• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Graft Cartilaginous Septum Nasalis Untuk Memperbaiki Fraktur Dinding Inferior Orbital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Graft Cartilaginous Septum Nasalis Untuk Memperbaiki Fraktur Dinding Inferior Orbital"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN GRAFT CARTILAGINOUS SEPTUM NASAL UNTUK

MEMPERBAIKI FRAKTUR DINDING

INFERIOR ORBITAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

SHAZANA SUKIMAN NIM : 050600036

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Bedah Mulut

Tahun 2010 Shazana Sukiman

Penggunaan graft cartilaginous septum nasalis untuk memperbaiki fraktur dinding inferior orbital vii + 29 halaman

Fraktur dinding orbital adalah terputusnya kontinuitas antara jaringan pada dinding orbital dengan atau tanpa keterlibatan tulang-tulang di daerah sekitarnya.

Tujuan utama untuk merekonstruksi fraktur orbital adalah untuk mereposisi dinding inferior orbital, mendukung isi orbital dan mencegah terjadinya fibrosis pada jaringan lunak untuk mencegah isi orbital bergerak masuk ke dalam sinus maksila atau sinus ethmoidal yang dapat mengakibatkan atrofi pada jaringan orbital dan merubah pergerakan dan enophthalmus.

Septum nasal merupakan substan yang durable untuk memperbaiki fraktur dinding inferior orbital dan bisa diperoleh dengan waktu yang sedikit tanpa merubah posisi pasien ketika pembedahan. Tambahan pula, tidak terjadinya efek samping estetis serta biayanya lebih murah. Studi menunjukkan bahawa eksperimen menggunakan septum nasal untuk memperbaiki fraktur kurang dari 20 mm pada dinding inferior orbital berhasil.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan oleh penulis kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi ini berhasil disusun dalam rangka memenuhi tugas penulis untuk diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat petunjuk, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Shaukat Osmani, drg., Sp. BM selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk serta saran dalam penulisan ini. 2. Eddy A. Ketaren, drg,. Sp. BM sebagai Kepala Bagian Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran GIgi Universitas Sumatera Utara yang juga telah memberikan sokongan dan bimbingan.

3. Seluruh staf pengajar FKG USU, khusunya Prof. Trimurni Abidin, drg., selaku dosen wali yang telah memberi bimbingan serta nasihat kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran GIgi Universitas Sumatera Utara.

(4)

memberikan dukungan moral maupun materi serta doa restu yang sangat bermakna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan seluruh ahli keluarga yang menjadi sumber inspirasi.

5. Khusus buat Aditya Febrian sebagai sumber inspirasi dan pembakar semangat penulis, serta sahabat yang disayangi Ain, Hana, Nad, Ida, Azraai, Zety serta Che Che yang sering memperingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh sahabat- sahabat di FKG USU terutamanya Pepenk, Ameg, Yani, Izzah, serta teman-teman seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahawa keterbatasan pengetahuan, pengalaman maupun referensi menyebabkan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang berarti bagi pengembangan dan kesempurnaan dari skripsi ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi FKG, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 15 Desember 2009 Penulis,

(...……..………...) Shazana Sukiman

(5)

DAFTAR ISI

BAB 2 : FRAKTUR DINDING INFERIOR ORBITAL... 3

2.1 Definisi & Etiologi... 3

2.2 Anatomi dinding orbital... ... 5

2.3 Klasifikasi fraktur dinding orbital... 9

BAB 3 : SEPTUM NASAL... 11

3.1 Definisi... ... 11

3.2 Anatomi... 13

BAB 4 : PERAWATAN FRAKTUR DINDING INFERIOR ORBITAL.... 15

4.1 Pemeriksaan pendahuluan... 16

4.2 Pemeriksaan klinis... 17

4.2 Perawatan pembedahan... 20

4.3 Pasca bedah... 23

4.4 Komplikasi... 24

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Tekanan yang menyebabkan fraktur... 4

