• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Usaha merupakan suatu kegiatan investasi yang menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode waktu tertentu. Investasi adalah suatu kegiatan pengadaan barang modal dengan nilai yang besar ataupun memiliki umur pakai ekonomis lebih dari satu tahun. Perhitungan dalam analisis sebuah kegiatan investasi tidak dapat menggunakan analisis laba rugi saja namun perlu dilakukan perhitungan yang memasukkan komponen nilai uang terhadap waktu yang biasa disebut dengan studi kelayakan usaha (Nurmalina et al. 2014).

Studi kelayakan usaha merupakan salah satu langkah awal yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kelayakan usaha yang akan dikerjakan. Selain itu perhitungan ini juga dapat dipakai pada usaha yang sedang berjalan jika perhitungan kelayakannya belum pernah dilakukan selama usaha berjalan. Dari perhitungan analisis kelayakan finansial akan diperoleh informasi megenai kelayakan usaha dari sisi finansial (Nurmalina et al. 2014).

Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis

Definisi usaha pertanian secara luas adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat sedangkan definisi usaha pertanian secara sempit adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger 1986). Mengkaji kelayakan suatu usulan usaha

bertujuan mempelajari usaha tersebut dari segala segi secara profesional agar nantinya setelah diterima dan dilaksankan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jika kedua definisi ini digabungkan maka kajian kelayakan suatu usaha pertanian ditujukan untuk mempelajari penggunaan sumberdaya khususnya sumberdaya alam utuk memperoleh manfaat dari berbagai aspek sehingga ketika usaha tersebut dilaksanakan dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Analisis suatu kelayakan bisnis perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis (Nurmalina et al. 2014).

Aspek Non Finansial

Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat enam aspek non finansial yang dibahas pada penelitian ini.

1. Aspek Pasar

Menurut Umar (2007) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu kelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar sehingga dengan demikian terbentuk harga. Menurut Rangkuti (2006) pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya politik ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditi. Terdapat unsur taktik pemasaran dalam aspek pemasaran dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Diferensiasi berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan dilakukan oleh perusahaan lain.

b. Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Konsep marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Komponen-komponen pokok marketing mix yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk (product) merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan pada pasar sasaran. Harga (price) merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan produk. Tempat (place) menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dan tersedia bagi konsumen. Promosi (promotion) merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkombinasikan manfaat dari produk dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya.

13

2. Aspek Teknis dan Teknologi

Studi aspek teknis dan teknologi mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Berdasarkan kajian teknologi perlu dipahami bahwa perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Antisipasi perkembangan teknologi perlu dikaji agar teknologi yang akan digunakan nantinya dapat meningkatkan efektivitas efisiensi dan ekonomi sehingga akhirnya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar. Menurut Umar (2007), tujuan studi aspek teknik dan teknologi adalah untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin. Aspek teknis merupakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pembagunan unit usaha secara teknis. Dalam aspek teknis ini akan dikaji mengenai perencanaan kapasitas produksi ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang serta penentuan lokasi produksi atau lokasi usaha. Sedangkan pada aspek teknologi akan dikaji mengenai teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Aspek teknis juga membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, pemilihan jenis teknologi dan equipment. (Nurmalina et al. 2014).

a. Lokasi Usaha

Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi usaha dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.

b. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang.

c. Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu, dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus.

d. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria-kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu.

3. Aspek Organisasi dan Manajemen

Menurut Umar (2007), tujuan aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Perencanaan organisasi dan manajemen dalam pembangunan proyek dan implementasi berdasarkan perencanaan pengorganisasian actuating dan pengendalian. Aspek organisasi dan manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis dan berdasarkan pada kegiatan usaha disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan struktur organisasi yang ditetapkan kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan.

4. Aspek Hukum

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerja sama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2014).

5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Dalam aspek sosial dan ekonomi yang dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat

15

keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2014). 6. Aspek Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting diperhatikan sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung memengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang. Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina et al. 2014).

