• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Umum Syariah

2.12 Kerangka Konseptual

Untuk dapat memahami secara jelas tentang alur dari penelitian ini, diperlukan suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, variabel independen penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan umur perusahaan. Adapaun yang menjadi variabel dependennya adalah pengungkapan Islamic Social Reporting pada lapaoran tahunan Bank Umum Syariah.

ISR adalah standar pelaporan kinerja sosial perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah. Indeks ini lahir dikembangkan dengan dasar dari standar pelaporan berdasarkan AAOIFI yang kemudian dikembangkan oleh masing-masing peneliti berikutnya.

Secara khusus indeks ini adalah perluasan dari standar pelaporan kinerja sosial yang meliputi harapan masyarakat tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam perekonomian, tetapi juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari aktivitas bisnisnya. Profitabilitas juga merupakan salah satu faktor yang akan menciptakan nilai untuk menarik minat investor baru, sehingga upaya perusahaan untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat serta calon investornya yaitu dengan meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosialnya.

Kebijakan hutang atau leverage dari sebuah perusahaan akan mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Leverage merujuk kepada pilihan

perusahaan pada komposisi utang dan ekuitas. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk kategori extreme leverage (hutang ekstrim) yang dapat membahyakan perusahaan tersebut.

leverage memberikan sinyal yang buruk bagi para pemangku kepentingan sebuah

perusahaan. Para stakeholders perusahaan akan lebih percaya dan memilih untuk bekerjasama pada perusahaan-perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat dan baik.

Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aset. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar modal yang ditanamkan sehingga sumber daya dan dana yang besar dalam perusahaan cenderung memiliki permintaan yang lebih luas akan informasi pelaporan perusahaannnya. Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan dalam menjalankan fungsinya. Semakin lama perusahaan itu berdiri maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Sehingga semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan semakin mengungkapkan informasi sosialnya sebagai bentuk tanggung jawabnya agar tetap diterima di masyarakat.

Gambar 2.4 mengilustrasikan kerangka yang akan mendukung dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran ini akan menjelaskan empat faktor perusahaan yang berpengaruh untuk mengungkapkan ISR. Keempat faktor tersebut antara lain profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 2.13 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Profitabilitas, Leverage, Ukuran perusahan (Firm size), dan Umur perusahaan (firm age) berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia

profitabilitas

Leverage

Umur perusahaan Ukuran perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 perbankan syariah adalah “segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan”. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Istilah perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir pada tahun 1963. Pelopor dari perbankan syariah ini adalah Prof. Dr. Ahmad El Najjar dengan nama

Mit Gharm rurai Bank, yang beroperasi sebagai rural-social bank (semacam

lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang delta sungai Nil, yang pada awalnya bank ini hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil. Kegiatan ini berlangsung sampai tahun 1967, hingga selama selang waktu kurang lebih empat tahun itu telah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir.

Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Berdirinya Bank Islam di Negara Muslim:

No Nama Negara Nama Bank Islam Tahun Berdiri

1. Arab Saudi Islamic Development Bank 1975

2. U. E. A Dubai Islamic Bank 1975

3. Mesir Faisal Islamic Bank of Egypt 1977

Lanjutan tabel 1.1

No Nama Negara Nama Bank Islam Tahun Berdiri

5. Senegal Banque Islamique du Senegal 1983

6. Qatar Qatar Islamic Bank (SAQ) 1983

7. Malaysia Bank Islam Malaysia 1983

8. Tunisia Bank al-Tamwil al-Saudi Tunisi 1984

9. Bahrain Bahrain Islamic Bank 1985

10. Afrika Selatan Al-Baraqah Bank 1989

11. Indonesia Bank Muamalat Indonesia 1992

Sumber : Lewis dan Algaoud (2005:11)

Di Indonesia, munculnya ide untuk mendirikan perbankan syariah di awali pada tahun 1970-an. Kemudian pada 1 November 1991 berdirilah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang beroperasi secara resmi pada 1 Mei 1992.