2 Gambaran skematis struktur orbita... 5

3 Atap dari orbital... 7

4 Dinding medial orbital... 7

5 Dinding inferior orbital (lantai orbital)... 8

6 Dinding lateral orbital... 8

7 Klasifikasi fraktur... 10

8 Septum Nasal... 12

9 Pengambilan Septum Nasal... 13

10 Septum Nasal sebagai graft... 13

11 Anatomi Septum Nasal... 14

12 Forced Duction Test... 18

13 Gambaran radiologis... 19

14 CT Scan... 20

15 Insisi subsiliari... 21

16 Penanaman Graft... 22

17 Pasca Bedah... 24

18 Hyphema... 25

(7)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Bedah Mulut

Tahun 2010 Shazana Sukiman

Penggunaan graft cartilaginous septum nasalis untuk memperbaiki fraktur dinding inferior orbital vii + 29 halaman

Fraktur dinding orbital adalah terputusnya kontinuitas antara jaringan pada dinding orbital dengan atau tanpa keterlibatan tulang-tulang di daerah sekitarnya.

Tujuan utama untuk merekonstruksi fraktur orbital adalah untuk mereposisi dinding inferior orbital, mendukung isi orbital dan mencegah terjadinya fibrosis pada jaringan lunak untuk mencegah isi orbital bergerak masuk ke dalam sinus maksila atau sinus ethmoidal yang dapat mengakibatkan atrofi pada jaringan orbital dan merubah pergerakan dan enophthalmus.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur dinding orbital adalah terputusnya kontinuitas antara jaringan pada dinding orbital dengan atau tanpa keterlibatan tulang-tulang di daerah sekitarnya.

Tujuan utama untuk merekonstruksi fraktur orbital adalah untuk mereposisi dinding inferior orbital, mendukung isi orbital dan mencegah terjadinya fibrosis pada jaringan lunak untuk mencegah isi orbital bergerak masuk ke dalam sinus maksila atau sinus ethmoidal yang dapat mengakibatkan atrofi pada jaringan orbital dan merubah pergerakan dan enophthalmus. Perawatan bagi fraktur ini adalah untuk mencegah gangguan fungsional serta anatomis. 1,2

Reduksi sederhana pada dinding orbital untuk mengembalikan isi orbital dengan melepaskan elemen orbital serta preorbital biasanya tidak cukup karena fraktur seperti ini biasanya bersifat multiple, dan reposisi sederhana pada fraktur tersebut ke posisi anatomis yang asli adalah tidak mungkin. Dalam hal ini, implan untuk merekonstruksi dinding inferior orbital dibutuhkan. Pemilihan bahan graf tergantung pada karakteristiknya dan pengalaman ahli bedah. Kini, pasien lebih memilih bahan autogenous untuk memperbaiki fraktur seperti pada orbita. 3

(9)

graf autogenous, graf tulang sering mengalami resorbsi serta reduksi, dimana menyukarkan perawatan enophthalmus. Walaupun adanya kekurangan pada graf autogenous serta operasi tambahan harus dilakukan untuk memperoleh graf tersebut, graf autogenous ini lebih sesuai dan mempunyai morbiditas yang lebih rendah terhadap infeksi berbanding graf aloplastik. Efek samping seperti herniasi, dan pergerakan graf yang biasa berlaku pada graf aloplastik jarang, atau tidak terjadi pada graf autogenous.4-6

Di antara graf-graf autogenous, tulang rawan mempunyai vaskularitas yang paling rendah, maka resorpsi lebih rendah daripada graf tulang. Septum nasal merupakan substan yang durable untuk memperbaiki fraktur dinding inferior orbital dan bisa diperoleh dengan waktu yang sedikit tanpa merubah posisi pasien ketika pembedahan. Tambahan pula, tidak terjadinya efek samping estetis serta biayanya lebih murah. Studi menunjukkan bahwa eksperimen menggunakan septum nasal untuk memperbaiki fraktur kurang dari 20 mm pada dinding inferior orbital berhasil.1,4-6

(10)

BAB II

FRAKTUR DINDING INFERIOR ORBITAL

2.1 Definisi dan Etiologi

Fraktur dinding orbital adalah terputusnya kontinuitas antara jaringan-jaringan pada dinding orbital dengan atau tanpa penglibatan tulang-tulang di daerah sekitarnya.8-10

Faktor penyebab bervariasi. Kecelakaan lalu lintas merupakan faktor etiologi yang dominan yang bertanggungjawab menyebabkan terjadinya fraktur dinding inferior orbital. Faktor lain fraktur dinding inferior orbital adalah akibat perkelahian. Selain itu, bisa juga diakibatkan karena senjata yang tumpul atau tajam.

