• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.3 Kerangka Konseptual

Merger dan akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat di lihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan.

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.

Seperti telah diuraikan sebelumnya perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi di dasari motivasi sinergi, nilai keseluruhan perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi, yang lebih besar dari pada perusahaan yang motivasi sinergi lebih kecil. Di mana dengan motivasi sinergi akan membawa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi mengalami perbedaan yang

positive pada kinerjanya, tanpa motivasi sinergi maka perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi hanya akan bertambah nilai asset saja namun sejalan dengan itu kinerja perusahaan berpotensi menurun.

Sinergi yang terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat tercemin dari kinerja perusahaan., maka ditetapkan kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan kinerja perusahaan yang sinergis setelah melakukan merger dan akuisisi dapat terukur dari rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut adalah rasio profitabilitas, financial leverage, rasio aktivitas, rasio pasar, dan rasio likuiditas.

Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari penujualannya. Di mana jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan

sinergi. Dimana margin pendapat bersih (NPM), serta return atas asset (ROA) dan ekuitas (ROE) juga akan meningkat.

Financial leverage merupakan tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Maka jika terjadi sinergi atas dilakukannya merger dan akuisisi maka secara umum keikut sertaan modal mereka akan cukup baik untuk melakukan usahanya sehingga penggunaan hutang, secara keselurah (DR) atau atas ekuitas perusahaan (DER), untuk menjalankan perusahaan dapat diminimalisir.

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar kecepatan aset-aset perusahaan dikelola dalam rangka menjalankan bisnisnya. Dengan merger dan akuisisi maka sharing tentang efektifitas perusahaan dapat dilakukan sehingga dapat meningkatkan kefektifitasan perusahaan dapat terjadi. Sehingga asset yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan secara efektif (TATO).

Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar saham perusahaan dibanding dengan nilai buku. Lebih dari itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan saat ini dan di masa yang akan datang dibandingkan dengan nilai perusahaan di masa lalu. Maka merger dan akuisisi yang diharapkan mendatangkan keuntungan lebih pada perusahaan akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh tiap lembar saham (EPS).

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang

segara jatuh tempo. Perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (CR) mengindikasikan likuiditas perusahaan. Dengan penggabungan usaha maka semestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendek akan meningkat.

Banyak dari rasio-rasio keuangan yang lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Berdasarkan tinjauan pustaka serta beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas (NPM, ROA, ROE), rasio solvabitias atau financial leverage (DR dan DER), rasio aktivitas (TATO), rasio pasar (EPS) dan rasio likuiditas (CR) variabel penelitian yang mencerminkan perbedaan setelah melakukan merger dan akuisisi dalam penelitian ini.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sumber : Djayani Nurdin (1996), Payamta dan Setyawan (2004), dan Hendro Wijanarko (2006)

Sebelum Merger dan Akuisisi Sesudah Merger dan Akuisisi

Kinerja Perusahaan

Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin.

Kinerja Perusahaan

Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan telaah literatur mengenai perbandingan kinerja perusahaan, yang ditunjukkan oleh rasio keuangan, yang melakukan M&A maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

HA : Tingkat kinerja perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat kinerja perusahaan tersebut sebelum merger dan akuisisi

Ha1 : Tingkat Current ratio perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat current ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

Ha2 : Tingkat debt to equity ratio perusahaan publik pada masa sesudah merger

dan akuisisi berbeda dengan tingkat debt to equity ratio perusahaan publik sebelum merger dan akuisisi

Ha3: Tingkat debt ratio perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat debt ratio perusahaan publik sebelum merger dan akuisisi

Ha4 : Tingkat total asset turnover perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat total asset turnover perusahaan sebelum merger dan akuisisi

Ha5: Tingakt ROI perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berberda dengan tingkat ROI perusahaan publik sebelum merger dan akuisisi.

Ha6 : Tingkat ROE perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat ROE perusahaan publik sebelum merger dan akuisisi.

Ha7 : Tingkat NPM perusahaan publik pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat NPM perusahaan publik sebelum merger dan akuisisi

Gurendrawati dan Sudibyo (1999) melakukan pengujian terhadap volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman M&A, selama periode 1990-1995, dengan menggunakan sampel 34 perusahaan, serta melakukan pengujian beda dua mean (t-test) ternyata hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.

Kemudian penelitian ini dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan alat variabel dependen yang berbeda, yaitu return saham, oleh Sutrisno dan Sudibyo (1999) dengan menggunakan sampel 57 perusahaan selama periode 1990-1997 dan melakukan uji t, menunjukkan hasilnya signifikan negative. Berarti pengumuman merger dan akuisisi direaksi negative oleh pasar yang berakibat penurunan harga saham bidder. Sutrisno dan Sudibyo (1999) berpendapat volume perdagangan yang stabil (Gurendrawati dan Sudibyo, 1999) dan return saham yang turun (Sutrisno dan Sudibyo, 1999) merupakan cerminan dari sikap inverstor di BEJ yang menganggap M&A tidak menimbulkan sinergi.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait