• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2008:28), Kerangka konseptual menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yakni antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam melihat hubungan antara berbagai variabel, kerangka konseptual akan membantu menggambarkan hubungan yang dimiliki dari variabel yang ingin diketahui. Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual BANK SYARIAH LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN LIQUIDITY (LDR) EARNING (ROA, BOPO) ASSET (KAP, PPAP) CAPITAL (CAR)

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka dapat dijelaskan hubungan antara variabel dependent dengan variabel independen penelitian tersebut. Objek penelitiannya adalah Bank Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, kemudian dari beberapa bank syariah tersebut maka dibutuhkan laporan keuangan tiap-tiap bank untuk dilakukan analisis sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2007. Setelah dilakukan analisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari capital, Asset, Earnings, dan liquidity, maka selanjutnya adalah melakukan penilaian tingkat kesehatan Bank Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi islam akhir-akhir ini begitu pesat. Dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan, baik dalam bentuk kajian akademis di Perguruan Tinggi maupun secara praktik operasional. Dalam bentuk kajian, ekonomi islam telah dikembangkan di berbagai university, baik di negara- negara muslim maupun negara-negara barat. Ini menunjukkan bahwa ekonomi islam berkembang dan menjadi pusat kajian dunia, terutama dalam mengembangkan kegiatan dunia usaha yang semakin global dan kompleks.

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan syariah pada awalnya berkembang secara perlahan, namun kemudian mulai menunjukkan perkembangan yang semakin cepat mencapai prestasi petumbuhan jauh diatas perkembangan konvensional. Di Indonesia perbankan Syariah muncul sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Perbankan Syariah di Indonesia, pertama kali beroperasi pada 1 Mei 1992, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI).

Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk

menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2012).

Pada umumnya bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yaitu dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan fungsi intermediasi dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian.

Santoso (2006) berpendapat bahwa kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, dan dapat membentuk kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter

Perubahan undang-undang telah menjadikan industri perbankan syariah semakin berkembang. Perkembangan industri perbankan syariah dalam beberapa tahun terakhirpun semakin berkembang pesat. Perkembangan

tersebut dapat dilihat pada tabel perkembangan jumlah bank dan kantor perbankan syariah di bawah ini :

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah Di Indonesia

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank 6 11 11 11 1 12

- Jumlah Kantor 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank 25 23 24 24 2 22 - Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320 Bank Perkreditan Rakyat Syariah - Jumlah Bank 138 150 155 158 163 163 - Jumlah Kantor 225 286 364 401 402 439 Total 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.910

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, November 2015

Pada tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa bank syariah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Dalam perkembangannya sejak Bank Muamalat terbentuk, industri perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang. Pada awal tahun 2000 bank umum syariah di Indonesia hanya berjumlah tiga, namun pada saat ini industri perbankan syariah semakin banyak. Pada tahun 2014 telah tercatat 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah dan 163 bank pembiayaan rakyat syariah dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2.910 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Kasmir (2012), bank terbagi menjadi dua jenis berdasarkan segi penentuan harganya, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional penentuan harga selalu didasarkan kepada bunga, sedangkan

bank syariah didasarkan kepada konsep Islam, yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil, baik untung maupun rugi. Pelaksanaan kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah rasul. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produk dengan bunga tertentu karena bagi bank syariah bunga adalah riba.

Tantangan utama bank syariah saat ini diantaranya adalah bagaimana mewujudkan kepercayaan dari para stakeholder. Sudah menjadi rahasia umum bahwa, hanya bank-bank yang sanggup membangkitkan kepercayaan stakeholder mereka saja yang akan bisa tumbuh, berkembang dan mengukir sejarah baru. Bank tersebut akan mampu memobilisasi simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, menanamkan investasi, sekaligus memperluas kesempatan kerja, membantu pemerintah membiayai defisit anggaran untuk pembangunan, dan mengakselerasi pembangunan ekonomi dengan baik. Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon realitas bahwa penyedia dana (shareholder dan deposan) serta stakeholder yang lain memiliki harapan, dan mereka tidak akan menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi mereka tidak diproyeksikan terpenuhi.

Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter dan krisis politik nasional yang berdampak besar terhadap perekonomian di Indonesia. Kejadian tersebut mengakibatkan sektor perbankan Indonesia (pada waktu itu mayoritas bank konvensional) menghadapi kesulitan dan pemerintah pun mengambil

tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi beberapa bank tersebut.

Menurut Kasmir (2012), penilaian kesehatan bank perlu dilakukan termasuk oleh bank syariah. Hal tersebut perlu dan wajib dilakukan agar dapat memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan mendatang. Berdasarakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Berdasarkan Prinsip Syariah, ada beberapa penilaian untuk menentukan kesehatan suatu bank diantaranya adalah dengan menggunakan analisis CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity), RGEC (Risk Profit, Good Government, Earning, dan Capital), dan ANGELS (Amanah management, Non-economic wealth, Give out, Earnings, capital and assets, Liquidity and sensitivity to market, dan Socioeconomic wealth). Dalam penelitian ini saya menggunakan analisis CAMEL karena hanya memfokuskan penelitian pada bagian keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan Metode Capital, Asset, Earning, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat kesehatan bank syariah yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan menggunakan metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan bank syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dinilai dengan menggunakan metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan manfaat serta pengetahuan kepada pembaca mengenai ilmu akuntansi, khususnya mengenai penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah dengan menggunakan aspek Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity.

2. Bagi perusahaan perbankan syariah, sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran untuk membuat keputusan bagi praktisi perbankan syariah.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan untuk memperbaiki penelitian sejenis berikutnya pada sektor perbankan, khususnya perbankan syariah, sehingga penelitian perbankan syariah tidak berhenti.

4. Bagi investor, sebagai tambahan masukan guna membantu investor dalam pengambilan keputusan apabila investor ingin menanamkan modalnya pada bank umum syariah di Indonesia.

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN

Dokumen terkait