Faktor etiologi lain yang mengakibatkan fraktur dinding inferior orbital adalah kecelakaan pekerjaan, contohnya jatuh dari tempat yang tinggi atau alat yang jatuh ke kepala, atau kecelakaan ketika berolahraga terutamanya olahraga seperti tinju, kriket, hoki serta sepak bola, tembakan serta gigitan hewan. 7-9

(11)

orbital blow-out. Pada tahun 1974, Fujino mendemonstrasikan bahwa tipe fraktur ini juga bisa terjadi pada mayat. 13,14

Fraktur pure blow-out biasanya terjadi apabila suatu objek tumpul yang lebih besar dari diameter orbital rim seperti tinju, siku, bola baseball, bola tenis, atau bola hoki. Isi orbital akan terkompresi ke posterior, mengarah ke arah apeks orbita. Oleh karena bagian posterior orbita tidak bisa mengakomodasi peningkatan volume jaringan ini, tulang orbital akan patah di titik yang paling lemah yaitu pada dinding inferiornya.

Jika daya terjadi dari objek yang lebih kecil dari diameter orbital rim, bebola mata akan ruptur atau isi orbital mengalami kerusakan, tanpa terjadinya fraktur.

(12)

Teori yang kedua menyatakan bahwa suatu objek yang mengenai orbita dengan keras akan mengakibatkan daya yang menekan pada inferior orbital rim dan seterusnya akan merusak dinding inferior orbital. Teori ini juga menjelaskan bagaimana fraktur blow-in terjadi. Fujino dan Makino menyokong teori ini. Mereka percaya bahwa penyebab utama mekanisme terjadinya fraktur adalah daya yang mengenai orbital rim. Derajat peningkatan tekanan orbital kemudiannya yang menentukan jaringan orbital didorong ke dalam orbita atau ke sinus maksila. 13,14

2.2 Anatomi Dinding Orbital

Orbita dikatakan berbentuk piramidal, dengan apeks pada foramen optik, tetapi apabila sudut diantara dinding orbital tersebut membulat, strukturnya lebih jelas terlihat seperti kon.

(13)

Basis orbital atau orbital rim pada bagian atas terdiri dari lengkung supraorbital dari tulang frontal, zigoma dan maksila dibawahnya; zigoma pada bagian lateral, dan prosesus frontal maksila pada bagian medial. Dinding orbita ini merupakan tulang yang relatif tipis. Orbita kemudian terbagi lagi dalam empat bagian: atap, dinding medial, dinding lateral dan lantai (dinding inferior).

(14)

Gambar 3 : Atap dari orbital (Robert H. Mathog, M.D, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, 1984:321)

Gambar 4 : Dinding medial orbital (Robert H. Mathog, M.D, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, 1984:321)

Plat orbital dari tulang frontal

Tulang sphenoid

(15)

Gambar 5 : Dinding inferior orbital (lantai orbital) (Robert H. Mathog, M.D, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, 1984:322)

Gambar 6 : Dinding lateral orbital (Robert H. Mathog, M.D, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, 1984:322)

Bola mata biasanya sedikit keluar dari orbital rim dan ianya terikat oleh ligamen Lockwood dari tuberkulum Whitnall yang terletak dibawah sutura zigomatikofrontal pada dinding dalam orbital rim. Bola mata adalah relatif kuat dan

Lekuk infraorbital Prosesus orbital dari tulang palatine

Tulang zigoma Plat orbital dari

maksila

Tulang frontal greater wing of sphenoid

(16)

terisi dengan humor vitreous yang tahan terhadap tekanan. Kavitas orbital selebihnya terisi dengan lemak.

2.3 Klasifikasi Fraktur Dinding Orbital

Secara umum, fraktur orbital dibagi kepada dua kategori yang luas. Yang pertama merupakan fraktur yang secara relatif eksternal dan melibatkan orbital rim serta tulang-tulang yang berdekatan, sebagai contoh fraktur pada nasoethmoid (naso-orbital) dan fraktur malar. Yang kedua adalah fraktur yang melibatkan tulang secara internal di dalam kavitas orbital. Fraktur ini terjadi tanpa (atau sedikit) penglibatan orbital rim.11,17 Fraktur seperti ini biasanya disebut fraktur blow-out atau blow-in. Istilah blow-out ini digunakan oleh Converse dan Smith (1950) untuk menggambarkan fraktur pada dinding inferior orbital yang mengarah ke bawah dan memasuki sinus maksilaris.13,15 Sebaliknya, blow-in merupakan fraktur yang mengarah ke atas, memasuki orbita.15

