BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Kerangka Konseptual
Di dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang memberi pengaruh terhadap faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau ditentukan oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara masalah yang diteliti. Variabel independen disebut juga variabel eksogen. Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen adalah faktor-faktor yang diteliti dan menentukan pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas. Variabel independen disebut juga variabel indogen.
Berdasarkan latar belakang masalah, hasil penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka maka kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Dari kerangka konseptual diatas, dapat dilihat bahwa pengungkapan CSR, CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR, dan ROE mempengaruhi PER.
2.3.1 Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan
Proses kegiatan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari kepentingan
stajeholders sebagai pihak yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi dari setiap keputusan atau kebijakan perusahaan. Pihak perusahaan harus mengutamakan kepentingan stakeholders seperti karyawan, pelanggan, pemerintah, masyarakat dan lain-lain. Hal itu ditujukan untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Ketika perusahaan memperhatikan atau memprioritaskan kepentingan
stakeholders, ada keuntungan yang diperoleh dan dimanfaatkan oleh perusahaan. Hubungan harmonis yang terjalin antara perusahaan dengan
Nilai Perusahaan (Y) Pengungkapan CSR (X1) CAR (X2) BOPO (X3) NPL (X4) NIM (X5) H1 H1 H1 H1 H1 H2 LDR (X6) ROE (X7) H1 H1
stakeholders akan memicu semakin baik citra perusahaan yang diikuti oleh semakin baik kualitas kegiatan perusahaan. Tentu saja hal itu akan menambah penghasilan atau laba bagi perusahaan tersebut. Dalam jangka panjang, masyarakat akan menaruh kepercayaan pada perusahaan disbanding perusahaan lain, karyawan tetap mengabdikan diri untuk meningkatkan kinerja perusahaan, investor tertarik menanamkan modal pada perusahaan, dan pemerintah tetap mendukung semua aktivitas perusahaan.Penelitian terdahulu yang membuktikan pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan adalah Bidhari, et.al (2013) yang menunjukkan bahwa CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Kemudian, Nugraheni (2010) juga menunjukkan bahwa CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan tanggung jawab sosial perusahaan yang berkaitan erat dengan stakeholders dapat mempengaruhi nilai perusahaan atau menaikkan nilai perusahaan tersebut.
H1 : CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan 2.3.2 Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Setiap perusahaan tentu berupaya secara maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat menunjukkan kualitas perusahaan tersebut pada periode tertentu. Oleh karena itu, kinerja perusahaan yang baik merupakan hal yang penting untuk dicapai, diperhatikan maupun ditingkatkan. Cara mengetahui kinerja dari suatu perusahaan adalah melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan karyawan yang berdasar pada sasaran, standar, dan kinerja yang telah ditentukan. Kinerja dapat dilihat dari penganalisaan laporan keuangan dan harga saham perusahaan. Apabila kinerja perusahaan berkualitas baik, diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan.
a. Capital Adequacy Ratiodan Nilai Perusahaan
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki perbankan untuk menunjang aset yang memiliki resiko seperti kredit yang diberikan kepada nasabah. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aset produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Apabila perusahaan memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ditimbulkan akibat pemberian kredit, maka diharapkan dapat menaikkan nilai perusahaan.
H1 : CAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan b. BOPOdan Nilai Perusahaan
BOPO digunakan untuk melihat bagaimana kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profatibilitas bank yang bersangkutan yang berpengaruh pada harga saham perusahaan sebagai pengukur nilai perusahaan.
H1 : BOPO berpengaruh terhadap nilai perusahaan c. Non Performing Loan dan Nilai Perusahaan
NPL merupakan rasio yang menunjukkan tingkat risiko yang dimiliki perbankan akibat dari kredit yang disalurkan kepada nasabah. Jika nilai NPL tinggi, perusahaan menanggung tingkat risiko yang tinggi pula. Sehingga nilai NPL harus selalu rendah untuk menunjukkan bahwa risiko kredit yang ditanggung bank kecil. Tinggi atau rendah nilai NPL akan mempengaruhi nilai perusahaan.
H1 : NPL berpengaruh terhadap nilai perusahaan d. Net Interest Margin dan Nilai Perusahaan
NIM adalah rasio yang menunjukkan tingkat laba yang diperoleh perbankan dari bunga kredit yang diterima bank. Nilai NIM yang tinggi menunjukkan bahwa bank mampu memperoleh laba yang tinggi dari kredit yang disalurkan. Laba yang diperoleh akan berpengaruh pada laba bersih per saham yang mempengaruhi nilai perusahaan.
H1 : NIM berpengaruh terhadap nilai perusahaan e. Loan to Deposit Ratio dan Nilai Perusahaan
LDR merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dengan dana yang diterima bank dan modal yang dimiliki bank sebagai pendukung kegiatan operasional perusahaan. Jika dana yang disalurkan sedikit dibandingkan dana yang dihimpun bank, maka total bunga yang diterima dari kredit juga akan lebih sedikit dibanding bunga yang dibayarkan peda nasabah. Hal ini berarti
semakin tinggi nilai LDR, semakin baik. Rasio ini juga berhubungan dengan laba yang diperoleh yang juga akan berhubungan dengan laba bersih per saham. EPS pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
H1 : LDR berpengaruh terhadap nilai perusahaan f. Return On Equity dan Nilai Perusahaan
Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan efisiensi dari penggunaan modal sendiri. ROE menjadi alat untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Apabila nilai ROE semakin tinggi, maka perusahaan dalam keadaan baik karena akan meningkatkan nilai saham. Demikian jika nilai ROE menurun, berarti perusahaan dalam keadaan kurang baik. Nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga sahamnya dapat dijadikan sebagai indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan. Sebuah penelitian telah dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruhi ROE terhadap nilai perusahaan. Wardoyo (2013) membuktikan bahwa ROE dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
H1 : ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H2 : Tanggung jawab sosial perusahaan, CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.