BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang adalah salah satu negara yang tergabung dalam kelompok negara-negara Asia Tenggara yang dalam tingkat perkembangan perekonomiannya belum begitu mapan. Bahkan ada para ahli ekonomi yang mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara anggota ASEAN yang tingkat persaingan ekonominya masih ketinggalan di banding dengan negara ASEAN lain.
Kondisi perekonomian Indonesia yang belum begitu stabil telah menimbulkan berbagai problem sosial yang kompleks, misalnya tumbuhnya tingkat pengangguran tinggi, bertambahnya angka kemiskian, produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang rendah, serta merosotnya usaha kecil dan menengah yang menjadi tumpuan rakyat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbkan jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan pekerjaan yang baru. Ketika eonomi bertumbuh, berarti terdapat pertumbuhan produksi barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi, maka kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa akan bertumbuh.
Adanya badai krisis ekonomi pada tahun 1998 yang menambah semakin beratnya beban pemerintah dalam penyedian lapangan pekerjaan di sektor formal, sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi angka pengangguran yang disebabkan semakin sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada. Sektor informal yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah dipandang mampu menjadi mitra sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, dengan demikan sektor informal perlu mendapat perhatian khusus karena perannya cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan.
sektor informal khususnya pedagang kaki lima ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan usaha baru.
Tabel 1.1
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2013-2014
Status Pekerjaan Utama 2013 2014
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 94.045 36.602 82.236 40.655
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap 30.189 24.867 33.470 28.951
Berusaha dibantu buruh
tetap 36.963 9.361 30.792 10.138
Buruh/Karyawan 309.254 174.137 345.123 191.965
Pekerja bebas di pertanian 8.613 909 10.171 1.140
Pekerja bebas di non pertanian
50.732 19.592 53.776 20.034
Pekerja tidak di bayar 20.626 35.752 22.767 48.323
Jumlah 851.642 919.544
Sumber: BPS (diolah)
Berdasarkan tabel 1.1, maka dapat di lihat komponen pekerja informal terdiri dari pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Pada tahun 2013 pekerja informal tercatat sebanyak 321.927 orang dan dalam kurun waktu satu tahun pekerja di bidang informal bertambah menjadi 341.526 orang.
untuk bekerja cukup besar. Masuknya angkatan kerja wanita ke berbagai sektor menandakan bahwa tidak ada batasan untuk bekerja bagi wanita. Banyak lapangan pekerjaan yang dulunya hanya di kerjakan oleh kaum lelaki sekarang sudah bisa dikerjakan oleh kaum wanita. Perubahan yang terjadi sekarang ini sebagai akibat dari perubahan lingkungan ekonomi sosial.
Kesulitan ekonomi dan tuntutan biaya kehidupan yang semakin tinggi, telah mendorong sebagian besar kaum wanita untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya. Bagi kaum wanita yang telah berkeluarga, umumnya mereka bekerja untuk menambah penghasilan suami demi mencukupi biaya kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi wanita yang belum menikah, mereka umumnya bekerjau ntuk membantu kehidupan orang tua maupun saudaranya. Wanita saat ini tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, bahkan saat mereka bekerja, pendapatannya secara maksimal digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga. Para wanita tersebut mengalokasikan segala daya yang dimiliki seperti waktu, keterampilan dan sumber dana guna
mempertahankan kelangsungan hidup dengan menjadi pencari nafkah kedua
(secondary breadwinner). Bahkan pada situasi dimana penghasilan suami tidak
menentu, tidak mencukupi, atau tidak mempunyai penghasilan maka wanita
menjadi penopang utama ekonomi keluarga (Indraswari dan Thamrin, 1994).
Di daerah perkotaan strategi kelangsungan hidup yang dilakukan oleh
angkatan kerja wanita antara lain melalui aktivitas ekonomi di sektor informal.
mempertimbangkan alokasi waktu bagi keluarga dan pekerjaan rutin rumah
tangga.
Sektor informal merupakan bagian angkatan kerja di kota yang berada di
luar pasar kerja yang terorganisir, yakni tidak tersentuh kebijakan
pemerintah serta dapat meliputi kegiatan usaha yang sifatnya marginal dengan
waktu kerja yang tidak teratur (Stephani, 2008). Di pedesaan, sektor informal
didominasi oleh sektor pertanian, sementara diperkotaan didominasi oleh kegiatan
perdagangan dan jasa.
Tabel 1.2
Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Kota Medan Tahun 2013-2014
2013 2014
L P Jumlah L P Jumlah
550.442 301.220 851.642 572.335 331.996 904.331 Sumber: BPS (diolah)
Secara Umum, TPAK wanita di kota Medan jauh lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki. Meskipun demikian, jika dilihat dari jumlah angkatan kerja, selama periode 2012-2014 peningkatan jumlah angkatan kerja wanita di kota Medan jauh lebih besar dibanding angkatan kerja laki-laki dimana peningkatannya berkisar 30.776 jiwa, sedangkan angkatan kerja laki-laki mengalami peningkatan 21.893 jiwa.
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita Pada
Sektor Informal (Studi Kasus : Pedagang Makanan Kaki Lima di Kota
Medan)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel umur berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
2. Apakah variabel pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
3. Apakah variabel lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
4. Apakah variabel jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
5. Apakah variabel jumlah tanggungan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel umur terhadap pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
3. Untuk mengetahui pengaruh variabel lama usaha terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
4. Untuk mengetahui pengaruh variabel jam kerja terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
5. Untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah tanggungan terhadap pendapatan pedagang makanan kaki lima di Kota Medan?
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menjadi referensi atau kajian bagi pihak pemerintah dan masyarakat dalam upaya peningkatan pendapatan tenaga kerja wanita dalam berbagai aktivitas ekonomi .
2. Sebagai refrensi bagi khalayak yang berminat atau sedang melakukan penelitian yang berkaitan dengan tenaga kerja wanita.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan kesempatan bagi peneliti unutk menerapkan teori-teori dan literatur dari bangku kuliah dalam bidang ilmu ekonomi khususnya, yang berkaitan dengan pendapatan.