Pada awal berdirinya, perkembangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) masih tergolong stagnan. Namun sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan 1998, maka para bankir melihat bahwa Bank Muamalat indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis moneter. Para bankir berpikir bahwa BMI, satu-satunya bank syariah di Indonesia, tahan terhadap krisis moneter. Oleh sebab itu, pada tahun 1999 berdirilah Bank Syariah Mandiri, dan diikuti oleh pendirian bank syariah lainnya hingga sampai saat ini terjadi peningkatan yang cukup pesat.

Tabel 1.2

Jumlah Institusi Perbankan Syariah di Indonesia

keterangan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 *2015 BUS 6 11 11 11 11 12 12 Kantor BUS 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151 2.121 UUS 25 23 24 24 23 22 22 Kantor UUS 287 262 336 517 590 320 327 BPRS 138 150 155 158 163 163 161 Kantor BPRS 225 286 364 401 402 439 433

*sampai bulan Juni 2015.

Tabel 1.3 memperlihatkan terjadinya pertumbuhan bank syariah yang cukup pesat di Indonesia. Pada tahun 2009 hanya ada 6 (enam) Badan Usaha Syariah di Indonesia, dan pada bulan Juni 2015 jumlah Badan Usaha Syariah telah mencapai 12 Badan Usaha Syariah. Adapun untuk Unit Usaha Syariah dari tahun 2009 sampai tahun 2015 menunjukkan jumlah yang naik turun, hingga sampai Juni 2015 Unit Usaha Syariah di Indonesia berjumlah 22 unit. Pada tahun 2014 Unit Usaha Syariah mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya Unit Usaha Syariah yang berubah menjadi Badan Usaha Syariah. Tidak jauh berbeda dengan Unit Usaha Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga pada awalnya menunjukkan peningkatan, hingga pada Juni 2015 menunjukkan jumlah yang menurun.

Sesuai dengan namanya, Bank Syariah dirintis dan dikembangkan sebagai salah satu lembaga bisnis keuangan yang melaksanakan semua kegiatan atau transaksinya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam.

Menurut Syariat Islam, transaksi bisnis yang dijalankan tidak semata-mata hanya untuk mencapai tujuan komersilnya saja, tetapi juga harus mencapai tujuan moral di dalamnya. Hal ini dilakukan demi tercapainya hubungan atau silaturahmi yang baik antara pihak perusahaan maupun masyarakat dan lingkungan sekitar yang turut serta dalam kegiatan bisnis tersebut. Untuk menjalin hubungan baik yang dimaksud tersebut, salah satu caranya adalah dengan menjalankan Corporate

Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan yang bersangkutan.

Hafiez, et al., (2012), dalam penelitiannya menuliskan bahwa sedikitnya ada empat model atau pola penerapan CSR yang biasanya diterapkan oleh

perusahaan di Indonesia, yaitu: (1) keterlibatan langsung, (2) me-lalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, (3) bermitra dengan pihak lain dan (4) berga-bung dalam suatu konsorsium.

Pengungkapan CSR di Indonesia sendiri kini tidak lagi bersifat sukarela, melainkan merupakan bagian dari kewajiban beberapa perusahaan yang diatur dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang disahkan pada 20 Juli 2007. Konsep mengenai CSR juga terdapat dalam ajaran Islam. Pada hakekatnya setiap lembaga yang melaksanakan kegiatan bisnisnya berdasarkan syariah, harus menjalankannya berdasarkan Al-quran dan sunnah. Salah satu lembaga bisnis yang kegiatannya berdasarkan prinsip syariah adalah perbankan syariah, oleh sebab itu dibutuhkan aturan-aturan mengenai pengungkapan CSR pada bank syariah yang berbeda dari bank konvensional, mengingat dasar pelaksanaan operasionalnya juga yang berbeda antara bank syariah dan bank konvensinal.

