• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA KARANG DAN INVERTEBRATA PT ANEKA TIRTA SURYA TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA KARANG DAN INVERTEBRATA PT ANEKA TIRTA SURYA TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN

Oleh :

LUTHVIA VAZA CAESAR AGRIZA A14105568

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

LUTHVIA VAZA CAESAR AGRIZA. Analisis Usaha Bunga Karang dan Invertebrata, PT Aneka Tirta Surya, Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO)

Salah satu sumberdaya alam perairan tropis yang penting dan memiliki potensi yang besar adalah kawasan terumbu karang. Terumbu karang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi ekologi laut maupun sosial ekonomi. Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Di dunia perdagangan internasional, jenis-jenis koral dimasukkan dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna And Flora) yang artinya walaupun perdagangan international jenis-jenis koral adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara internasional dan ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengakibatkan punahnya jenis-jenis koral tersebut.

Salah satu bentuk pemanfaatan hasil terumbu karang dari segi nilai ekonomis yaitu pengelolaan hasil terumbu karang dalam bentuk bunga karang yang diekspor ke berbagai negara. PT Aneka Tirta Surya (ATS) melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara seperti negara-negara Eropa, Amerika maupun Asia.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis kelayakan finansial bunga karang dan invertebrata di PT Aneka Tirta Surya 2) Menganalisis perubahan-perubahan harga input dan harga output terhadap kelayakan usaha bunga karang di PT Aneka Tirta Surya.

Penelitian dilaksanakan di PT Aneka Tirta Surya, Jalan Bendi Utama No.8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan bunga karang dan invertebrata sebagai komoditi utama perusahaan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2008.

Metode pengolahan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah Analisis Kriteria Investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode serta analisis sensitivitas untuk melihat tingkat kelayakan usaha terumbu karang dan invertebrata.

PT Aneka Tirta Surya memproduksi jenis bunga karang dan invertebrata. Kedua komoditas tersebut memiliki tingkat nilai ekspor yang tinggi, meskipun dengan volume yang berbeda. Nelayan maupun pemasok menjual komoditas kepada PT ATS rata-rata Rp 10.000,00/ pieces tergantung ketersediaan barang tersebut di pemasok. Harga yang ditawarkan pemasok berbeda-beda tergantung ukuran, jenis dan kualitas.

Bahan baku merupakan subsistem yang utama dalam menjalankan perusahaan. Produksi bahan baku berupa koral dan invertebrata yang diperoleh berasal dari Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bangka Belitung, NTT, NTB, Sulsel, Sultra, Sulteng. Didalam penyediaan bunga karang

(3)

yang diberikan oleh pemerintah khususnya pihak BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) sebesar 2.000.000/ pieces /tahun/seluruh perusahaa, maka jatah pangsa pasar (market share) PT Aneka Tirta Surya sebesar 23%. PT Aneka Tirta Surya melakukan kegiatan ekspor ke berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika sampai Timur Tengah. Umumnya penjualan yang rutin dilakukan berskala besar mencapai lebih dari 100 boks atau sekitar 1 ton. PT Aneka Tirta Surya melakukan promosi penjualan yaitu dengan mengikuti pameran-pameran bunga karang yang diadakan di luar negeri setiap 2 tahun sekali, seperti Pameran Interzoo di Jerman pada tahun 2004 yang lalu.

Rata-rata jumlah produksi terumbu karang sebesar 15-20 pieces per hari dengan harga beli dari pemasok sebesar Rp 10.000,00 / pieces tergantung ketersediaan barang tersebut di pemasok. Rata-rata penjualan produk sebesar 50 US $ / pieces. Pinjaman modal yang diberikan pihak bank adalah sebesar Rp 300.000.000,00 yang harus dilunasi selama 5 tahun dengan bunga sebesar 15 persen dan pelunasannya dilakukan melalui cicilan per tahun sebanyak Rp 58.080.588,00.

Pembelian bahan baku terumbu karang yang diterima dari pemasok sebesar 6720 pieces / tahun dengan harga senilai Rp 100.000,00 / pieces atau sekitar 10 US $ / pieces. Biaya pembelian bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu mencapai nilai Rp 604.800.000,00/ tahun dari total biaya opearsional perusahaan.

Analisis kelayakan finansial PT Aneka Tirta Surya pada tingkat diskonto 11 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 milyar atau lebih besar daripada nol. Nilai Net B/C yang dihasilkan pada tingkat diskonto 11 persen yaitu sebesar 1,72. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap nilai pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat sebesar 1,72. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 36 persen. Hasil analisis payback periode maka diperlukan waktu selama 2 tahun 5 bulan. Analisis sensitivitas manunjukkan kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga penjualan sensitif terhadap perubahan. Hal ini menunjukkan resiko yang besar terhadap usaha ekspor bunga karang dan invertebrata oleh PT Aneka Tirta Surya dalam menjalankan usahanya.

(4)

PT ANEKA TIRTA SURYA

TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN

Oleh :

LUTHVIA VAZA CAESAR AGRIZA A14105568

Skripsi

Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

”ANALISIS USAHA BUNGA KARANG DAN INVERTEBRATA DI PT ANEKA TIRTA SURYA, TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, November 2008

Luthvia Vaza Caesar Agriza A14105568

(6)

Jakarta Selatan

Nama : Luthvia Vaza Caesar Agriza NRP : A 14105568 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019

(7)

Penulis merupakan putri ketiga dari pasangan Bapak Dr. Ir. H. Moehaimin Sovan dan Ibu Wilujeng Herminanti yang lahir pada tanggal 01 Februari 1984 di Malang. Pada tahun 1990 penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak- kanak di TK Endrastek II, Jakarta dan pada tahun 1996 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Pesanggrahan 02 Pagi, Jakarta. Selanjutnya, penulis melanjutkan menengah pertama di SMPN 177, Jakarta serta menamatkan pendidikan SMA di SMAN 47 Tanah Kusir, Jakarta pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Perikanan dengan Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan angkatan 39, melalui progaram test seleksi. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 pada program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(8)

Alhamdulillahi robbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang senantiasa memberikan kasih sayang, anugerah dan melimpahkan rahmat dan berkahNYA kepada penulis yang tiada habis-habisnya. Maka atas izin Allah SWT pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Skripsi ini menganalisis bagaimana usaha bunga karang dan invertebrata dimasa yang akan datang, apakah layak untuk dijalankan lebih lanjut dengan melihat keuntungan yang diperoleh pada investasi usaha ini.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah atau skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan sebagai bahan referensi dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai salah satu komoditas perikanan bagi siapa saja yang membaca. Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis, walaupun masih banyak yang perlu diperbaiki.

Bogor, November 2008

Luthvia Vaza Caesar Agriza A14105568

(9)

Alhamdulillahi robbil ’alamin atas rahmat dan karunia Allah SWT akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyelesaian skripsi ini tidaklah terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, ilmu, arahan dan masukan-masukan untuk skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MS selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan-masukan dan arahan untuk kemajuan skripsi ini. 3. Kedua orang tua penulis, yang tidak ada hentinya mendoakan dan memberi

semangat dalam bentuk apapun agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan

4. Yogi Sumarga dan Soulthaan Arju Zayd Sumarga. Suami dan calon anakku tercinta, atas semangat, doa, kasih sayang, pengertian, perhatian dan hiburannya selama ini.

5. Keluarga Sovan : Emil san, Fikar san, Dhika, Gani san, Rindha san, Miftah san, Khumaira chan, Althaf Kun, Eshan kun. Terima kasih atas cinta, dorongan dan penjagaan ketat kepadaku selama ini.

6. Bapak Susanto Herlambang selaku direktur PT Aneka Tirta Surya beserta seluruh karyawan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta memberikan banyak informasi kepada penulis.

(10)

8. M15 : Nana, Hani, Asti, Zee, Yanti, Kris, Irma, Dede, Nova, Cici (Alm), Choti, Puspita, Angra, Duna. Terima kasih atas kebersamaan yang indah selama menjadi anak kos.

9. Teman-teman Ekstensi MAB 13 dan D III MBP Angkatan 39. Kebersamaan yang indah selama di IPB.

(11)

DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Deskripsi Terumbu Karang ... 9

2.1.1Ekosistem Terumbu Karang ... 9

2.1.1.1 Aspek Biologi Karang... 9

2.1.1.2 Aspek Ekologi Karang... 10

2.1.2 Pertumbuhan Karang ... 11

2.1.3 Pemeliharaan Terumbu Karang ... 14

2.2 Transplantasi Karang ... 18

2.3 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Analisis Proyek……….. 22 3.1.1.1 Aspek Pasar... 23 3.1.1.2 Aspek Teknis... 23 3.1.1.3 Aspek Manajemen... 24 3.1.2 Analisis Finansial ... 25 3.1.3Analisis Sensitivitas ...27

(12)

IV. METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data... 33

4.3 Metode Analisis Data... 34

4.4.1 Analisis Kriteria Investasi ... 35

4.4.2 Analisis Sensitivitas ... 36

4.4 Definisi Operasional dan Asumsi Dasar ... 37

V. KERAGAAN ASPEK NON FINANSIAL ... 43

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan... 43

5.2. Lokasi Perusahaan ... 43

5.3. Layout Bangunan ... 44

5.4 Aspek Teknis ... 45

5.4.1Karakteristik Produk ... 45

5.4.2Pedoman Teknis ... 46

5.4.3Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan ... 51

5.4.4Bahan Baku Utama dan Bahan Pembantu ... 51

5.5 Aspek Manajemen ... 62 5.5.1Organisasi Perusahaan ... 64 5.5.1.1Struktur Organisasi ... 64 5.5.1.2Ketenagakerjaan ... 65 5.5.1.3Pembagian Kerja ... 65 5.6 Aspek Pasar ... 68

5.6.1Daya Serap Pasar ... 70

5.6.2Kondisi Pasar ... 71

5.6.2.1Rantai Pemasaran ... 71

5.6.2.2Penetapan Harga ... 72

5.6.2.3Sistem Pembayaran ... 76

(13)

6.1.1 Arus Manfaat ... 79

6.1.2 Arus Biaya ... 81

6.2 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ... 83

6.3 Analisis Sensitivitas ... 86

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 89

7.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(14)

Nomor Halaman

1. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Karang

Indonesia Menurut Negara Tujuan Pada Tahun

2002-2006 ... 4 2. Data Karyawan PT Aneka Tirta Surya ... 65 3. Data Penjualan Bunga Karang dan

Invertebrata PT Aneka Tirta Surya Periode 2002-2006 ... 69 4. Coefisien Variant Rata-Rata Penjualan Tahun 2002-2006 ... 70 5. Data Pembelian Bunga Karang dan

Invertebrata PT Aneka Tirta Surya Periode 2002-2006 ... 75 6. Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka

Rata-Rata Bank Umum Periode

Oktober 2007 – September 2008 ... 79 7. Proyeksi Penjualan Total PT Aneka Tirta Surya ... 80 8. Biaya Operasional Rata-rata pertahun PT Aneka Tirta Surya ... 82 9. Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

dan Bentuk Usaha Tetap ... 84 10. Hasil Analisis Kelayakan Usaha PT Aneka Tirta Surya

pada Tingkat Diskonto 11 Persen ... 85 11. Analisis Switching Value Terhadap PT Aneka Tirta Surya

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

2. Aliran Proses Produksi ... 57

3. Kepengurusan Surat-Surat Ekspor ... 62

4. Struktur Organisasi PT Aneka Tirta Surya ... 65

5. Alur Kegiatan Operasional PT Aneka Tirta Surya ... 71

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Kelayakan Finansial PT Aneka Tirta Surya ... 94

2. Analisis Switching Value Kenaikan Bahan Baku Sebesar 80% ... 97

3. Analisis Switching Value Penurunan Harga Penjualan Sebesar 30,11% ... 100

4. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Penjualan ... 103

5. Daftar Nama Importir dan Pemasok ... 104

6. Layout Perusahaan PT Aneka Tirta Surya ... 105

7. Sarana dan Prasarana PT Aneka Tirta Surya ... 106

8. Bunga Karang Produk PT Aneka Tirta Surya ... 107

9. Jenis dan Ukuran Karang Hias Yang Diperdagangkan ... 108

10. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)... 110

11. Contoh General Invoice ... 111

(17)

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan sektor perikanan mempunyai peranan penting di Indonesia, antara lain berfungsi sebagai sumber devisa bagi pembiayaan pembangunan negara. Pemanfaatan potensi perikanan dapat terus dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan petani atau nelayan, pendapatan regional dan devisa negara. Salah satu sumberdaya alam perairan tropis yang penting dan memiliki potensi yang besar adalah kawasan terumbu karang. Terumbu karang dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi ratusan hingga ribuan nelayan Indonesia yang subsisten. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai penahan terhadap erosi gelombang laut (Nybakken, 1988).

Terumbu karang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi ekologi laut maupun sosial ekonomi. Ditinjau dari segi ekologi laut, terumbu karang memiliki fungsi antara lain sebagai gudang keanekaragaman hayati, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlangsungnya siklus biologi, kimia, fisika secara global yang memiliki tingkat produktivitas yang sangat tinggi dan juga sebagai pelindung dari hempasan gelombang. Dari segi sosial ekonomi, terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.

Indonesia merupakan negara pemilik terumbu karang terluas kedua di dunia setelah Australia, dengan luas 51.000 kilometer persegi atau 17 persen dari luas terumbu karang dunia. Ekosistem terumbu karang tersebut tersebar di hampir dua per tiga garis pantai Indonesia yang panjangnya 80.000 km. Koral atau karang

(18)

hias adalah sejenis hewan berongga penghasil kapur. Koral merupakan bagian dari suatu ekosistem terumbu karang yang merupakan sumber keanekaragaman hayati laut yang paling kaya.

Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Ukuran bunga karang yang diambil biasa relatif kecil dan cara mengambilnya dari lautpun dilakukan dengan hati-hati supaya bunga karang tetap hidup. Dari segi manfaat, akuarium laut penting artinya sebagai wahana untuk hiburan dan rileksasi bagi orang-orang di kota-kota besar yang sibuk dengan pekerjaannya.

Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari para pengelola wisata selam dan kegiatan wisata bahari lainnya. Disamping itu, karena keanekaragaman hayatinya yang unik. Terumbu karang menarik perhatian besar para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi, sehingga hal ini mendorong permintaan luar negeri atau perdagangan bunga karang bertambah. Permintaan komoditas dari luar negeri terus bertambah, mengingat indonesia merupakan negara tropis terluas penghasil bunga karang.

Dalam perdagangan internasional, jenis-jenis koral dimasukkan dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna And Flora) yang artinya walaupun perdagangan international jenis-jenis koral adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara internasional dan ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengakibatkan punahnya jenis-jenis koral tersebut. Sumber pengambilan koral yang perdagangannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah

(19)

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 62/Kpts-II/1998 tentang Tata Usaha Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar berasal dari luar kawasan konservasi (kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam).

Izin sebagai pengedar Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri diterbitkan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pemegang izin sebagai pengedar dalam negeri yang akan mengambil atau menangkap satwa wajib memiliki izin pengambilan atau penangkapan yang diterbitkan oleh Kepala Balai KSDA, serta wajib memiliki tempat dan fasilitas penampungan tumbuhan dan satwa liar yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Satwa hasil penangkapan, dapat diangkut ke daerah lain untuk diedarkan di dalam negeri, atau dapat juga diangkut ke pengedar dalam negeri di daerah lain yang selanjutnya diangkut ke luar negeri. Pengangkutan di dalam negeri spesimen satwa liar wajib dilengkapi dengan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN) yang diterbitkan oleh Kepala Balai KSDA. Dalam hal ini AKKII (Asosiasi Koral, Kerang dan Ikan Hias Seluruh Indonesia) diberikan kewenangan dalam memegang izin pengedar khusus komoditas satwa laut yang langka.

Salah satu bentuk pemanfaatan hasil terumbu karang dari segi nilai ekonomis yaitu pengelolaan hasil terumbu karang dalam bentuk bunga karang yang diekspor ke berbagai negara. PT Aneka Tirta Surya (ATS) melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara seperti negara-negara Eropa, Amerika maupun Asia. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis ekspor tanaman/ hewan laut (bunga karang) berjumlah kurang lebih 20 perusahaan yang tersebar di berbagai

(20)

daerah di indonesia yaitu Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (AKKII, 2003).

Untuk mengetahui volume dan nilai ekspor bunga karang Indonesia kebeberapa Negara tujuannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Karang Indonesia Menurut Negara Tujuan Pada Tahun 2002-2006

Negara

Produksi Jepang Italia Amerika Perancis Jerman

2002 Volume (Kg) 163145 35649 3660 588 16497 Nilai (US$) 308240 143381 12931 862 15483 2003 Volume (Kg) 104696 403532 25059 22958 15753 Nilai (US$) 178537 258315 79842 8162 12891 2004 Volume (Kg) 114709 513407 30509 25697 16783 Nilai (US$) 156455 345879 87850 10752 13780 2005 Volume (Kg) 126540 505390 48760 24789 18480 Nilai (US$) 160578 257600 92713 9754 16789 2006 Volume (Kg) 168753 567986 49763 25762 20745 Nilai (US$) 324758 287509 93723 9875 18388 Sumber : AKKII, 2007

Berdasarkan pada Tabel 1, volume dan nilai ekspor mengalami peningkatan ekspor secara signifikan, meskipun pada tahun 2003 sempat mengalami penurunan. Volume penurunan dikarenakan stok komoditas di Indonesia yang masih relatif belum stabil.

Jepang dan Italia merupakan dua negara pengimpor bunga karang terbesar di dunia. Peluang peningkatan ekspor ke dua Negara tersebut maupun Negara-negara lainnya masih terbuka, mengingat jumlah permintaan yang semakin meningkat. Dukungan oleh potensi serta peluang pasar yang semakin luas dan terbuka, Indonesia sebenarnya mempunyai kesempatan sebagai pemasok bunga

(21)

karang. Nilai ekonomi melalui ekspor ini sangat tinggi karena pasar internasional masih terbuka lebar. Pemanfaatan karang dalam perdagangan dunia biasanya untuk keperluan estetika dan farmasi.

Di bidang agribisnis dan agroindustri, sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara nonmigas cukup besar bersama sektor kehutanan dan perkebunan. Sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2005 – 2009, kontribusi sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2009 diharapkan mencapai 5,10% ( Faisal, 2007).

Ada beberapa alasan kenapa pendekatan agribisnis-agroindustri menjadi hal yang diprioritas (a) dengan agribisnis-agroindustri peluang usaha yang menguntungkan masyarakat menjadi lebih banyak (b) dengan agribisnis-agroindustri masyarakat dapat meningkatkan nilai tambah produknya (c) dengan adanya agribisnis-agroindustri dapat menampung lebih banyak tenaga kerja (d) dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan variabilitas produk yang dihasilkan masyarakat pesisir (e) dapat berdampak pada peningkatan ekspor nonmigas dan devisa negara (f) dan dengan ini dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia memiliki biodiversitas (keanekaragaman) ekosistem laut paling tinggi di dunia, termasuk terumbu karang di dalamnya. Perairan yang kaya mineral dan sinar matahari itu merupakan lahan subur untuk pertumbuhan terumbu karang. Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk

(22)

pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.

PT Aneka Tirta Surya (ATS) merupakan salah satu perusahaan eksportir bunga karang dan invertebrata. Perusahaan penampungan terumbu karang di Indonesia yang diberikan ijin oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) hanya sebanyak 20 perusahaan. Ijin tersebut diberikan untuk pengumpulan terumbu karang di laut yang jenisnya tidak dilindungi. Untuk tetap memenuhi permintaan konsumen, perusahaan terus memproduksi bunga karang melalui kegiatan penampungan dan pemeliharaan komoditas sesuai pedoman teknis yang dianjurkan pihak pemerintah.

Perdagangan bunga karang, masih dapat diizinkan apabila lokasi pengambilan dan luasnya dapat dipetakan secara jelas. Berdasarkan peta lokasi pengambilan bunga karang itu, pihak management authority dan scientific authority dapat menentukan jenis-jenis bunga karang yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis di lokasi tersebut tanpa mengganggu pelestariannya, yaitu dengan menghitung jumlah stok bunga karang yang dimanfaatkan dan menentukan kuota yang boleh diambil dari lokasi tesebut dalam jangka waktu tertentu.

Pengendalian persediaan terumbu karang sangat penting dilakukan oleh PT Aneka Tirta Surya untuk menjaga kontinuitas usaha tersebut. Menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan proses produksi perusahaan. Salah satu permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu secara teknis belum mampu menyediakan terumbu karang yang sesuai dengan pesanan. Hal ini disebabkan keterbatasan komoditas di alam dan

(23)

pemeliharaan di kolam penampungan. Selain itu faktor non teknis yaitu kelayakan aspek yang diterapkan di perusahaan.

Oleh karena itu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana kelayakan usaha bunga karang yang dijalankan oleh PT Aneka Tirta Surya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai atau diharapkan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Menganalisis kelayakan finansial bunga karang dan invertebrata di PT Aneka Tirta Surya.

2. Menganalisis perubahan-perubahan harga input dan harga output terhadap kelayakan usaha bunga karang di PT Aneka Tirta Surya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi PT Aneka Tirta Surya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan pertimbangan dalam mengelola tingkat persediaan bunga karang dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

2. Bagi peneliti, penelitian ini sangat bermanfaat, khususnya peneliti dapat menerapkan segala informasi dan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam perkuliahan.

3. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

(24)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini aspek non finansial yang dibahas adalah aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pasar. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan Discounted Payback Periode. Dibahas mengenai kegiatan proses produksi yang meliputi penerimaan komoditas, pemeliharaan hingga penjualan bunga karang ke negara-negara tujuan ekspor. Lingkup penelitian ini adalah PT Aneka Tirta Surya, bunga karang dari pemasok, serta pihak yang berwenang dalam pemberian izin ekspor.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Terumbu Karang 2.1.1 Ekosistem Terumbu Karang

Komunitas dalam ekologi didefinisikan sebagai kumpulan biota yang hidup dalam suatu lingkungan yang sama. Komunitas biota dan lingkungannya memiliki fungsi bersama-sama sebagai suatu sistem ekologi atau lebih sering dinamakan ekosistem (Odum, 1988).

2.1.1.1 Aspek Biologi Karang

Karang (coral) adalah hewan dari ordo scleractinia, yang semua anggotanya mempunyai skeleton (kerangka) batu kapur keras. Cara hidup karang khususnya karang hermatifik (karang pembangun terumbu) yang sangat tergantung pada sinar matahari. Hewan karang hidup dengan membentuk koloni yang terbangun dalam bentuk terumbu. Makanan utama hewan karang adalah senyawa organik yang dihasilkan dan diekskresikan oleh zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Zooxanthellae mampu mensuplai 98 % total kebutuhan makanan bagi hewan karang. Sumber makanan lainnya berupa debris organik atau plankton (Odum, 1988).

Perkembangbiakan hewan karang dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif merupakan cara memperbanyak diri dengan membelah diri berulang kali. Secara generatif, merupakan pembuahan antar sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang terdapat dalam satu polip dan biasanya dalam jaringan yang sama.

(26)

2.1.1.2 Aspek Ekologi Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang tersebar di perairan dangkal wilayah lautan topis. Penyebarannya hampir secara eksklusif antara 30° LU dan 30° LS, dan terkonsentrasi pada empat bidang besar yaitu Laut Merah dan Samudera Hindia bagian barat, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat (Indo-Pasifik), Samudera Pasifik Selatan, dan Laut Karibia dan Samudera Atlantik bagian barat. Ketergantungannya terhadap sinar matahari dan perairan yang hangat di daerah tropis, terumbu karang hanya berkembang baik pada perairan dangkal laut ekuatorial di daerah berlintang rendah.

Sukarno (1995) dalam Dinny (2002), penyebaran terumbu karang dibatasi oleh permukaan yang isoterm 20°C. Terumbu karang adalah suatu ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis mollusca, crustacean, echinodermata, polichaeta, porifera dan tunikata serta biota-biota lainnya yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis ikan.

Terumbu karang dibedakan antara hewan karang (reef coral) sebagai individu organisme dan terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem termasuk organisme karang. Dikenal dua kelompok terumbu karang yaitu karang yang membentuk terumbu (karang hermatipik) dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu (karang ahermatipik). Kelompok pertama dalam prosesnya bersimbiosis dengan zooxanthellae dan membutuhkan sinar matahari untuk membentuk bangunan dari kapur yang kemudian dikenal sebagai reef building corals, sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk bangunan kapur

(27)

sehingga dikenal sebagai non-reefbuilding corals dimana secara normal hidupnya tidak tergantung pada sinar matahari.

Ekosistim ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang khas yang pemanfaatannya harus secara lestari. Ekosistim terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derajat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya.

Menurut Nybakken (1988), terumbu karang memiliki produktivitas organik yang tinggi, mengatakan secara biologis terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif di perairan tropis dan bahkan mungkin di seluruh ekosistem baik di laut maupun di daratan. Hal tersebut dikarenakan kemampuan terumbu karang untuk menahan nutrient dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Selain itu, terumbu karang yang sehat memiliki keragaman spesies penghuninya dan ikan merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak.

2.1.2 Pertumbuhan Karang

Sebaran terumbu karang dipengaruhi beberapa faktor lingkungan. Secara umum faktor-faktor lingkungan tersebut adalah seperti berikut :

(28)

1. Kedalaman

Kebanyakan terumbu karang tumbuh pada kedalaman kurang dari 25 meter dan tidak dapat hidup di perairan yang lebih dalam dari 50 – 70 meter. Alasan adanya pembatasan kedalaman adalah kebutuhan karang hermatipik dengan cahaya.

2. Cahaya

Cahaya merupakan faktor pembatas bagi terumbu karang, hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae yang membutuhkan sinar matahari. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula (Nybakken, 1992). Faktor yang mempengaruhi penetrasi cahaya antara lain kondisi cuaca, kekeruhan dan waktu pengamatan.

3. Suhu

Suhu optimal untuk terumbu karang ialah sekitar 23°C - 25°C dan masih dapat mentolerir suhu hingga 36°C - 40°C (Nybakken, 1992). Perubahan suhu yang teramat besar dapat berakibat mematikan sebagian besar jenis karang batu sehingga yang dapat hidup hanyalah jenis-jenis yang kuat. Suhu memiliki peranan penting dalam membatasi penyebaran terumbu karang. Tingkat suhu yang ekstrim akan mempengaruhi binatang karang, seperti metabolisme, reproduksi dan pengapuran (kalsifikasi).

(29)

4. Salinitas

Kisaran salinitas normal untuk terumbu karang yaitu 32 ‰ – 35 ‰, terumbu karang masih dapat hidup dalam batas kisaran salinitas 25 ‰- 40 ‰.

5. Sedimentasi

Terumbu karang tidak dapat hidup di daerah yang sedimentasinya tinggi, karena sediment ini akan menutupi polip-polip karang sehingga karang tidak mendapatkan makanan dan sinar matahari yang dibutuhkan untuk kehidupannya.

6. Substrat

Substrat yang keras dan bersih diperlukan sebagai tempat melekatnya larva planula, sehingga memungkinkan pembentukan koloni baru (Sukarno et al, 1983). Substrat keras ini dapat berupa benda padat yang terdapat di dasar laut, yaitu batu, cangkang moluska bahkan kapal karam (Nontji, 1984).

7. pH

Terumbu karang sebagai biota laut membutuhkan tingkat keasaman yang sesuai dengan pH rata-rata yang terdapat di perairan laut. Menurut Tomascik et.al (1997), habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang adalah yang memiliki pH 8,2-8,5. Perubahan pH air laut (asam atau basa) akan mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis (Bishop, 1983 dalam Abel, 1989). Jika nilai pH tinggi atau bersifat asam berarti kandungan oksigen rendah.

(30)

2.1.3 Pemeliharaan Terumbu Karang

Sesuai dengan pembahasan awal tentang terumbu karang, jenis koral yang dapat dipelihara adalah jenis yang bersimbiosis dengan alga (berfotosintesis), di mana koral jenis ini mendapatkan makanan dari limpahan nutrisi alga yang tumbuh bersama dengannya. Sedangkan jenis koral non-simbiosis sebaiknya dihindari karena tingkat kesulitan yang tinggi untuk memeliharanya. Dari sekian banyak koral yang berfotosintesis, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti temperatur dan lain-lain, maka berikut adalah jenis-jenis koral umum, dimulai dari yang mudah dipelihara :

1. Koral Jamur (Actinodiscus sp., Ricordea sp., dan Rhodactis sp.) Sejenis koral yang tidak berkarang yang berbentuk mirip jamur yang biasa

kita jumpai di daratan. Beberapa di antara mereka adalah yang mempunyai permukaan kulit yang halus (Actinodiscus sp.), ada yang sedikit kasar (Rhodactis sp.) dan ada yang mempunyai tentakel-tentakel kecil (Ricordea sp.). Jamur-jamuran mempunyai toleransi terhadap yang cukup tinggi terhadap jumlah cahaya, temperatur bahkan kualitas air.

2. Karang Piring Pendek (Fungia sp.)

Fungia merupakan koral berkarang yang soliter (tidak berkoloni). Seperti jamur-jamuran mereka juga mempunyai tingkat adaptasi yang cukup tinggi (tapi perhatikan bahwa sepupunya – Karang Piring (Heliofungia sp.) mempunyai tingkat adaptasi kebalikannya). Fungia bisa beradaptasi dengan pencahayaan yang kurang, temperatur yang tinggi dan juga kualitas air yang relatif buruk. Hanya saja tidak seperti jamur-jamuran yang mudah berkembang biak, Fungia termasuk jarang berkembang biak di akuarium.

(31)

3. Kolang Kaling Buah (Plerogyra sinuosa)

Dengan cahaya yang cukup, arus yang bagus, serta suplai kalsium yang memadai, maka Buah dapat tumbuh yang berkembang semakin besar dalam akuarium. Beberapa Kolang Kaling Buah juga mempunyai cara pemeliharaan yang sama, hanya saja mereka membutuhkan kualitas air yang lebih prima (nitrat mendekati angka nol). Mereka adalah Kolang Kaling Beras (Plerogyra sp.), Kolang Kaling Mutiara (physogyra lichtensteini), dan Kolang Kaling Buah Cabang (Plerogyra simplex).

4. Karang Nanas, Karang Lobo, Karang Otak, Karang Gigi, Karang Melati, Karang Donat

Karang Nanas (Favia sp.), Karang Lobo (Lobophyllia sp.), Karang Otak (Trachyphyllia sp.), Karang Gigi (Caulastrea sp.), Karang Melati (Nemenzophyllia turbida), dan Karang Donat (Scolymia sp.) adalah jenis-jenis koral berkarang yang juga relatif mudah dipelihara. Membutuhkan pencahayaan sedang, arus sedang, kualitas air yang prima.

5. Karang Payungan, Payungan Keriting, Karang Muda

Payungan (Sarcophyton sp.), Payungan Keriting (Lobophytum sp.), dan Karang Muda (Cladiella sp., Capnella sp.) adalah jenis karang lunak (soft coral) yang relatif mudah dipelihara. Hanya saja setelah beberapa tahun tinggal di dalam akuarium, insting untuk mendominasi wilayah tidak dapat dihindarkan. Kedua jenis hard coral ini biasa ditemukan di daerah berpasir dan mengandung banyak nutrisi pada kandungan airnya. Sistem filtrasi dengan penggunaan protein skimmer sangat tidak disarankan untuk pemeliharaan koral ini. Diduga mereka

(32)

banyak menyerap nutrisi dari air yang tidak didapat dari akuarium ber-proteinskimmer.

6. Polip Kuning (Parazoanthus sp.), Polip Kancing/Pasir (Protopalythoa sp., Zoanthus sp.)

Jenis polip relatif mudah dipelihara juga, hanya saja membutuhkan cahaya yang relatif lebih tinggi dari koral-koral yang telah disebutkan sebelumnya. Jika polip-polip ini ditempatkan pada akuarium dengan pencahayaan sedang, sebaiknya ditempatkan pada bagian atas di mana terdapat penetrasi cahaya yang cukup. Polip juga termasuk koral yang mudah berkembang biak dengan cara mrnghasilkan kulit yang kemudian diikuti oleh polip-polip muda. Dengan cahayaa yang bagus, polip kuning dengan mudah akan menyebar ke bebatuan sekitarnya. 7. Karang Pipa Salim (Blastomussa merletti), Karang Anemone, Karang Kuku,

Siwalan, dan lain-lain (Euphyllia sp.)

Sedikit lebih sulit adalah koral-koral dari genus Euphyllia dan Karang Pipa Salim (Blastomussa merletti). Membutuhkan cahaya dan arus sedang tetapi dengan kualitas air yang prima, mereka adalah Karang Anemone (Euphyllia glabrescens), Karang Kuku (Euphyllia parancora), Karang Kopal (Euphyllia paradivisa), Karang Babut (Euphyllia divisa), dan Siwalan (Euphyllia ancora). Meskipun masih tergolong mudah untuk dipelihara, koral-koral ini membutuhkan penanganan yang baik, terutama dari segi kualitas air. Sehingga pengukuran kadar nitrat secara periodik sangat diperlukan.

(33)

8. Polip Cengkeh (Clavularia sp.), Karang Pipa (Tubipora musica), Polip Bintang (Pachyclavularia violacea)

Polip Cengkeh, Karang Pipa, dan Polip Bintang adalah keluarga soft coral juga. Meskipun demikian kemampuan mereka dalam mengeluarkan racun untuk kompetisi ruang sangat minim. Hanya saja pencahayaan yang lebih kuat sangat dibutuhkan demi kelanjutan kehidupan mereka di dalam akuarium.

Meski koral-koral ini termasuk sangat mudah berkembang biak, pertumbuhan mereka sangat dibatasi oleh sengatan tentakel-tentakel dari hard coral.

9. Batu Yo (Goniopora sp.) dan Batu Yo Cabang (Alveopora sp.)

Kedua jenis hard coral ini biasa ditemukan di daerah berpasir dan mengandung banyak nutrisi pada kandungan airnya. Sistem filtrasi dengan penggunaan protein skimmer sangat tidak disarankan untuk pemeliharaan koral ini. Diduga mereka banyak menyerap nutrisi dari air yang tidak didapat dari akuarium ber-proteinskimmer.

10. Karang Piring (Heliofungia sp.), Kolang Kaling Kembang (Catalaphyllia jadirnei)

Karang Piring dan Kolang Kaling Kembang merupakan koral dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Mereka sangat membutuhkan kualitas air yang prima, sehingga disarankan agar pemeliharaan hanya bisa dilakukan setelah sistem (akuarium) sudah matang selama beberapa bulan sebelum mereka mulai ditempatkan. Juga faktor temperatur sangat berpengaruh terhadap kesehatan mereka. Temperatur pada kisaran 23 sampai dengan 25 °C mutlak diperlukan.

Kolang Kaling Kembang juga merupakan salah satu koral dengan sengatan terkuat. Hindarkan koral lain dari jangkauannya. Sedang Karang Piring

(34)

merupakan koral soliter yang biasa ditemukan pada permukaan pasir. Untuk meniru pola kehidupan aslinya, penempatannya pada akuarium harus pada permukaan pasir, bukan di atas batu karang.

2.2 Transplantasi Karang

Transplastasi karang (budidaya karang) merupakan proses penumbuhan potongan karang yang diambil dari bibit yang sudah dipilih dan ditempelkan pada substrat buatan. Bibit karang yang diambil ¼ bagian dari bibit tersebut dengan cara dipotong kecil ± 4-5 cm (tergantung ukuran induk karang bibit) secara hati-hati agar tidak terjadi stress yang berlebihan, kemudian ditempelkan pada substrat buatan dengan menggunakan perekat (lem) yang ramah lingkungan atau diikatkan pada substrat buatan dengan menggunakan tali plastik (AKKII, 2003).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ambar (2001) dengan judul Keragaan dan Analisi Kelayakan Investasi Usaha Budidaya Lobster di CV Mutiara Dua, Pelabuhan Ratu, Sukabumi menunjukkan bahwa usaha budidaya lobster di CV Mutiara Dua layak dilaksanakan dan dikembangkan. Hal tersebut ditinjau dari aspek teknis, aspek pemasaran, dan aspek fianansial. Kriteria investasi yang diperoleh dengan discount factor sebesar 24% (tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI) adalah Net Present Value sebesar Rp 213 juta dan Net B/C sebesar 3,45. dari nilai kriteria investasi yang diperoleh, maka usaha budidaya lobster di CV Mutiara Dua secara finansial layak untuk dilaksanakan lebih lanjut.

(35)

Penelitian mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tambak Udang Windu CV Surya Putra Agroindustri di Kecamatan Sindang barang, Kabupaten Cianjur, dilakukan oleh Ruslan pada tahun 2004. hasil penelitiannya menjelaskan analisis usaha yang dilakukan menunjukkan kegiatan tersebut menguntungkan. Hasil analisis kelayakan finansial usaha didapatkan nilai NPV (+), Net B/C ≥ 1. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa usaha tambak udang di CV Surya Putra Agroindustri dikategorikan layak untuk dijalankan.

Penelitian yang dilakukan oleh Femmy (2000) dengan judul Analisis Ekonomi Terumbu Karang (Studi Kasus di Kawasan Kelurahan Pulau Kelapa, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa nilai ekonomi terumbu karang di kawasan Kelurahan Pulau Kelapa yang berada di dalam wilayah Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu adalah sebesar nilai manfaat total ekosistem terumbu karang kawasan tersebut. Apabila kawasan tersebut rusak atau tidak lagi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Masyarakat setempat yang hidupnya sangat tergantung pada baik-buruknya kualitas terumbu karang tersebut. Umumnya nelayan adalah pihak yang langsung menderita kerugian ekonomi sebesar nilai manfaat total ekonomi tersebut. Disisi lain masyarakat luar tidak lagi dapat menikmati manfaat keberadaan yang dalam hal ini ekoturisme dari kawasan terumbu karang wilayah Pulau Kelapa.

Sari (1997) mengadakan penelitian pada PT. Ika Nusa Fishtama di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Dalam menganalisis proyek pembangunan usaha tambak udang digunakan kriteria investasi NPV, Net B/C dan IRR. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap

(36)

sensitivitas usaha terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input maupun harga output.

Hasil analisis diperoleh nilai NPV sebesar Rp 4 milyar; Net B/C ratio 2,90 dan IRR 55,38. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan tambak udang yang direncanakan ini menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga benur 9,14 persen diperoleh NPV sebesar Rp 3 milyar; IRR 50,68 dan Net B/C ratio 2,63. analisis sensitivitas ini juga terhadap penurunan harga udang sebesar 3,05 persen diperoleh nilai NPV Rp 4 milyar; IRR 54,93 persen dan Net B/C ratio 2,87. hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga kenaikan harga benur 9,14 persen dan penurunan harga udang tidak terlalu mempengaruhi permintaan perusahaan.

Suherliyanti (2003) dalam penelitiannya tentang analisis kelayakan finansial perusahaan tahu di Kabupaten Sumedang, mengkaji keragaan usaha tahu di Kabupaten Sumedang yang dibagi ke dalam dua skala usaha, yaitu skala usaha menengah dan skala usaha kecil. Hasil kajian menunjukkan bahwa usaha tahu Sumedang secara finansial layak untuk dilaksanakan pada kedua skala usaha dengan umur proyek selama 7 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial bahwa usaha tahu pada skala menengah layak untuk diusahakan yang ditunjukkan dengan nilai NPV yang lebih besar daripada nol (NPV > 0) yaitu sebesar Rp 500 juta; Rasio Net B/C yang dihasilkan lebih besar (Net B/C > 0) yaitu sebesar 5,8 dengan nilai IRR yang diperoleh sebesar 150 persen serta tingkat pengembalian investasi selam 9 bulan. Sementara untuk skala usaha kecil, usaha tahu ini layak untuk diusahakan yang ditunjukkan dengan nilai NPV yang lebih besar daripada nol (NPV > 0) yaitu sebesar Rp 125 juta; Rasio Net B/C yang

(37)

dihasilkan sebesar 3,6 dengan nilai IRR yang diperoleh sebesar 85 persen serta tingkat pengembalian investasi selama 1 tahun 4 bulan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas dengan variasi lain yaitu perubahan harga input maupun output pada komoditas bunga karang dan invertebrata. Dalam analisis ini akan dicoba melihat kondisi kelayakan perusahaan ekspor terumbu karang yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

(38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Suatu usaha mengindikasikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan investasi. Di bidang pertanian, kegiatan investasi yang dilakukan mempunyai suatu konsekuensi yang besar. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk melihat besarnya manfaat yang diperoleh serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha atau studi kelayakan proyek, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga resiko kerugian dimasa yang akan datang dapat diantisipasi.

3.1.1 Analisis Proyek

Proyek bisnis pada dasarnya merupakan proyek investasi. Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan (input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al., 1998).

(39)

Menurut Gitinger (1986), analisis proyek adalah memperbaiki pemilihan investasi. Sumber-sumber yang tersedia terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Tujuan melakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Ada beberapa aspek dalam analisa proyek, diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial.

3.1.1.1 Aspek Pasar

Aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha / proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2003). Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price),saluran distribusi (place) dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli (Kotler, 2004). 3.1.1.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Ibrahim, 2003). Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input

(40)

dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah et,a.,1999). Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1996).

Hal yang perlu mendapatkan perhatian utama pada aspek teknis adalah lokasi proyek, skala operasi/ luas produksi, pemilihan mesin, proses produksi dan jenis teknologi yang digunakan. Variabel utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, penyediaan tenaga kerja, fasilitas transportasi (Husnan dan Muhammad, 2000).

3.1.1.3 Aspek Manajemen

Dilihat dari segi manajemen operasi, aspek ini berkaitan dengan fungsinya, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga verja, pengarahan pekerjaan dan pelaksanaan pengawasan (Ibrahim,2003). Aspek ini juga menyangkut kemampuan staff proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam usuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, jika tidak diperhatikan maka banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang diremcanakan (Kadariah et,al., 1999).

Menurut Gitinger (1986), selain aspek-aspek yang saling berkaitan tersebut, dalam suatu proyek terdapat rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek yang disebut sebagai siklus proyek. Tahap-tahap yang membentuk suatu siklus proyek yaitu tahap identifikasi, tahap persiapan dan analisa, tahap penilaian, tahap pelaksanaan dan tahap implementasi. Evaluasi dalam suatu studi

(41)

kelayakan proyek adalah alat yang penting dalam proyek-proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Evaluasi juga dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak.

Untuk menganalisa suatu proyek biasanya digunakan dua pendekatan umum yaitu analisa finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial menganalisis hasil proyek dari segi individu pelaku proyek, sedangkan analisis ekonomi melihat hasil proyek dari segi perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dengan menggunakan pendekatan analisis finansial yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak pengguna informasi mengenai usaha yang dijalankan.

3.1.2 Analisis Finansial

Analisis finansial merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis proyek. Analisis finansial adalah analisis yang melihat proyek dari sudut pandang individu yang secara langsung terlibat dalam proyek (Gray et al., 1997). Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Gittinger, 1996).

Dalam analisis finansial, proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut private return (Kadariah et al., 1999).

Kriteria analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode discounted criteria. Kriteria ini mengkoversikan nilai uang yang akan

(42)

diperoleh dikemudian hari dengan nilainya sekarang. Kriteria ini memasukkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan manfaat dan biaya-biaya haruslah mencerminkan opportunity cost of capitalI, yaitu tingkat pengembalian (rate of return) investasi alternatif proyek lainnya (Kadariah et al., 1999). Berkaitan dengan discounted cash flow, terdapat beberapa tolak ukur penilaian suatu investasi, yaitu :

1. Net Present Value (NPV), merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Penggunaan criteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak apabila NPV lebih besar dari nol dan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV dibawah nol maka menunjukkan bahwa bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan.

2. Internal Rate of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR dimaksudkan untuk mengetahui nilai tingkat suku bunga social yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat suku bunga maksimum apabila modal yang digunakan didepositokan ke bank. Adapun pembanding yang digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan angka pembanding antara

jumlah present value yang bernilai postif dengan yang bernilai negatif. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat yang

(43)

diterima oleh bisnis dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria investasi ini, apabila nilai Net B/C > 1. Sebaliknya, nilai Net B/C < 1, menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh adalah lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Net B/C = 1 berarti besarnya manfaat yang diperoleh adalah sama besarnya dengan biaya yang dikelurkan untuk mendapatkan manfaat tersebut.

4. Pay Back Periode (PP), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Kriteria payback periode digunakan untuk mengetahui tingkat kecepatan modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Suatu bisnis dikatakan layak apabila bisnis tersebut dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek tersebut.

3.1.3 Analisis Kepekaan (Analisis Sensitivitas)

Untuk merencanakan suatu proyek, semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan yang selalu berubah akan memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan atau ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui prediksi perubahan pendapatan dan pengeluaran yang menyebabkan perubahan pada arus kas. Analisis sensitivitas untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan perbaikaan usaha ekspor bunga karang di masa depan sebagai dampak dari perubahan-perubahan

(44)

variabel seperti biaya dan penerimaan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditorelansi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Ukuran bunga karang yang diambil biasa relatif kecil dan cara mengambilnya dari lautpun dilakukan dengan hati-hati supaya bunga karang tetap hidup. Dari segi manfaat, akuarium laut penting artinya sebagai wahana untuk hiburan dan rileksasi bagi orang-orang di kota-kota besar yang sibuk dengan pekerjaannya.

Sebagai salah satu penyumbang kelestarian dan kerusakan ekosistem terumbu karang akan terancam apabila ekspor terhadap karang hias tidak diperhatikan. Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana pengelolaan yang baik untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia

Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia

(45)

triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia.

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya menjaga kelestarian terumbu karang dan mengadakan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang baik dengan cara mengidentifikasi tingkat kerawanan dari terumbu karang dan meningkatkan pengelolaan yang berkesinambungan. Menetapkan batas maksimum pemanfataan tahunan terhadap bahan-bahan karang dan spesies yang berasosiasi dengannya seperti ikan dan karang-karang. Pembatasan hasil panen pada nilai maksimum tersebut akan menyeimbangkan proporsi masing-masing spesies yang dapat menjaga keberlangsungan produksi.

Selain keindahannya, terumbu karang juga punya manfaat penting lainnya. Ekosistem terumbu karang punya nilai manfaat dalam bentuk use value maupun non-use value (sama-sama mempunyai kegunaan ketika dimanfaatkan maupun dibiarkan). Hasil studi yang dilakukan Herman Cesar (1996) dalam Malay (2000) menyajikan keuntungan ekonomi dari berbagai tipe pemanfaatan terumbu karang. Pada kategori tutupan karang Indonesia yang cukup baik, kegiatan penambangan karang diperkirakan menghasilkan keuntungan ekonomis setara US$ 121.000 per km2 luasan karang. Terumbu karang di Indonesia diperkirakan mempunyai total nilai ekonomis setara US$ 912.500 per km2

Visi pengelolaan terumbu karang yaitu terumbu karang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang harus dikelola dengan bijaksana, terpadu dan berkelanjutan dengan memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan stakeholders (pengguna). Hal itu berguna

(46)

memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat dan penggunaan secara berkelanjutan (sustainable).

Disisi lain kegiatan penambangan (penangkapan bunga karang) juga memberikan pemasukan bagi negara Indonesia bagi penambahan devisa. Melihat perusahaan pesaing sejenis yang berjumlah kurang lebih 20 perusahaan yang tersebar di Indonesia (lampiran 1) maka persaingan cukup ketat. Berdasarkan Surat Keputusan Ditjen PHKA No 33/IV-KKH/2007, besarnya kuota pada tahun 2007 mencapai 1,7 juta bongkah karang dan jumlah tersebut ditetapkan untuk seluruh perusahaan eksportir maka perusahaan memiliki strategi masing-masing dalam memperoleh pasokan bahan baku.

