• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Suatu usaha mengindikasikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan investasi. Di bidang pertanian, kegiatan investasi yang dilakukan mempunyai suatu konsekuensi yang besar. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk melihat besarnya manfaat yang diperoleh serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha atau studi kelayakan proyek, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga resiko kerugian dimasa yang akan datang dapat diantisipasi.

3.1.1 Analisis Proyek

Proyek bisnis pada dasarnya merupakan proyek investasi. Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan (input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al., 1998).

Menurut Gitinger (1986), analisis proyek adalah memperbaiki pemilihan investasi. Sumber-sumber yang tersedia terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Tujuan melakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Ada beberapa aspek dalam analisa proyek, diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial.

3.1.1.1 Aspek Pasar

Aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha / proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2003). Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price),saluran distribusi (place) dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli (Kotler, 2004). 3.1.1.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Ibrahim, 2003). Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input

dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah et,a.,1999). Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1996).

Hal yang perlu mendapatkan perhatian utama pada aspek teknis adalah lokasi proyek, skala operasi/ luas produksi, pemilihan mesin, proses produksi dan jenis teknologi yang digunakan. Variabel utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, penyediaan tenaga kerja, fasilitas transportasi (Husnan dan Muhammad, 2000).

3.1.1.3 Aspek Manajemen

Dilihat dari segi manajemen operasi, aspek ini berkaitan dengan fungsinya, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga verja, pengarahan pekerjaan dan pelaksanaan pengawasan (Ibrahim,2003). Aspek ini juga menyangkut kemampuan staff proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam usuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, jika tidak diperhatikan maka banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang diremcanakan (Kadariah et,al., 1999).

Menurut Gitinger (1986), selain aspek-aspek yang saling berkaitan tersebut, dalam suatu proyek terdapat rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek yang disebut sebagai siklus proyek. Tahap-tahap yang membentuk suatu siklus proyek yaitu tahap identifikasi, tahap persiapan dan analisa, tahap penilaian, tahap pelaksanaan dan tahap implementasi. Evaluasi dalam suatu studi

kelayakan proyek adalah alat yang penting dalam proyek-proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Evaluasi juga dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak.

Untuk menganalisa suatu proyek biasanya digunakan dua pendekatan umum yaitu analisa finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial menganalisis hasil proyek dari segi individu pelaku proyek, sedangkan analisis ekonomi melihat hasil proyek dari segi perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dengan menggunakan pendekatan analisis finansial yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak pengguna informasi mengenai usaha yang dijalankan.

3.1.2 Analisis Finansial

Analisis finansial merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis proyek. Analisis finansial adalah analisis yang melihat proyek dari sudut pandang individu yang secara langsung terlibat dalam proyek (Gray et al., 1997). Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Gittinger, 1996).

Dalam analisis finansial, proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut private return (Kadariah et al., 1999).

Kriteria analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode discounted criteria. Kriteria ini mengkoversikan nilai uang yang akan

diperoleh dikemudian hari dengan nilainya sekarang. Kriteria ini memasukkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan manfaat dan biaya-biaya haruslah mencerminkan opportunity cost of capitalI, yaitu tingkat pengembalian (rate of return) investasi alternatif proyek lainnya (Kadariah et al., 1999). Berkaitan dengan discounted cash flow, terdapat beberapa tolak ukur penilaian suatu investasi, yaitu :

1. Net Present Value (NPV), merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Penggunaan criteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak apabila NPV lebih besar dari nol dan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV dibawah nol maka menunjukkan bahwa bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan.

2. Internal Rate of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR dimaksudkan untuk mengetahui nilai tingkat suku bunga social yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat suku bunga maksimum apabila modal yang digunakan didepositokan ke bank. Adapun pembanding yang digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan angka pembanding antara

jumlah present value yang bernilai postif dengan yang bernilai negatif. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat yang

diterima oleh bisnis dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria investasi ini, apabila nilai Net B/C > 1. Sebaliknya, nilai Net B/C < 1, menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh adalah lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Net B/C = 1 berarti besarnya manfaat yang diperoleh adalah sama besarnya dengan biaya yang dikelurkan untuk mendapatkan manfaat tersebut.

4. Pay Back Periode (PP), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Kriteria payback periode digunakan untuk mengetahui tingkat kecepatan modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Suatu bisnis dikatakan layak apabila bisnis tersebut dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek tersebut.

3.1.3 Analisis Kepekaan (Analisis Sensitivitas)

Untuk merencanakan suatu proyek, semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan yang selalu berubah akan memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan atau ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui prediksi perubahan pendapatan dan pengeluaran yang menyebabkan perubahan pada arus kas. Analisis sensitivitas untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan perbaikaan usaha ekspor bunga karang di masa depan sebagai dampak dari perubahan-perubahan

variabel seperti biaya dan penerimaan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditorelansi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Ukuran bunga karang yang diambil biasa relatif kecil dan cara mengambilnya dari lautpun dilakukan dengan hati-hati supaya bunga karang tetap hidup. Dari segi manfaat, akuarium laut penting artinya sebagai wahana untuk hiburan dan rileksasi bagi orang-orang di kota-kota besar yang sibuk dengan pekerjaannya.

Sebagai salah satu penyumbang kelestarian dan kerusakan ekosistem terumbu karang akan terancam apabila ekspor terhadap karang hias tidak diperhatikan. Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana pengelolaan yang baik untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia

Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia

triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia.

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya menjaga kelestarian terumbu karang dan mengadakan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang baik dengan cara mengidentifikasi tingkat kerawanan dari terumbu karang dan meningkatkan pengelolaan yang berkesinambungan. Menetapkan batas maksimum pemanfataan tahunan terhadap bahan-bahan karang dan spesies yang berasosiasi dengannya seperti ikan dan karang-karang. Pembatasan hasil panen pada nilai maksimum tersebut akan menyeimbangkan proporsi masing-masing spesies yang dapat menjaga keberlangsungan produksi.

Selain keindahannya, terumbu karang juga punya manfaat penting lainnya. Ekosistem terumbu karang punya nilai manfaat dalam bentuk use value maupun non-use value (sama-sama mempunyai kegunaan ketika dimanfaatkan maupun dibiarkan). Hasil studi yang dilakukan Herman Cesar (1996) dalam Malay (2000) menyajikan keuntungan ekonomi dari berbagai tipe pemanfaatan terumbu karang. Pada kategori tutupan karang Indonesia yang cukup baik, kegiatan penambangan karang diperkirakan menghasilkan keuntungan ekonomis setara US$ 121.000 per km2 luasan karang. Terumbu karang di Indonesia diperkirakan mempunyai total nilai ekonomis setara US$ 912.500 per km2

Visi pengelolaan terumbu karang yaitu terumbu karang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang harus dikelola dengan bijaksana, terpadu dan berkelanjutan dengan memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan stakeholders (pengguna). Hal itu berguna

memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat dan penggunaan secara berkelanjutan (sustainable).

Disisi lain kegiatan penambangan (penangkapan bunga karang) juga memberikan pemasukan bagi negara Indonesia bagi penambahan devisa. Melihat perusahaan pesaing sejenis yang berjumlah kurang lebih 20 perusahaan yang tersebar di Indonesia (lampiran 1) maka persaingan cukup ketat. Berdasarkan Surat Keputusan Ditjen PHKA No 33/IV-KKH/2007, besarnya kuota pada tahun 2007 mencapai 1,7 juta bongkah karang dan jumlah tersebut ditetapkan untuk seluruh perusahaan eksportir maka perusahaan memiliki strategi masing-masing dalam memperoleh pasokan bahan baku.

Melihat prospek yang baik dalam pemenuhan pasar internasional, maka PT Aneka Tirta Surya ikut mengembangkan bisnis perdagangan bunga karang. Namun dalam pemenuhan permintaan konsumen dalam maupun dalam negeri, pihak eksportir belum mampu memaksimalkan kondisi bunga karang (kualitas dan kuantitas) agar tetap dapat memenuhi order bunga karang setiap minggunya. Terkait bahwa bunga karang tergolong komoditas yang langka dan bernilai tinggi dalam perdagangan internasional. Perusahaan belum dapat menyikapi volume pasokan bahan baku yang terbatas dengan kondisinya yang rentan terhadap lingkungan. Selain itu, penanganan produksi yang belum maksimal menjadi factor penting dalam minimnya penjualan bunga karang ke negara-negara tujuan. Hal ini dilihat dari data penjualan yang selalu dibawah volume pembelian disampin karena tingkat mortalitas bunga karang itu sendiri.