Sejauh ini, pengukuran CSR di perbankan syariah masih banyak yang mengacu pada Global Reporting Initiative Index (index GRI). Dalam penelitiannya, Haniffa (2002) menyatakan bahwa ada keterbatasan pada kerangka pelaporan sosial yang dilakukan oleh lembaga konvensioanal. Keterbatasan tersebut mencakup antara lain spiritual dan moral, sebab kita ketahui bahwa dalam prinsip syariah tidak hanya berfokus kepada aspek-aspek material saja. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka dalam skala internasional, terdapat Accounting

and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yang

standar akuntansi, pengauditan, tata kelola dan etika syariah untuk institusi keuangan syariah di dunia.

Di Indonesia, terkait dengan pengungkapan CSR perbankan syariah, belakangan ini sedang marak di bahas mengenai Islamic Social Reporting Index

(index ISR). Islamic Social Reporting Index (index ISR) merupakan tolak ukur

pelaksanaan kinerja perbankan syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for

Islamic Financial Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh

para peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam. Indeks ISR diyakini dapat menjadi pijakan awal dalam hal standar pengungkapan CSR yang sesuai dengan pijakan Islam.

Studi mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh bank syariah masih terbatas. Penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang pelaporan CSR dengan menggunakan Index ISR dilakukan oleh Fitria dan Hartanti pada tahun 2010. Pada penelitian tersebut, mereka menggunakan sampel sebanyak tiga bank syariah di Indonesia. Dari ketiga bank syariah yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut, maka ditemukan jika pengungkapan dengan menggunakan index GRI (Global Reporting Initiative Index) lebih besar dibandingkan pengungkapan dengan menggunakan index ISR ( Islamic Social

Reporting Index).

Maali, et al., ( 2006), menyatakan bahwa telah terjadi pergeseran mengenai peran dari bank konvensional ke bank syariah. Pergeseran tersebut terlihat dari bank syariah yang tidak hanya berperan sebagi lembaga intermediasi

saja namun juga sebagai lembaga sosial. Oleh sebab itu dibutuhkan pengungkapan sosial yang lebih lagi bagi bank syariah. Penelitian inipun menunjukkan bahwa

Islamic Social Reporting bukan merupakan hal yang diperhatikan oleh bank

syariah dan masih banyak bank syariah yang belum mengungkapkannya dengan memadai sesuai dengan prinsip syariah yang berlaku.

Hal tersebut berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2012). Pada penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pengungkapan indeks ISR pada enam bank syariah Indonesia yang menjadi sampel dapat dikatakan baik, yakni sebesar 64,83% secara keseluruhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan Islamic social

reporting (ISR) adalah profitability. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Widiawati (2012) dan Aldehita, et al., (2014), profitability berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan ISR. Namun dalam penelitian Astuti (2104), Rizkiningsih (2012) dan Umam (2012), menyimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR). Dalam penelitian ini, diharapkan profitabilitas memiliki

hubungan hubungan yang positif dengan pengungkapan ISR yang diukur dengan ROE (Return On Equity) dihitung dari laba setelah pajak dibagi dengan total ekuitas. Pada tabel 1.3 disajikan total laba setelah pajak dari lima perusahaan perbankan syariah dari tahun 2012 sampai 2014 sebagai berikut:

Tabel 1.3

Komposisi Laba setelah Pajak Perbankan Syariah Tahun 2012-2014 (dalam jutaan rupiah)

No Nama Bank Laba setelah Pajak

2012 2013 2014

1 Bank Muammalat 389.410 475.850 57.170

2 Bank Mandiri Syariah 806.000 651.000 72.000

3 Bank Mega Syariah 184.872 149.540 17.396

4 Bank Bukopin Syariah 17.298 19.548 8.662

5 Bank Rakyat Indonesia Syariah 101.888 129.564 6.577

Sumber: Laporan Keuangan (data diolah)

Pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa rata-rata laba setelah pajak perusahaan perbankan selama lima tahun untuk kelima bank di atas mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2013 semua perusahaan perbankan syariah mengalami peningkatan, dan pada tahun 2014 mengalami penurunan laba setelah pajak.