Melihat prospek yang baik dalam pemenuhan pasar internasional, maka PT Aneka Tirta Surya ikut mengembangkan bisnis perdagangan bunga karang. Namun dalam pemenuhan permintaan konsumen dalam maupun dalam negeri, pihak eksportir belum mampu memaksimalkan kondisi bunga karang (kualitas dan kuantitas) agar tetap dapat memenuhi order bunga karang setiap minggunya. Terkait bahwa bunga karang tergolong komoditas yang langka dan bernilai tinggi dalam perdagangan internasional. Perusahaan belum dapat menyikapi volume pasokan bahan baku yang terbatas dengan kondisinya yang rentan terhadap lingkungan. Selain itu, penanganan produksi yang belum maksimal menjadi factor penting dalam minimnya penjualan bunga karang ke negara-negara tujuan. Hal ini dilihat dari data penjualan yang selalu dibawah volume pembelian disampin karena tingkat mortalitas bunga karang itu sendiri.

Penelitian ini juga menganalisis mengenai proyek tersebut apakah tetap layak dimasa yang akan datang. kriteria yang digunakan dalam analisis proyek ini

(47)

yaitu mencakup beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial. Aspek finansial itu sendiri menggunakan alat-alat analisis, yaitu NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode.

Hasil dari analisis kelayakan proyek tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memasuki usaha ini sekaligus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek ini. Apabila berdasarkan perhitungan usaha ini layak untuk dijalankan , maka perusahaan tetap mempertahankan usahanya. Dalam menganalisa suatu proyek, biasanya akan menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik pada arus manfaat maupun arus biaya perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat manfaat dan biaya dapat terjadi. Untuk memperjelas gambaran mengenai penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran operasional yang disajikan dalam Gambar 1.

Prospek Usaha Perdagangan Bunga Karang

Proses Produksi Bunga Karang Pemanfaatan Sumberdaya

Langka Segi Ekonomis

Aspek Pasar Aspek Teknis Keuntungan R/C ratio Payback Periode NPV Net B/C IRR Analisis Sensitivitas Aspek Manajemen

Usaha Perdagangan Bunga Karang oleh PT ATS

(48)

--- Ruang lingkup penelitian

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Aneka Tirta Surya, Jalan Bendi Utama No.8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan bunga karang dan invertebrata sebagai komoditi utama perusahaan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian mencakup data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik dan pekerja di perusahaan serta pengamatan langsung di lapangan.

Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh perusahaan mengenai data stok komoditi, data penjualan dan gambaran umum perusahaan. Data sekunder juga dari instansi terkait, antara lain : Badan Pusat Stastik, Perpusatakaan LSI, Perpustakaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB,

Evaluasi Kegiatan Usaha Tidak Layak

(49)

Departemen Kelautan dan Perikanan, AKKII dan perusahaan yang bersangkutan serta literature-literatur dan situs internet yang relevan dengan penelitian.

4.3 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah, ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Alat analisis data yang digunakan antara lain sebagai berikut :

4.3.1 Analisis Kriteria Investasi a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan penerimaan bersih yang diterima sekarang untuk proyek yang dilaksanakan dimasa yang akan datang pada tingkat diskonto tertentu yang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

n

NPV = ∑ NBi (1+i) -n t=1

Keterangan :

NB = Net Benefit = Benefit - Cost n = umur kegiatan usaha

i = tingkat suku bunga t = 1,2,3…n

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu :

1) NPV > 0, berarti secara finansial proyek layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya.

2) NPV = 0, berarti secara finansial proyek tersebut berada dalam keadaan break even point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value

(50)

3) NPV < 0, berarti secara finansial proyek tidak layak dilaksanakan karena manfaat yang diperlukan lebih kecil daripada biaya yang dikelurkan.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-). Usaha dapat dikategorikan layak apabila rasio net B/C lebih sama dengan 1. Sebaliknya,

(51)

apabila rasio net B/C kurang sama dengan 1 maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan. Rasio net B/C sama dengan 1, maka usaha tersebut termasuk usaha pulang pokok. Rumus yang digunakan untuk menghitung kelayakan pada rasio net B/C yaitu :

Net B/C = ) ( ) ( 1 1 − +

= = NBi NBi n i n i Keterangan :

NB = Net Benefit = Benefit - Cost n = umur kegiatan usaha

i = tingkat suku bunga t = 1,2,3…n

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak dijalankan. Suatu proyek dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh proyek tersebut lebih besar dari tingkat diskonto.

d. Payback Periode

Analisis ini mengetahui berapa lama usaha atau proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Payback Periode = X tahun

NetBenefit Investasi

(52)

Jika masa pengembalian investasi (payback periode) lebih singkat daripada umur proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan. Pada dasarnya semakin cepat payback periode menunjukkan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor.

4.4.2 Analisis Kepekaan (Analisis Sensitivitas)

Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan, digunakan analisis kepekaan. Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Dalam penelitian ini diusahakan analisis sensitivitas untuk melihat sejauh mana perubahan pada input, output ataupun kombinasi keduanya dapat mengakibatkan nilai NPV maksimal (Gitinger, 1996).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas ini yaitu perubahan harga input (kenaikan harga bahan baku) maupun harga output (harga penjualan).

4.5 Definisi Operasional dan Asumsi Dasar

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini bertujun untuk menyamakan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang digunakan antara lain :

1. Manfaat adalah segala sesuatu yang menambah pendapatan suatu proyek. Sedangkan biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan suatu proyek yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Manfaat dan

(53)

biaya yang diperhitungkan adalah manfaat dan biaya yang dapat diukur (tangible).

2. Analisis kelayakan financial digunakan untuk mengetahui kelayakan finansial suatu proyek melalui kriteria NPV, IRR, Net B/C dan payback periode.

3. Biaya investasi perusahaan PT Aneka Tirta Surya antara lain bangunan, pembeliaan kendaraan, perlatan produksi, peralatan kantor serta peralatan kerja.

4. Biaya operasional PT Aneka Tirta Surya antara lain pembelian bahan baku (terumbu karang), bahan pembantu, perlengkapan pendukung, gaji dan upah tenaga kerja, biaya listrik dan air, biaya telepon, biaya perawatan mesin, biaya transportasi, biaya administrasi, biaya sewa lahan, pelunasan pinjaman serta bunga, dan biaya lain-lain.

5. PT Aneka Tirta Surya adalah perusahaan perdagangan tanaman hias air laut dan komoditi laut lainnya untuk di jual di dalam negeri maupun luar negeri. 6. Usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya merupakan usaha skala

kecil yang memiliki tenaga kerja sebanyak 16 orang. Hal tersebut berdasarkan data dari BPS bahwa industri kecil adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 5 sampai 19 orang.

7. Perusahaan adalah suatu unit usaha yang berada pada lokasi tertentu yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku dengan menggunakan mesin atau dengan tangan menjadi barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi dan pada akhirnya akan dijual kepada konsumen.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional  IV. METODE PENELITIAN
Gambar 2. Aliran Proses Produksi
Gambar 3. Kepengurusan Surat-Surat Ekspor
Gambar 4. Struktur Organisasi PT Aneka Tirta Surya  5.5.1.2 Ketenagakerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait