• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.3. Kinerja Keuangan

Setiap perusahaan memiliki kinerja yang harus diperhatikan dan dipantau. Sebab kinerja perusahaan menggambarkan tentang kondisi baik atau tidaknya perusahaan tersebut pada periode tertentu, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak internal atau eksternal.Menurut Fabozzi (1999) dalam Dj (2011), kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berada dalam kendali pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dilakukan melalui analisis rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.

2.1.3.1 Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja keuangan memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak perusahaan.

Berikut ini adalah manfaat dilakukannya penilaian terhadap kinerja keuangan.

1. Mengetahui prestasi atau keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha pada periode tertentu.

2. Mengetahui kemampuan setiap bagian perusahaan untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

3. Mengetahui dasar yang akan digunakan perusahaan untuk merencanakan strategi perusahaan untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.

4. Membantu bagian organisasi perusahaan secara umum dan khusus (divisi/ komisi/ departemen/) untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan dan menetapkan keputusan.

5. Sebagai dasar untuk menciptakan efisiensi dan produktivitas perusahaan melalui kebijakan dalam penanaman modal.

2.1.3.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Berikut ini adalah tujuan penilaian kinerja keuangan : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas.

Yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.

1. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas

Yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau jangka panjang apabila terjadi likuidasi pada perusahaan tersebut.

2. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas

Yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dalam periode tertentu.

3. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha.

Yaitu kemampuan perusahaan beroperasi secara stabil atau tetap. Stabilitas dapat diukur dengan meninjau kemampuan perusahaan

membayar beban bunga atas utang-utang dan pokok pinjaman dengan tepat waktu serta meninjau kemampuan perusahaan membayar dividen kepada para pemegang saham tanpa mengalami kemacetan. Rasio kinerja keuangan adalah berikut ini.

A. Capital Adequacy Ratio

Modal adalah sesuatu yang digunakan oleh perbankan dalam menjalankan kegiatan operasi. Perbankan yang menjalankan kegiatan operasi pinjam meminjam cenderung memiliki risiko yang tinggi. Oleh karena, dibutuhkan dana yang akan digunakan untuk menutupi risiko yang kemungkinan akan terjadi. CAR adalah rasio yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menutupi kerugian atau risiko yang dialami selama kegiatan operasi.

Rumus mencari CAR adalah :

���= Modal

Aset Tertimbang Menurut Risiko x 100%

B. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

Perbankan dituntut untuk menjalankan kegiatan secara efisien dan efektif. BOPO adalah rasio yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan perbankan dalam menjalan operasinya. Apabila beban operational lebih besar disbanding pendapatan operasional, bank akan mengalami kerugian. Namun jika beban operasional lebih kecil dibandingkan pendapatan operasional, maka bank akan meningkatkan laba. Oleh karena itu, bank berusaha meminimalisirkan beban dan memaksimalkan pendapatan.

Rumus mencari BOPO adalah sebagai berikut.

���� = Beban Operasional

Pendapatan Operasional x 100%

C. Non Performing Loan

NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutupirisiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Ketentuan Bank Indonesia ialah bahwa bank harus menjaga NPL-nya dibawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia. Apabila bank mampu menekan rasio NPL 5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank-bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Rendahnya PPAP yang dibentuk oleh bank-bank maka profitabilitas akan semakin besar sehingga kinerja bank-bank secara keseluruhan akan menjadi baik.

Rumus untuk mencari NPL adalah sebagai berikut.

���= Kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet

Total Kredit x 100%

D. Net Interest Margin

Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut: “Net Interest Margin (NIM) merupakan perbandingan antara

pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya.” Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan.

Rumus untuk mencari nilai NIM adalah sebagai berikut.

��� =Pendapatan Bunga Bersih

Aset Produktif x 100%

E. Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit, dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1E, Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan

asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil).

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya standar nilai

Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Bank Indonesia adalah antara 85% - 100%. Dan LDR yang berlaku di Indonesia adalah maksimum 115%. LDR merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembayaran yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank.

Rumus untuk mencari nilai LDR adalahsebagai berikut.

��� = Total Kredit

Total DPK x 100%

F. Return On Equity

ROE adalah rasio yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang bagi pemegang saham. Apabila nilai ROE naik, maka semakin tinggi keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Tentu saja pihak pemegang saham menginginkan nilai ROE selalu meningkat. Rumus untuk mencari ROE adalah sebagai berikut.

�������������� =Laba Setelah Pajak

Total Ekuitas x 100%

Dokumen terkait