Leverage juga memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ISR. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Rizkiningsih (2012), Astuti (2014), menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat leverage dengan pengungkapan Islamic

Social Reporting. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Umam (2012) yang menyatakan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Dalam penelitian ini,

leverage diukur dengan menggunakan DER (Debt to Equity) yang dihitung dari

total kewajiban dibagi dengan total ekuitas. Pada tabel 1.4 disajikan total kewajiban dari lima perusahaan perbankan syariah dari tahun 2012 sampai 2014 sebagai berikut:

Tabel 1.4

Komposisi Total Kewajiban Perusahaan Perbankan Syariah Tahun 2012-2014

(dalam jutaan rupiah)

No Nama Bank Total Kewajiban

2012 2013 2014

1 Bank Muammalat 8.115.490 9.875.160 9.463.140

2 Bank Mandiri Syariah 9.169.000 11.030.000 8.330.000

3 Bank Mega Syariah 2.117.051 1.905.342 1.292.342

4 Bank Bukopin Syariah 3.343.035 1.018.893 829.679

5 Bank Rakyat Indonesia Syariah 3.431.739 4.504.515 5.608.590

Sumber: Laporan Keuangan (data diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa total kewajiban dari kelima perusahaan perbankan di atas mengalami perkembangan yang fluktuatif seperti halnya yang terjadi pada data laba setelah pajak yang disajikan sebelumnya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiawati (2012) dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roziani (2010), Lestari (2013), Astuti (2014), dan Rahman,

et al., (2013). Namun penelitian yang dilakukan oleh Umam (2012), Aldehita, et al., (2014), serta Ratu dan Ayu (2015) menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara ukuran perusahaan (firm size) dengan pengungkapan Islamic

Social Reporting (ISR).

Dalam penelitian ini, diharapkan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan ISR yang dilihat dari komposisi total aset. Tabel 1.5 menyajikan komposisi total aset perusahaan perbankan syariah dari tahun 2012 sampai 2014.

Tabel 1.5

Komposisi Total Aset Perusahaan Perbankan Syariah Tahun 2012-2014 (dalam jutaan rupiah)

No Nama Bank Total Aset

2012 2013 2014

1 Bank Muammalat 44.854.413 54.694.021 62.413.310

2 Bank Mandiri Syariah 54.229.000 63.965.000 66.942.000

3 Bank Mega Syariah 8.163.668 9.121.575 7.042.489

4 Bank Bukopin Syariah 3.616.108 4.343.069 5.161.300

5 Bank Rakyat Indonesia

Syariah 14.088.914 17.400.914 20.343.249

Sumber: Laporan Keuangan (data diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa perusahaan perbankan tersebut mengalami peningkatan total aset dari tahun ke tahun, kecuali Bank Mega Syariah yang mengalai penurunan pada tahun 2014.

Munawwarah, et al., (2012), dan Ansah (2000) meneliti tentang pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosialnya. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial yang bersangkutan. Namun, Nofandria (2008), Utami (2011), Lestari (2013) menyimpulkan dari hasil penelitian mereka bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, Islamic Social

Reporting merupakan hal yang sangat penting bagi bank syariah untuk memenuhi

harapan dari para pemangku kepentingan, khususnya bagi masyarakat muslim. Kemudian mengacu kembali pada penelitian sebelumnya, masih ditemukan

research gap pada penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba menguji kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting pada perbankan syariah yang ada di Indonesia. Dalam hal ini faktor-faktor yang dimaksud adalah ukuran perusahaan (firm size), profitability, leverage dan umur perusahaan (firm age). Kemudian alasan lain mengapa penelitian ini dilakukan adalah bahwa penelitian mengenai Islamic Social Reporting Index ini pada industri perbankan syariah umumnya masih lebih sering dilakukan di negara-negara lain dan belum banyak dilakukan di Indonesia , padahal kita ketahui bahwa saat ini, industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di Indonesia, ditambah lagi dengan isu pengukuran Corporate Social Responsibility yang makin marak di perbincangkan belakangan ini. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Islamic Social Reporting

pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah profitability, Leverage, Company Size (Ukuran Perusahaan), dan Company Age (Umur Perusahaan) memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia. Lebih khususnya, tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah profitability, Leverage, Company Size (Ukuran Perusahaan), dan Company Age (Umur Perusahaan) memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.

Dokumen terkait