Penelitian ini juga menganalisis mengenai proyek tersebut apakah tetap layak dimasa yang akan datang. kriteria yang digunakan dalam analisis proyek ini

yaitu mencakup beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial. Aspek finansial itu sendiri menggunakan alat-alat analisis, yaitu NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode.

Hasil dari analisis kelayakan proyek tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memasuki usaha ini sekaligus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek ini. Apabila berdasarkan perhitungan usaha ini layak untuk dijalankan , maka perusahaan tetap mempertahankan usahanya. Dalam menganalisa suatu proyek, biasanya akan menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik pada arus manfaat maupun arus biaya perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat manfaat dan biaya dapat terjadi. Untuk memperjelas gambaran mengenai penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran operasional yang disajikan dalam Gambar 1.

Prospek Usaha Perdagangan Bunga Karang

Proses Produksi Bunga Karang Pemanfaatan Sumberdaya

Langka Segi Ekonomis

Aspek Pasar Aspek Teknis  Keuntungan  R/C ratio  Payback Periode  NPV  Net B/C  IRR  Analisis Sensitivitas Aspek Manajemen

Usaha Perdagangan Bunga Karang oleh PT ATS

--- Ruang lingkup penelitian

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Aneka Tirta Surya, Jalan Bendi Utama No.8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan bunga karang dan invertebrata sebagai komoditi utama perusahaan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian mencakup data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik dan pekerja di perusahaan serta pengamatan langsung di lapangan.

Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh perusahaan mengenai data stok komoditi, data penjualan dan gambaran umum perusahaan. Data sekunder juga dari instansi terkait, antara lain : Badan Pusat Stastik, Perpusatakaan LSI, Perpustakaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB,

Evaluasi Kegiatan Usaha Tidak Layak

Departemen Kelautan dan Perikanan, AKKII dan perusahaan yang bersangkutan serta literature-literatur dan situs internet yang relevan dengan penelitian.

4.3 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah, ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Alat analisis data yang digunakan antara lain sebagai berikut :

4.3.1 Analisis Kriteria Investasi a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan penerimaan bersih yang diterima sekarang untuk proyek yang dilaksanakan dimasa yang akan datang pada tingkat diskonto tertentu yang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

n

NPV = ∑ NBi (1+i) -n t=1

Keterangan :

NB = Net Benefit = Benefit - Cost n = umur kegiatan usaha

i = tingkat suku bunga t = 1,2,3…n

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu :

1) NPV > 0, berarti secara finansial proyek layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya.

2) NPV = 0, berarti secara finansial proyek tersebut berada dalam keadaan break even point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value

3) NPV < 0, berarti secara finansial proyek tidak layak dilaksanakan karena manfaat yang diperlukan lebih kecil daripada biaya yang dikelurkan.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-). Usaha dapat dikategorikan layak apabila rasio net B/C lebih sama dengan 1. Sebaliknya,

apabila rasio net B/C kurang sama dengan 1 maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan. Rasio net B/C sama dengan 1, maka usaha tersebut termasuk usaha pulang pokok. Rumus yang digunakan untuk menghitung kelayakan pada rasio net B/C yaitu :

Net B/C = ) ( ) ( 1 1 − +

= = NBi NBi n i n i Keterangan :

NB = Net Benefit = Benefit - Cost n = umur kegiatan usaha

i = tingkat suku bunga t = 1,2,3…n

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak dijalankan. Suatu proyek dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh proyek tersebut lebih besar dari tingkat diskonto.

d. Payback Periode

Analisis ini mengetahui berapa lama usaha atau proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Payback Periode = X tahun NetBenefit

Investasi 1

Jika masa pengembalian investasi (payback periode) lebih singkat daripada umur proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan. Pada dasarnya semakin cepat payback periode menunjukkan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor.

4.4.2 Analisis Kepekaan (Analisis Sensitivitas)

Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan, digunakan analisis kepekaan. Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Dalam penelitian ini diusahakan analisis sensitivitas untuk melihat sejauh mana perubahan pada input, output ataupun kombinasi keduanya dapat mengakibatkan nilai NPV maksimal (Gitinger, 1996).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas ini yaitu perubahan harga input (kenaikan harga bahan baku) maupun harga output (harga penjualan).

4.5 Definisi Operasional dan Asumsi Dasar

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini bertujun untuk menyamakan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang digunakan antara lain :

1. Manfaat adalah segala sesuatu yang menambah pendapatan suatu proyek. Sedangkan biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan suatu proyek yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Manfaat dan

biaya yang diperhitungkan adalah manfaat dan biaya yang dapat diukur (tangible).

2. Analisis kelayakan financial digunakan untuk mengetahui kelayakan finansial suatu proyek melalui kriteria NPV, IRR, Net B/C dan payback periode. 3. Biaya investasi perusahaan PT Aneka Tirta Surya antara lain bangunan,

pembeliaan kendaraan, perlatan produksi, peralatan kantor serta peralatan kerja.

4. Biaya operasional PT Aneka Tirta Surya antara lain pembelian bahan baku (terumbu karang), bahan pembantu, perlengkapan pendukung, gaji dan upah tenaga kerja, biaya listrik dan air, biaya telepon, biaya perawatan mesin, biaya transportasi, biaya administrasi, biaya sewa lahan, pelunasan pinjaman serta bunga, dan biaya lain-lain.

5. PT Aneka Tirta Surya adalah perusahaan perdagangan tanaman hias air laut dan komoditi laut lainnya untuk di jual di dalam negeri maupun luar negeri. 6. Usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya merupakan usaha skala

kecil yang memiliki tenaga kerja sebanyak 16 orang. Hal tersebut berdasarkan data dari BPS bahwa industri kecil adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 5 sampai 19 orang.

7. Perusahaan adalah suatu unit usaha yang berada pada lokasi tertentu yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku dengan menggunakan mesin atau dengan tangan menjadi barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi dan pada akhirnya akan dijual kepada konsumen.

8. PT Aneka Tirta Surya adalah unit usaha yang melakukan kegiatan perdagangan / ekspor terumbu karang dengan melakukan penampungan dan pemeliharaan selama jangka waktu tertentu.

Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis usaha bunga karang PT Aneka Tirta Surya ini adalah sebagai berikut :

1. Umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis bak penampung yaitu selama 5 tahun, karena bak penampung merupakan asset penting dalam proses produksi.

2. Produk yang digunakan untuk analisis cash flow yaitu terumbu karang sebagai produk utama, ikan dan komoditas invertebrate lainnya merupakan produk sampingan.

3. Total produksi merupakan jumlah output yang dihasilkan dalam satu tahun. Nilai total penjualan merupakan jumlah output yang dihasilkan tiap tahun dikalikan dengan harga jualnya.

4. Dalam satu tahun terdapat 365 hari produksi.

5. Total produksi perhari diasumsikan sama yaitu 15 pieces terumbu karang setelah memperhitungkan produk yang rusak selama proses produksi yang diasumsikan sebesar 5 persen.

6. Tingkat diskonto yang digunakan adalah sebesar 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata deposito berjangka bank umum.

7. Modal usaha berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman dari bank dengan tingkat suku bunga 15 persen. Perusahaan memperoleh pinjaman modal mulai dari tahun pertama setelah beroperasi (tahun ke-satu) sebesar Rp 300.000.000,00 yang harus dilunaskan berikut bunganya dalam 5 tahun.

8. Analisis data menggunakan data pajak penghasilan yang dikenakan kepada pengusaha ekspor berdasarkan tarif pajak menurut UU Republik Indonesia No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan.

9. Terumbu karang merupakan ekosistem khas dan unik di daerah tropis dan terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, sedangkan bunga karang yaitu bagian dari terumbu karang.

Dokumen terkait