam dua bagian, yaitu pendidikan formal dan pendidikan tidak formal. Pendidikan yang bersifat formal apabila peningkatan kecakapan yang diperoleh individu tersebut di dapatkan dalam lingkungan khusus (sekolah) dan pendidikan yang tidak formal apabila pendidikan yang di peroleh individu tersebut melalui pengalaman pribadinya atau lingkungan sekitarnya, hal ini cenderung lebih mengarah ke pengalaman pribadinya individu tersebut.

Pendidikan cenderung akan memberikan perubahan terhadap individunya itu sendiri, dalam hal ini kaitannya pendidikan dengan pendapatan. Pendidikan yang tinggi juga akan memberikan pendapatan yang tinggi pula, hal ini di karenakan individu yang memiliki pendidikan yang tinggi mereka akan cenderung selalu menggunakan ilmu yang mereka dapatkan untuk mereka terapkan dalam meningkatkan pendapatan individu tersebut.

2.5.2 Pengaruh Lama Usaha Terhadap Pendapatan

Lama usaha akan menentukan keterampilan dalam melaksanakan suatu tugas tertentu. Lama Usaha dan pengalaman setiap individu dapat berdampak positif terhadap kemampuan kerja seseorang. Pengalaman memunculkan suatu struktur pengetahuan, terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang skematis dan abstrak, yang diperoleh dalam memori yang lama. Selanjutnya Murtanto dan Gudono (1999) juga mengemukakan bahwa pengalaman meliputi dalarn hal pengetahuan terhadap kenyataan-kenyataan, proses dan prosedur-prosedur.

(61)

orang yang berpengalaman akan lebih teliti dan terinci dalam mendeteksi kekeliruan dalam pekerjaannya. Lama usaha merupakan lamanya waktu yang di gunakan seseorang dalam bekerja yang diukur melalui pendapatan yang meningkat, prestasi maupun tingkat jabatan yang diperoleh. Beberapa pendapat mengatakan bahwa pengalaman merupakan pelajaran yang paling berharga dalam kehidupan seseorang. Melalui pengalaman sering ditemukan kegagalan maupun kesuksesan yang pernah diraih seseorang.

Menurut Suroto (1992) berdasarkan pengalaman seseorang akan lebih mampu melihat dan belajar mengenai kekurangan dan kelebihan yang di milikinya sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk mencapai kesuksesan pada waktu mendatang. Anaroga (1995) menyebutkan pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya. Seseorang yang memiliki pengalaman akan lebih mudah rnelaksanakan pekerjaarrnya dalam perusahaan, karena sudah terbiasa melakukannya. Hal ini menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya waktu maka produktifitas dan keahlian seorang karyawan akan bertambah.

2.5.3 Pengaruh Jam Kerja Te

Gambar

Tabel 3.1 Simulasi Pengambilan Sampel dan Prediksi Hari Terpakai
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2009-2013
Tabel 4.2 Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nadeak : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal..... Nadeak : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Penelitian ini berjudul “ Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kota Surabaya Jawa Timur ” bertujuan untuk mengetahui apakah variabel modal,

Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus pada Pedagang Kaki Lima Penjual Makanan di Sekitar Alun-Alun Kota Probolinggo Tahun 2007),

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota

Predictors: (Constant), JUMLAH TANGGUNGAN, PENDIDIKAN, JAM KERJA, UMUR, LAMA USAHA. Universitas

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung persentase kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita terhadap pendapatan rumah tangga, menganalisis faktor umur, tingkat pendidikan,

Sehubungan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut tentang “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita Tani

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima studi kasus pantai losari di kota makassar.. Determinan Motivasi Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa