TINJAUAN PUSTAKA 2.1Asuransi
2.11 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (Penulis) Faktor Prinsip Syariah (X1) Faktor Produk (X2) Faktor Promosi (X5)
Faktor Premi (X3) Keputusan Menjadi Nasabah
41 2.12 Hipotesisi
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Maka penulis
mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Faktor prinsip syariah berbehubungan positif dengan keputusan menjadi
nasabah asuransi syariah di Kota Medan.
2. Faktor produk berhubungan positif dengan keputusan menjadi nasabah asuransi
syariah di Kota Medan.
3. Faktor harga berhubungan positif dengan keputusan menjadi nasabah asuransi
syariah di Kota Medan.
4. Faktor promosi berhubungan positif dengan keputusan menjadi nasabah
12
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Jumlah populasi penduduk di Indonesia yang terus meningkat yang mencapai
237.641.326 jiwa pada tahun 2010. Dari sekian banyak penduduk tersebut,
menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbanyak ke-4 di Dunia dan
menjadikan Indonesia menjadi negara yang berpenduduk muslim terbanyak di
Dunia.
Dengan besarnya penduduk tersebut, menjadikan kehidupan manusia menjadi
pasang surut sehingga menjadikan setiap aktifitas manusia menjadi sangat beriko
dan menimbulkan berbagai resiko yang harus dihadapi. Resiko tersebut akan
menimbulkan masalah yang sudah diprediksi sebelumnya ataupun yang tidak
dapat diprediksi. Untuk mengurangi/meminimalisir resiko dan melindungi
kemungkinan timbulnya maka salah satu tindakan yang diambil adalah jasa
asuransi.
Asuransi pada perkembangannya dibedakan menjadi dua, yaitu asuransi
konvensional yang berbasis bunga dan asuransi syariah yang tidak berbasis
bunga. Adapun pengertian asuransi konvensional adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dimana penanggung mengikat diri pada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
untuk karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
13
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal dan hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan (Janwari,2005:1).
Sedangkan asuransi syariah/at-ta’min/menta’minkan adalah seseorang yang
membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya
mendapat sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapat
ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau
mengasuransikan hidupnya, harta, dan mobilnya (Sula,2004:28).
Adapun perbedan asuransi konvensional dengan asuransi syariah tidak begitu
mencolok, namun hanya berbeda pada perjanjiannya saja. Dalam asuransi
konvensional, nasabah membeli produk asurasi kepada perusahaan asuransi dan
akan ditanggungkan ketika ada musibah. Sedangkan asuransi syariah, nasabah
mengikat diri dan mereka akan saling menanggung satu sama lain ketika ada
musibah yang didasarkan pada syariat islam. Perbedaan asuransi konvensional
dengan asuransi syariah.
Syarikat Takaful Malaysia Berhad merupakan pelopor asuransi yang
berasaskan syariah dan asuransi dengan prinsip Islam terbesar di ASEAN.
Takaful Malaysia tersebut telah memiliki aset dengan profit pada tahun 2002 Rp
37,8 Miliar dan memiliki market share di Dunia sekitar 40% dan memiliki saham
di beberapa asuransi syariah diluar Malaysia, termasuk di Indonesia
(Sula,2004:715)
Sedangkan di Indonesia, perkembangan asuransi yang berlandaskan Islam
terkait dengan beroperasinya bank syariah sehingga diperlukan jasa asuransi
14
PT. Syarikat Takaful Indonesia. PT. Syarikat Takaful Indonesia memiliki dua
anak perusahaan, yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful
Umum.
Di Indonesia pada tahun 2009 terdapat 42 perusahaan yang bergerak di
bidang perasuransian. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 44 perusahaan yang
bergerak dibidang perasuransian syariah, lima diantaranya merupakan asuransi
syariah penuh, yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga, PT. Asuransi Takaful
Umum, PT. Asuransi Syariah Mubarakah, PT. Jaya Proteksi Takaful, dan PT.
Asuransi Jiwa Al-Amin, sedangkan unit asuransi ada 37 unit dan tiga perusahaan
reasuransi yang memiliki unit syariah (Puspitasari,2011).
Perkembangan perasuransian syariah yang positif ditunjukkan oleh
perusahaan asuransi syariah yang memiliki aset pada tahun 2003 Rp 326 Miliar
dan meningkat pada kuartal 3 ditahun 2013 sebesar 48% atau Rp 15,9 Triliun.
Pada tahun 2003 badan asuransi syariah hanya ada 3, kini meningkat pada tahun
2013 menjadi 5. Sedangkan unit usaha syariah pada tahun 2003 hanya 8 unit, kini
pada tahun 2013 mencapai 44 unit
Sementara itu, pada tahun 2014 triwulan I peningkatan nilai aset perusahaan
perasuransian syariah sebesar Rp 16,66 Triliun dan peningkatan investasi
perusahaan perasuransian syariah sebesar Rp 14,30 Triliun, yang dimana pada
tahun 2013 triwulan IV nilai aset perasuransian syariah hanya sebesar Rp 15,85
dan investasi perusahaan perasuransian syariah hanya sebesar Rp 13,33.
Kontribusi industri jasa keuangan dalam mengembangkan pertumbuhan
15
Wakil Gubernur Sumatera Utara dan juga selaku Ketua Umum Masyarakat
Ekonomi Syariah optimis bahwa jika jasa keuangan asuransi dapat tumbuh,
terutama jasa keuangan asuransi syariah dari tahun sebelumnya dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2015
Jumlah penduduk di kota medan yang mencapai 2.970.032 jiwa. Dengan
jumlah penduduk yang banyak menjadikan perusahaan asuransi, tidak terkecuali
perusahaan asuransi syariah mulai mengembangkan sayapnya di kota medan.
Perkembangan asuransi syariah begitu bagus, terlihat dari banyaknya asuransi
syariah di Kota Medan pada tahun 2009. Asuransi syariah sudah ada di Kota
Medan sejak 1995, dimana perusahaan asuransi syariah yang pertama tersebut
adalah PT. Asuransi Takaful Keluarga dan pada tahun 2009 sudah terdapat 11
asuransi syariah (soemitra, 2009).
Didalam pemasaran asuransi syariah harus memiliki prinsip-prinsip yang kuat
sebagai pedoman yang harus mengandung nilai ikhtiar, mamfaat, amanah, dan
nasihat. Persaingan bukanlah suatu halangan yang harus ditakuti atau bahkan
dimusuhi. Justru sebaliknya pesaing harus dirangkul sebagai mitra yang saling
sinergis, karena akan membuka, menciptakan, dan melebarkan pasar, semakin
banyak pesaing, maka akan semakin tumbuh berbagai jenis pasar. Persaingan
dapat mendorong untuk bekerja lebih kreatif dalam menghasilkan produk atau
jasa dengan bekerja secara lebih efisien dan efektif (Amrin, 2012:7).
Untuk menjaga prinsip-prinsip pemasaran yang tidak melanggar syariat