• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam broiler non kemitraan atau mandiri yang terletak di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan yaitu skala usaha yang dikerjakan peternakan masih dalam lingkup peternakan skala rakyat dengan kapasitas produksi dibawah 15 000 ekor per siklus. Selanjutnya pengalaman kerja operasional pemilik peternakan dalam mengelola peternakan ayam broiler. Selain itu, dimana Kabupaten Bogor merupakan sentra peternakan ayam broiler terbesar di Provinsi Jawa Barat. Peternakan ayam broiler ini juga dipilih berdasarkan pertimbangan adanya potensi untuk pengembangan usaha karena bertambahnya permintaan dari pihak konsumen. Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan pemilik, tenaga kerja, dan masyarakat di sekitar lingkungan usaha peternakan. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan usaha yang dilakukan di peternakan baik dari aspek non finansial maupun dari aspek finansial.

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran studi pustaka dari berbagai literatur baik dari buku internet hasil publikasi dinas atau instansi pemerintah terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Bogor serta Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan LSI IPB dan berbagai pustaka lainnya seperti majalah jurnal dan skripsi terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu dengan cara pengamatan langsung atau observasi di lapangan serta melakukan wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada pihak pengelola peternakan yang terdiri dari pemilik dan karyawan serta instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencarian di internet dan studi literatur yang relevan. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), alat pencatat, dan alat dokumentasi elektronik (foto digital, dan foto handphone).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara deskriptif untuk menggambarkan sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, manajemen dan hukum dari usaha budidaya ayam broiler skala rakyat di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi. Metode kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, PP, dan IRR serta analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah menggunakan kalkulator dan komputer dengan microsoft excel 2007.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial disesuaikan dengan skala usaha proyek, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka analisis kelayakan non finansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

Aspek Pasar

Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler dikatakan layak apabila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha peternakan ayam broiler sehingga seluruh hasil produksi ayam broiler yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar. Selain itu produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar dan dapat bersaing atau memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa yang dihasilkan oleh pesaing. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis aspek pasar menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Menurut Nurmalina et al. (2014) aspek pasar dan pemasaran dikatakan layak apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan terhadap komponen tersebut, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan.

Aspek Teknis

Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada pengembangan usaha peternakan ayam broiler ini dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi peternakan mampu menunjang pengembangan usaha tersebut luas produksi sudah optimal, layout peternakan seseuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sedah tepat, kondisi kandang, pemberian pakan dan air, penanganan penyakit pada ayam broiler, serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya pengembangan usaha.

21

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen pada penelitian ini lebih difokuskan pada sumber daya manusia yang akan mengelola usaha pengembangan ayam broiler. Aspek manajemen yang dikaji terkait empat fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) bentuk struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan aspek hukum yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan izin dalam menjalankan usaha bentuk badan usaha maupun sertifikat-sertifikat yang dimiliki oleh pihak peternak. Menurut Nurmalina et al (2014), aspek manajemen dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek sosial yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha seperti perbaikan mutu hidup masyarakat, ketersediaan lapangan kerja baru, peningkatan keahlian masayarakat dalam budidaya ayam broiler, serta dapat mengurangi pengangguran. Menurut Nurmalina et al. (2014) dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial, budaya, dan ekonomi memberikan kesejahteraan.

Aspek Lingkungan

Perlunya analisis dampak lingkungan dilakukan karena dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha tentang dampak yang dapat ditimbulkan suatu usaha terhadap lingkungan jika dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2014), aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk. Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis suatu pengembangan usaha dikatakan layak apabila usaha yang didirikan tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah peternakan yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji tentang perhitungan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan memiliki manfaat. Keadaan tersebut membuat pelaku usaha perlu mengkaji rencana investasi secara tepat agar modal yang ada dikeluarkan sesuai dengan rencana. Analisis aspek finansial pada pengembangan usaha peternakan ayam broiler ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan

analisis switching value untuk melihat kepekaannya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi kelayakan investasi.

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah. Menurut Nurmalina et al. (2014), rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut : n t t t t i C B NPV 1 1 Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t n = Umur usaha (tahun)

t = Periode (1 2 3 … ) i = Discount rate (%) Kriteria Penilaian :

NPV > 0 Usaha layak secara finansial dan menguntungkan sehingga dapat dilaksanakan

NPV = 0 Usaha layak namun keuntungan masih relatif kecil dari tingkat suku bunga yang digunakan karena itu keputusan diserahkan kepada pihak manajemen

NPV < 0 Usaha ini tidak layak secara finansial karena keuntungan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et al. 2014) Secara matematis Net B/C dapat dinyatakan sebagai berikut :

Net B/C = t t t n 1 t t t t n 1 t i) (1 C B i) (1 C B dimana 0 0 t t t t C B C B Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Discount rate (%) t = Tahun

23

Kriteria penilaian :

Net B/C > 1 Usaha layak secara finansial dan menguntungkan sehingga dapat dilaksanakan

Net B/C < 1 Usaha ini tidak layak secara finansial karena tambahan biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat bersih yang diterima

Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan usaha juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengukur besaran IRR IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah usaha dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari Opportunity Cost of Capital-nya. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2014) berikut rumus IRR :

) (2 1 2 1 1 1 x i i NPV NPV NPV i IRR Keterangan :

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = Nilai NPV positif

NPV2 = Nilai NPV negatif

Payback Period (PP)

Payback period (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan oleh suatu usaha untuk dapat mengembalikan biaya invesatasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikomulatifkan. Semakin kecil angka yang dihasilkan, semakin cepat tingkat pengembalian suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk dikembangkan. Menurut Nurmalina et al. (2014) secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan PP adalah sebagai berikut :

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Kriteria penilaian :

Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan.

Analisis Switching Value

Analisis switching value digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha apabila terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Apakah kelayakan usaha kegiatan investasi sensitif tidak terhadap perubahan yang terjadi. Selain itu, analisis switching value merupakan slah satu perlakuan terhadap kepastian (Gittinger,1968). Analisis switching value dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, Net B/C).

Analisis sensitivitas dilakukan karena adanya perubahan-perubahan harga output dan biaya operasional. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maximum’ dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan tidak boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi nilai tersebut maka bisnis dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik (misal penurunan harga output 20 persen) bagaimana dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching value perubahan tersebut harus dicari misalnya berapa perubahan maksimum dari penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Hal ini menunjukan bahwa harga output tidak boleh turun melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value) tersebut maka bisnis tersebut tidak layak atau NPV<0. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misal kenaikan biaya produksi penurunan volume produksi dan penurunan harga output (Nurmalina et al. 2014).

Komponen yang umum digunakan dalam perhitungan switching value adalah kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual atau penurunan jumlah penerimaan sehingga didapat batas minimum kelayakan usaha yang disebabkan terjadinya penurunan harga produk yang sering berubah dan disesuaikan. Dalam analisis switching value secara langsung dapat dipilih sejumlah nilai yang dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting. Nilai switching value diperoleh dengan cara trial and error yaitu melakukan perubahan pada variabel switching yang besar pengaruhnya pada tingkat kelayakan usaha dan sangat mungkin mengalami perubahan diwaktu yang akan datang selama umur usaha. Perubahan dilakukan dengan cara menurunkan atau meningkatkan variabel switching sehingga nilai NPV menjadi sama dengan nol, IRR sama dengan nilai discount rate, dan Net B/C sama dengan satu.

25

Asumsi-Asumsi Dasar

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Harga dan biaya variabel diasumsikan sama setiap tahun (konstan) selama umur usaha, tidak ada kenaikan walaupun dalam kenyataan fluktuasi atau pengaruh faktor lain mempengaruhi terjadinya fluktuasi pada harga dan biaya variabel.

2. Harga lahan pada usaha peternakan ini apabila dijual di asumsikan dengan minimal harga yang sama pada saat pembelian.

3. Umur proyek analisis kelayakan usaha peternakan ayam ini adalah 5 tahun berdasarkan aset penting yaitu kandang.

4. Discount Rate (DR) yang digunakan 6.5 persen hal ini disebabkan karena seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam broiler ini adalah modal sendiri, sehingga mengacu pada suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia sebagai bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan per Desember 2015 sebesar 6.5 persen.

5. Kapasitas maksimal kandang adalah adalah 10 000 ekor ayam broiler. 6. Siklus produksi selama 26 hari dengan berat ayam yang dihasilkan pada saat

panen 1.2 kg/ekor.

7. Jumlah periode produksi di tahun pertama sebanyak tujuh periode sedangkan untuk tahun berikutnya delapan periode karena di periode pertama tahun pertama digunakan untuk persiapan kegiatan usaha.

8. Harga jual ayam broiler yang digunakan adalah Rp20 500 perekor berupa ayam hidup.

9. Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus

10. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun dari hasil penerimaan, dengan ketentuan total penerimaan tidak melebihi 4.8 miliar dan pajak sebesar 25 persen dengan ketentuan total penerimaan melebihi 4.8 miliar. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur usaha..

Dokumen terkait