(17)
(18)

BAB III SEPTUM NASAL

3.1 Definisi

Septum nasal merupakan dinding yang berada di tengah hidung dan membagikan hidung dalam dua bagian.23 Septum nasal ini bukanlah struktur yang sederhana seperti yang terlihat. Ianya terdiri daripada tulang rawan septal, vomer, plat perpendikular dari tulang ethmoid, puncak maksila dan puncak palatina.

Tulang rawan dari septum nasal bisa diambil untuk dijadikan graf. Tulang rawan septum nasal merupakan jaringan autogenous yang harus dipertimbangkan apabila suatu graf autogenous diperlukan untuk merekonstruksi kerusakan pada dinding inferior orbital. Di antara graf-graf autogenous, tulang rawan mempunyai vaskularitas yang paling rendah, maka resorpsi lebih rendah daripada graf tulang. 20,21

(19)

Gambar 8 : Septum Nasal (John A. Jane Jr., M.D.; Joseph Han, M.D.; Daniel M. Prevedello, M.D.; Jay Jagannathan, M.D.; Aaron S. Dumont, M.D.; Edward R. Laws Jr., M.D;

Perspectives on endoscopic transsphenoidal surgery <img.medscape.com/fullsize/migrated/520/940/nf520940.fig3.gif> 1 November 2006)

(20)

Gambar 9 : Pengambilan Septum Nasal (Barry Eppley ; Rhinoplasty - Reshaping of the nose with rib cartilage;

<http://exploreplasticsurgery.com/wp- content/uploads/2009/03/rhinoplasty-rib-cartilage-grafts-dr-barry-eppley-indianapolis1.jpg> 26 Maret 2009)

Gambar 10 : Septum Nasal sebagai graf (Luis H. Ishida, MD, Luiz C. Ishida, MD, J. Ishida, MD, F.L. Saito, MD, D.Y.S. Tanikawa, MD, Helio R. N. Alves, MD, and Marcus C. Ferreira, MD. Bilateral Alar Reconstruction with Partially Split Septal Cartilage Graft –“Palm

Tree Technique”- a 10-Year Experience with 56 Patients <http://asps.confex.com/asps/2007am/techprogram/images/13151-1.jpg> 28 Oktober 2007)

3.2 Anatomi

(21)

dengan kulit dan dilapisi dengan mukosa. Puncak yang mengarah ke bawah dari dahi hingga ke ujung hidung dipanggil jembatan atau dorsum. Pada bagian atas, jembatan hidung terdiri dari tulang dan kulit, serta di bagian bawah terdiri dari tulang rawan dan kulit. Tulang rawan pada bagian ujung hidung dan lubang hidung sebenarnya terdiri dari lima bagian yang tersambung oleh membran yaitu septal, vomer, plat perpendikular dari tulang ethmoid, puncak maksila dan puncak palatina. Septum yang membagi kedua lubang hidung terdiri dari tulang rawan yang dilapisi membran. 20,21

(22)

BAB IV

PERAWATAN FRAKTUR DINDING

INFERIOR ORBITAL

Seorang ahli bedah harus bisa memahami dan mengetahui cara yang benar untuk mengevaluasi pasien dengan mengenali semua gejala klinis dan simptom serta mempunyai pengertian mengenai tehnik mendiagnosa kelainan pada mata. 17,27

Pada tahun 1974, Dulley dan Fells telah menjelaskan kriteria-kriteria untuk perawatan pembedahan pada 103 kasus fraktur dinding inferior orbital. Fells (1975) menyatakan bahwa suatu enophthalmus dengan retraksi mata kearah atas didiagnosa sebagai orbital blow-out, tanpa memerhatikan hasil radiografis. Apabila enophthalmus kurang dari 2mm, prognosis adalah baik dan tidak perlu dilakukan ekplorasi orbital.14,24

Indikasi bedah bagi fraktur dinding inferior orbital adalah:11,13 1. Diplopia yang tidak kunjung sembuh 10 hari setelah trauma 2. Fraktur dengan herniasi jaringan yang besar.

