• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS

C. Kerangka Konseptual

Penelitian ini berjudul Dakwah pada etnis Tionghoa di Kota Makassar perspektif Sosio-Antropologis. Mengenai kerangka konseptual penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai dakwah pada Muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar yang bertujuan agar menjadi deskripsi yang rasional dalam pengembangan dakwah.

264

Syekh Akram Kassab, Al-Manha>j al-Da’wi> ‘Inda al-Qard}awi>, diterjemahkan oleh Muhyidin Mas Rida, dengan judul Metode Dakwah Yusuf al-Qardhawi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010), h. 240-241

Etnis Tionghoa yang datang ke Makassar berasal dari berbagai suku bangsa dan berkembang sesuai dengan latar belakang kebudayaan, serta agama yang berbeda-beda, tetapi mereka dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu totok dan peranakan. Totok adalah orang Tionghoa yang lahir di Cina dan sama sekali berdarah asing. Ia ber-budaya Cina dan cenderung berorientasi pada negeri leluhurnya (RRC). Sedangkan peranakan adalah orang Tionghoa yang kawin dengan warga setempat atau lahir dan dibesarkan di Indonesia yang cenderung menerima banyak unsur kebudayaan lokal dan bertingkah laku seperti pribumi. Tionghoa peranakan menggunakan bahasa Melayu-Cina atau bahasa Indonesia dan bahasa daerah Makassar sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

Selanjutnya, muslim etnis Tionghoa yang ada di kota Makassar umumnya adalah muallaf. Sebelum meyakini Islam sebagai agama, mereka meyakini ajaran agama yang bervariasi, yaitu Nasrani, Konghucu, Budha dan lain-lain. Masuknya masyarakat etnis Tionghoa ke dalam Islam memiliki latar belakang yang yang juga berbeda-beda dan bahkan membutuhkan waktu yang panjang. Oleh karena itu, diperlukan konsep dakwah dalam rangka optimalisasi pemahaman keagamaan bagi masyarakat atau muslim etnis Tionghoa.

Aktifitas dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa masih dianggap belum maksimal. Oleh karena itu, dalam proses Islamnya orang-orang Tionghoa di Kota Makassar dan gerakan dakwahnya, yang terjadi bukan lagi semata-mata asimilasi sosial budaya, tetapi lebih kepada asimilasi agama. Terutama banyaknya etnis Tionghoa yang memeluk Islam, dan maraknya gerakan dakwah (internal) yang mereka lakukan. Gerakan ini tentu saja merupakan proses asimilasi kultural antara tradisi Islam lokal (Bugis-Makassar) dengan kultur atau tradisi orang-orang

Tionghoa Makassar. Kajian tentang aktifitas dakwah etnis Tionghoa di Kota Makassar, seharusnya memang diarahkan secara terbuka, bukan semata-mata mengkaji secara internal etnis Tionghoa-muslim semata, tetapi juga harus melibatkan seluruh pihak yang terkait, khususnya lembaga-lembaga dakwah.

Dari sisi materi dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa masih bersifat tekstual, sehingga harus dikemas materi tersebut sehingga mampu diterima dan dimengerti oleh mad’u. Yakni penyampaian pesan dakwah (materi) yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan objek dakwah yaitu orang-orang muslim etnis Tionghoa mengingat dakwah kepada mayoritas kaum muallaf harus bersifat logis dan disertai dengan argumen-argumen yang masuk akal sehingga mereka mau dan mampu menerimanya. Dengan demikian penerapan dakwah yang dilakukan perihal materi dakwah harus relevan pada masyarakat muslim etnis Tionghoa Makassar. Oleh karena itu, materi dakwah tersebut perlu disampaikan secara jelas dan rasional mengingat sasaran dakwah yang dihadapi merupakan orang-orang muallaf yang benar-benar butuh adanya bimbingan dan penjelasan yang jelas dan rasional tentang ajaran Islam.

Tugas dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa tidak hanya dibebankan kepada mereka yang muslim etnis Tionghoa, tetapi lebih tepat ketika memberikan kepercayaan kepada saudara yang banyak memahami ajaran agama Islam atau orang yang memiliki dasar pendidikan agama yang mantap, yaitu para praktisi dakwah atau da’i profesional. Tentu akan lebih efektif lagi jika mereka dibantu dan didampingi keturunan Tionghoa Muslim yang berfungsi semacam konsultan atau penasehat mengenai kondisi riil masyarakat Islam keturunan Tionghoa.

Selanjutnya, metode dakwah merupakan cara yang dipakai dalam menyampaikan dakwah, sehingga sasaran dakwah dapat mengetahui, memahami dan meyakini terhadap materi yang disampaikan. Sehingga tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik.

Terhadap pentingnya sebuah metode dakwah tersebut, maka aktifitas dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar masih sangat sederhana, dan terkesan monoton. Oleh karena itu, diperlukan penerapan metode dakwah yang lebih maksimal, tidak hanya sebatas sebagai rutinitas tanpa adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Pembinaan keagamaan bagi muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar harus mendapat perhatian besar dari kalangan muballig-muballig secara perorangan maupun organisasi tentang pentingnya metode dakwah. Baik yang dilakukan secara internal maupun yang sifatnya eksternal.

Sebagai muslim bagi etnis Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang mudah untuk dijalani. Banyak hambatan dan tantangan yang harus mereka hadapi yang acap kali menjadikan mereka berputus asa dalam menyikapi kehidupan yang baru. Kondisi tersebut sesungguhnya sudah menjadi gejala yang umum di kalangan etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya di Kota Makassar, bahwa agama Islam merupakan suatu ajaran yang bertentangan dengan kebudayaan mereka, sesuatu yang asing. Bahkan, tidak jarang dianggap sebagai agama yang identik dengan kemiskinan, kebodohan, serta keterbelakangan.

Dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa, dengan segala permasalahan yang ada. Oleh karena itu, melalui pendekatan sosio-antropologis, maka akan ditemukan langkah strategis pemecahan masalah terhadap dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar.

Berdasarkan landasan teoretis yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengilustrasikan dalam bentuk skema Kerangka Pikir berikut ini.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Landasan dakwah (Qur’an dan al-Hadis)

Sistem Sosial Budaya Asal Usul

Peluang dan Tantangan Dakwah pada Muslim etnis Tionghoa

Langkah Strategis Dakwah pada Muslim Etnis Tionghoa Pendekatan Sosio-Antropologis

Out Put

(Perubahan Pemahaman, Perilaku Berpikir terhadap Nilai-nilai Ajaran Islam, Peningkatan Kualitas Hidup dan

Peningkatan kuantitas penganut Islam di Kalangan Etnis Tionghoa Muslim Etnis Tionghoa di

Kota Makassar

BAB III

Dokumen terkait