Aspek Finansial

Menurut Umar (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Hasil pengolahan data kuantitatif yang digunakan untuk aspek finansial yang disajikan dalam bentuk tabulasi yang dilakukan secara manual. Metode analisis yang dianggap relevan untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan kajian pengembangan usaha ini adalah :

1. Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi yang akan digunakan adalah menggunakan analisis cashflow yang disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar 2007). Analisis kelayakan investasi terdiri dari : a. Net Present Value (NPV)

Suatu usaha dapat dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2014). Tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode NPV yaitu :

i. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, usaha layak secara finansial dan menguntungkan sehinnga dapat dilaksanakan.

ii. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, usaha layak namun keuntungan masih relatif kecil dari tingkat suku bunga yang digunakan karena itu keputusan diserahkan kepada pihak manajemen. iii. NPV lebih kecil dari no (NPV < 0) artinya, usaha tersebut tidak layak

secara finansial karena keuntungan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.

b. Manfaat biaya bersih atau Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net B/C yaitu:

i. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.

ii. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

iii. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan (Nurmalina et al. 2014).

c. Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengukur besaran IRR. IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari Opportunity Cost of Capital-nya. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2014).

Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2014)

17

d. Payback Period (PP)

Menurut Umar (2007), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas dengan kata lain payback period merupakan rasio initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Jika payback period lebih pendek dari umur usaha maka usaha dikatakan menguntungkan jika payback period lebih panjang dari umur usaha maka usaha tersebut tidak menguntungkan.

e. Proyeksi Laba/Rugi

Proyeksi laba/rugi digunakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan dari laba operasional yang digunakan untuk penentuan Net B/C NPV dan IRR. Laba bersih dapat diperoleh dari selisih laba operasional dan pajak penghasilan (Umar 2007).

f. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis dalam menentukan bagaimana distribusi pengembalian yang mungkin untuk usaha dipengaruhi oleh perubahan salah satu variabel input (Keown et. al dalam Saputra, 2011). Analisis sensitivitas dilakukan pada sebuah proyek dengan memakai tiga kemungkinan perubahan, yaitu (Siahaan, 2009):

i. Variabel unit penjualan dinaikkan atau diturunkan sebesar presentase tertentu, sementara lainnya konstan.

ii. Variabel penyusutan diubah, dinaikkan atau diturunkan sebesar presentase tertentu, sementara variabel input lainnya dianggap konstan.

iii. Cost of kapital (k) diubah, sementara variabel lainnya dianggap konstan.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta peningkatan pendapatan masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat dalam pemenuhan gizi, khususnya protein hewani. Peristiwa ini tak diimbangi dengan usaha pengembangan ternak potong lainnya, sehingga populasi ternak besar seperti sapi, kerbau ataupun ternak kecil sebagai ternak potong akan sangat menurun. Oleh karena itu berkembanglah usaha ternak ayam broiler untuk mengimbangi kebutuhan protein hewani masyarakat. Usaha ternak ayam broiler dipandang dapat memberikan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang singkat, karena ayam broiler memiliki siklus hidup yang pendek.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2015, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ayam broiler yang cukup besar di Indonesia. Kabupaten Bogor adalah salah satu penghasil ayam broiler terbesar pertama setelah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Sukabumi. Dalam penelitian ini usaha peternakan non kemitraan atau mandiri berjalan dengan baik. Namun peternak belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit)

yang diperoleh atas investasi kandang yang telah dikeluarkan. Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus dari pihak pemilik sendiri. Walaupun usaha telah berjalan, hal ini belum berarti usaha peternakan tersebut telah layak baik dilihat dari aspek non finansial maupun aspek finansial. Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis non finansial dan analisis finansial. Analisis non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial dan ekonomi, aspek manajemen dan hukum serta aspek lingkungan dan analisis finansial meliputi penilaian Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP).

Hasil penelitian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis switching value untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam usaha peternakan ayam broiler. Komponen yang digunakan yaitu kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan harga jual ayam menjadi fokus pada analisis switching value. Sehingga pada kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan peternak harus lebih bertindak secara efisien agar keuntungan peternak tetap tinggi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan usaha yang akan dilakukan.

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi peternakan ayam broiler untuk menjalankan pengembangkan usaha. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukan bahwa pengembangan usaha ini layak, maka pengembangan usaha ini dilanjutkan, dan apabila tidak layak, maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti. Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakaan ayam broiler di Desa Lulut Kabupaten Bogor

analisis switching value Pengembangan usaha Peternakan Ayam Brolier Skala Rakyat Non Kemitraan

Investasi Kandang yang telah dilakukan

Aspek Non Finansial

Aspek Pasar Aspek Teknis

Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek Lingkungan

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Finansial NPV IRR Net B/C PP Laba-Rugi

Belum dilakukan perhitungan cashflow oleh pemilik peternakan

19

Dokumen terkait