3. Inkarserasi jaringan yang menyebabkan bola mata retraksi dan meningkatkan tekanan intra-okular apabila melihat atas.

(23)

Keputusan untuk melakukan pembedahan tidak perlu dibuat sebelum 10 hari setelah trauma. Dengan demikian, dapat memberi waktu agar oedem menghilang dan kondisi mata yang normal dapat dilihat. Semua fraktur dinding inferior orbital haruslah dirawat oleh ahli bedah ophthalmic yang berpengalaman.

4.1 Pemeriksaan Pendahuluan

Evaluasi pasien dilakukan setelah memberikan perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawa pasien (resusitasi).25

Pemeriksaan pendahuluan meliputi:18

4.1.1 Anamnese

Anamnese pasien sangat penting karena ia memberikan informasi yang berharga tentang bagaimana kelainan itu terjadi dan ini dapat memberitahu kita tingkat keparahan kelainan dan jenis kerusakan yang mungkin terjadi.

4.1.2 Vital sign

(24)

4.2 Pemeriksaan Klinis18 4.2.1 Orbital

Pemeriksaan yang hati-hati dan tepat harus dilakukan pada daerah kecederaan serta daerah disekitarnya. Darah, benda asing, serta kotoran perlu dibersihkan.

Posisi bola mata harus dicatat dan diukur (menurut teori Hertel). Jika terjadi enophthalmus, ini menunjukkan terjadinya kerusakan pada dinding inferior orbital. Semua jaringan lunak seperti kelopak mata, aparat lakrimal dan cul-de-sac yang berada di sekitar daerah kecederaan diperiksa. Peningkatan dalamnya sulkus supratarsal dan pseudoptosis dari kelopak mata atas menunjukkan terjadinya enophthalmus disebabkan pergeseran bola mata ke belakang. Perpendekan kelopak mata bawah mengindikasikan terjadinya fraktur orbital rim.

Pada tahap ini, pemeriksaan mata secara menyeluruh dan teliti harus dilakukan

4.2.1.1 Forced Duction Test

(25)

Walau bagaimanapun, hal ini dapat juga terjadi oleh karena hal lain seperti hematoma dan edema orbita atau kerusakan pada otot ekstraokular atau kelainan syarafnya.

A B

Gambar 12 : (A & B) : Forced Duction Test (Joseph H Goldstein. The intraoperative forced duction test. <http://archopht.highwire.org/cgi/content/summary/72/5/647> 5 November 1964) (William B. Stewart. Surgery of the eyelid, orbit and lacrimal system. American Academy of Ophthalmology. 1995:210)

4.2.2 Maksilofasial

(26)

Dengan pemeriksaan radiografi, diagnosa dapat ditegakkan dan membedakan apakah keterbatasan untuk melihat ke atas disebabkan oleh fraktur pada dinding inferior orbital dan bukannya penyebab lain. Waters view merupakan gambaran radiologis yang paling baik karena ia dapat menunjukkan fragmentasi tulang dinding inferior serta prolaps jaringan lunak orbital ke dalam antrum maksila.25

Gambar 13 : Gambaran radiologis (Joseph A. Mauriello Jr., Carlos F. Gonzalez, Charles B. Grossman, Joseph C. Flaganan, Diagnostic imaging in ophthalmology, Springer-Verlaag, New York, 1986; 324)

(27)

dinding inferior. Walaubagaimanapun, pandangan ini adalah penting untuk mengevaluasi fraktur pada dinding medial orbital. 24,25

Gambar 14 : CT scan menunjukkan fraktur dinding inferior orbital (Joseph A. Mauriello Jr., Carlos F. Gonzalez, Charles B. Grossman, Joseph C. Flaganan, Diagnostic imaging in ophthalmology, Springer-Verlaag, New York, 1986; 325)

4.3 Perawatan Pembedahan1

(28)

Gambar 15 : Insisi subsiliari(William B. Stewart, Surgery of the eyelid, orbit and lacrimal system, American Academy of Ophthalmology, San Francisco, 1995; 212)

Kemudian panjang fraktur diukur agar jumlah septum nasal yang dibutuhkan dapat diukur. Fraktur preorbital seperti halnya fraktur zigomatikus didiseksi dan difiksasi dengan plat titanium dan sekrup. Jaringan sekitar seperti jaringan lemak dan otot orbital yang terperangkap dilepaskan. Graf septum nasal diperoleh dengan insisi hemitransfiksi pada bagian bawah septum nasal. Kemudian dilakukan infiltrasi anestesti dengan lidocaine dan 1/100000 adrenalin. Mukoperikhondrium didiseksi dari bagian dorsal septum sehingga crest maksila setelah dilakukan infiltrasi anestesi. Graf septum nasal kemudian diambil tergantung dari banyaknya fraktur dinding inferior orbital yang dihitung tadi.

Insisi kemudian dikembalikan dan dijahit dengan chromic gut 4/0. Nasal pack digunakan sebagai splint internal untuk mengadaptasi mucoeperichondrium ke septum nasal dan untuk mencegah terjadinya haematoma.

(29)

Untuk mencegah kerusakan pada hidung dan terjadinya saddle nose, harus dipastikan sekurang-kurangnya 1 cm tulang rawan masih tersisa pada bagian dorsal serta bagian inferior.

Graf septum nasal yang telah diambil ditanamkan pada dinding inferior orbital sehingga seluruh fraktur ditutupi. Graf septum nasal diletakkan pada bagian posterior orbital rim untuk mendapatkan resistensi. Kemudian periosteum dijahit dengan chromic gut 4/0 dan insisi dijahit dengan nilon 5/0. Pergerakan orbital dievaluasi dengan “forced duction test”. Keberhasilan pembedahan dievaluasi setelah jangka waktu 19 bulan.

(30)

4.4 Pasca Bedah

Ahli bedah harus mengevaluasi penglihatan pasien setelah pasien sadar dari pembedahan dan koperatif. Penglihatan pasien setelah pembedahan harus sama seperti penglihatan sebelum pembedahan. Ahli bedah harus memeriksa tanda-tanda terjadinya perdarahan yang berlebihan pada retrobulbar seperti proptosis atau peningkatan tekanan intraokular. Pada keesokan harinya, penglihatan, pupil, motiliti serta tekanan intraokular pasien dievaluasi.

Ointment kombinasi steroid/antibiotika diberikan pada bekas jahitan empat kali sehari dan pasien diminta untuk datang kembali dalam waktu 1 minggu. Antibiotika broad-spectrum beserta analgesik diberikan kepada pasien lansia serta pasien immune-compromised.

Setelah pembedahan, edukasi pasien merupakan hal yang sangat penting. Pasien disuruh menjauhi aktivitas yang mengganggu penyembuhan. Pasien juga disuruh untuk tidak meniup hidung beberapa minggu setelah pembedahan.

(31)

A B

Gambar 17 : Pasca bedah ; A: CT Scan menunjukkan fraktur dinding inferior telah tertutup dengan graf; B : Graf menyatu dengan jaringan sekitar sepenuhnya(K. Taheri Talesh, S. Babaee, S.A. Vahdati , Sh. Tabeshfar, , Effectiveness of a nasoseptal cartilaginous graft for repairing traumatic fractures of the inferior orbital wall, British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery :47, 2009; 113)

4.5 Komplikasi

(32)

1. Early complication yang dapat terjadi antara lain: a. Abrasi kornea

b. Hipema

c. Ruptur bebola mata d. Kebutaan

Gambar 18 : Hyphema (Rakesh Ajuha, MD. Hyphema - occupying half of anterior chamber of eye. <http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e0/Hyphema _-_occupying_half_of_anterior_chamber_of_eye.jpg> Augustus 2006)

2. Late complication yang dapat terjadi antara lain: a. Kerusakan sistem lakrimal

(33)

d. Ectropion e. Entropion

f. Retraksi kelopak bawah mata g. Infeksi

h. Penolakan implan i. Limfedema

j. Disfungsi syaraf infraorbital

A B

Gambar 19 : Komplikasi ; A : Penglihatan seorang diplopia (Thomas A. Wilson, OD, FCOVD. Common Visual Disorders.

<http://www.disaboom.com/Themes/Disaboom2.0/images/content/Image%203%20-%20Vision_missalignment.jpg> 2006) ;

(34)

Menurut hasil penelitian dari perawatan dengan menggunakan graf autogenous septum nasal, semua simptom telah berhasil dirawat kecuali pada satu kasus enophthalmus yang mungkin terjadi karena reduksi pada tulang periorbital yang kurang sewaktu pembedahan dilakukan.1

(35)

BAB V

KESIMPULAN

Fraktur dinding orbital adalah terputusnya kontinuitas antara jaringan pada dinding orbital dengan atau tanpa keterlibatan tulang-tulang di daerah sekitarnya.

Faktor penyebab bervariasi. Kecelakaan lalu lintas merupakan faktor etiologi yang dominan yang bertanggungjawab menyebabkan terjadinya fraktur dinding inferior orbital. Faktor lain fraktur dinding inferior orbital adalah akibat perkelahian. Selain itu, bisa juga diakibatkan karena senjata yang tumpul atau tajam.

Faktor etiologi lain yang mengakibatkan fraktur dinding inferior orbital adalah kecelakaan pekerjaan, contohnya jatuh dari tempat yang tinggi atau alat yang jatuh ke kepala, atau kecelakaan ketika berolahraga terutamanya olahraga seperti tinju, kriket, hoki serta sepak bola, tembakan serta gigitan hewan.

(36)

Seorang ahli bedah harus bisa memahami dan mengetahui cara yang benar untuk mengevaluasi pasien dengan mengenali semua gejala klinis dan simptom serta mempunyai pengertian mengenai tehnik mendiagnosa kelainan pada mata. 17,27

Tujuan untuk merekonstruksi fraktur dinding inferior orbital adalah untuk mereposisi dinding inferior orbital yang mengalami fraktur, mendukung isi orbital dan mencegah terjadinya fibrosis pada jaringan lunak. Perawatan bagi fraktur ini adalah untuk mencegah gangguan fungsional serta anatomis. Salah satu cara untuk merawat fraktur ini adalah dengan menggunakan graf. 1

(37)

DAFTAR PUSTAKA

1. Talesh KT, Babaee S, Vahdati S , Tabeshfar S, Effectiveness of a nasoseptal cartilaginous graft for repairing traumatic fractures of the inferior orbital

wall, British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery : 47, 2009; 10–13 2. An J.S, et al, A clinical study of treatment methods of orbital blowout

fractures, Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2005; 34; 158

3. Marx RE, et al, A comparison of particulate allogenic and particulate autogenous bone grafts into maxillary alveolar clefts in dogs, Journal of Oral and Maxillofacial Surgery vol 42 (1), 1984;3-9

4. Li KK, Repair of traumatic orbital wall defects with nasal septal cartilage: report of five cases. J Oral Maxillofac Surg 55: 1098, 1994

5. Lai A, Gliklich RE, Rubin PA, Repair of orbital blowout fractures with nasoseptal cartilage layrngoscope 108: 645, 1998

6. Castellani A, Negrini S, Zanetti U, Treatment of orbital floor blowout fractures with conchal auricular cartilage graft report of 14 cases, J Oral Maxillofacial Surgery: 60:1413, 2002

7. Kapoor V, Textbook of oral and maxillofacial surgery, 2nd ed., Arya (Medi) Publishing House, New Delhi, 2002; 223-30, 286-7, 294-6, 310-3

(38)

9. Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark A, Textbook of general and oral surgery, Churchill Livingstone, USA

10.Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR, Contemporary oral and maxillofacial surgery, Elsevier, India, 2003; 527-59

11.Mathog RH, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, USA, 1984; 319-26 12.Miloro M, Peterson’s principles of oral and maxillofacial surgery, 2nd ed, BC

Decker Inc, London, 2004; 457-60

13.Banks P, Killey’s fractures of the middle third of the facial skeleton, 4th ed, Wright, London, 1981; 36-9: 56-9

14.Stewart WB, Surgery of the eyelid, orbit and lacrimal system, American Academy of Ophthalmology, San Francisco, 1995; 204-22

15.Dingman RO, Surgery of facial fractures, W.B.Saunders, USA, 1964; 217-20 : 227-34 : 323-5.

16.Anonymous, Facial and mandibula fractures,

(39)

20.Kraus M, Gatot A, Kaplan DM, Fliss DM, P ost-traumatic orbital floor reconstruction with nasoseptal cartilage in children, International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology :64: 2002;187–192

21.Thibodeau, Nasolacrimal duct: www.answers.com/topic/nasolacrimal-duct

(2003)

22.Mitchell DA, An introduction to oral and maxillofacial surgery, Oxford, USA, 2006; 210-2: 317-9

23.Norton NS, Netter’s head and neck anatomy for dentistry, Saunders Elsevier, Philadelphia, 2007; 283-316; 503-3

26.Mauriello JA et al, Diagnostic imaging in ophthalmology, Springer-Verlaag, New York, 1986; 323-7

27.Kwitko GM, Orbital fracture, floor: follow-up http://emedicine.medscape.com/article/1218283-followup (15 Mei 2009) 28.Jane JA et al, Perspectives on endoscopic transsphenoidal surgery

(40)

29.Eppley B, Rhinoplasty - Reshaping of the nose with rib cartilage:

http://exploreplasticsurgery.com/wp-content/uploads/2009/03/rhinoplasty-rib-cartilage-grafts-dr-barry-eppley-indianapolis1.jpg (26 Maret 2009)

30.Ishida LH et al, Bilateral alar reconstruction with partially split septal cartilage graft –“palm tree technique”- a 10-Year experience with 56

patients:

http://asps.confex.com/asps/2007am/techprogram/images/13151-1.jpg (28 Oktober 2007)

31.Goldstein JH, The intraoperative forced duction test:

http://archopht.highwire.org/cgi/content/summary/72/5/647 (5 November

1964)

32.Ajuha R, Hyphema - occupying half of anterior chamber of eye:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e0/Hyphema_-_occupying_half_of_anterior_chamber_of_eye.jpg (7 Augustus 2006)

33.Wilson TA, Common Visual Disorders:

http://www.disaboom.com/Themes/Disaboom2.0/images/content/Image%203

%20-%20Vision_missalignment.jpg (8 Mei 2009)

34.Anonymous, Enophthalmous

(41)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap: Shazana Sukiman

Tempat/ Tanggal Lahir : Selangor / 17 Maret 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Setiabudi, Kompleks Griya Kenanga Asri, Blok D, No 4, Medan

Orangtua

Ayah: Dato’ Prof. Dr. Sukiman Sarmani Ibu: Datin. Prof. Dr. Zuriati Zakaria

Alamat: No 2, Jln 4/5, BBB, Selangor, Malaysia

Riwayat Pendidikan

1. 1990-1992 : Tadika Maria Kajang 2. 1993-1998 : SK Bandar Baru Bangi

3. 1999-2001 : SMK Jln 2 Bandar Baru Bangi 4. 2002-2003 : MRSM Transkrian, Nibong Tebal 5. 2004-2005 : Kolej Matrikulasi Perak

Gambar

Gambar                                                                                                              Halaman
Gambar 1 : Tekanan yang menyebabkan fraktur dinding inferior orbital. (University of Washington Radiology : mandibular-fracturesmandibular Facial and fractures <www.rad.washington.edu/facial-and->  2007 )
Gambar 2 : Gambaran skematis orbita sebagai struktur piramida (Robert H. Mathog, M.D, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, 1984:320)
Gambar 3 : Atap dari orbital (Robert H. Mathog, M.D, Maxillofacial trauma, Williams & Wilkins, 1984:321)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya

Pada tanggal 4 di bulan Juni ini kita merayakan Hari Pentakosta, peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas para Rasul, Bunda Maria dan semua yang berkumpul dalam doa, seperti

Bagi orang yang ingin mempelajari musik dengan baik, notasi memiliki peranan yang sangat penting, salah satu manfaatnya adalah bahwa dengan menguasai baca tulis notasi, maka

GOLONGAN ONGAN ANTIM ANTIMET ETABOLIT

- Variabel Ukuran bank dan Kerjasama dengan Yayasan Amal yang secara empiris terbukti mempengaruhi tingkat pengungkapan tema masyarakat dalam arah yang positif

Catatan: Anda tidak direkomendasikan untuk mencoba melakukan dengan titik-titik sampel sejumlah 10.000 jika Anda tidak bekerja dengan komputer yang mampu bekerja cepat, karena

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan tipe perilaku pembelian impulsif (Dorongan murni, Pembelian impulsif yang direncanakan, Pengingat

3adar glukosa darah yang diketahui dapat memantu memprediksi metaolisme yang 3adar glukosa darah yang diketahui dapat memantu memprediksi metaolisme yang