• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR AGUS SETIAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR AGUS SETIAWAN"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN

KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR

AGUS SETIAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016 Agus Setiawan NIM H34134044

(4)
(5)

ABSTRAK

AGUS SETIAWAN. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra produksi daging ayam broiler di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kelayakan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan budaya serta aspek lingkungan (2) menganalisis kelayakan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek finansial (3) menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha peternakan ayam broiler. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2015 dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pemilik peternakan dan data sekunder melalui internet dan literatur yang relevan. Adapun analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif, dimana analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif menggambarkan sistem usaha dan aspek nonfinansial serta analisis kuantitatif yang digunakan yaitu analisis kelayakan finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial dan finansial usaha peternakan ayam broiler layak untuk dilanjutkan, karena dilihat dari nilai NPV sebesar Rp632 149 173, Net B/C sebesar 3.23, IRR sebesar 71.68 persen dan PP sebesar 2.8 tahun, dengan discount rate 6.5 persen. Hasil analisis switching value menunjukkan usaha peternakan ayam broiler sangat sensitif terhadap kenaikan harga pakan sebesar 15.53 persen penurunan harga jual sebesar 47.42 persen, sedangkan kenaikan harga DOC sebesar 65.22 persen pada peternakan ayam broiler ini tidak sensitif.

Kata kunci : kelayakan, broiler, switching value

ABSTRACT

AGUS SETIAWAN. Analysis feasibility of chicken farmer broiler in the village Lulut, Klapanunggal, Bogor Sub-District. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

Broiler chicken husbandry is the most favorited kind of husbandry because it has high level of demand of its product. Bogor is one of regions in West Java t has of the central areas of broiler meat production in West Java. The study aims to (1) analyze feasibility enterprise of chicken farmer broiler look from non financial aspects as aspects market, the technical aspects, aspect management and legal, aspect social and cultural and environmental aspects (2) analyze feasibility enterprise of chicken farmer broiler look from financial aspects (3) analyzed levels of sensitivity feasibility of chicken farmer broiler. This research was

(6)
(7)

conducted in November to December 2015 by using primary and secondary data. The primary data obtained from interviews with farm owner and secondary data through the internet and relevant literature. The analysis used the analysis of qualitative and quantitative, which is a descriptive qualitative analysis describes the system as well as the business and non-financial aspects of the quantitative analysis that is used is a financial analysis. Based on analysis of financial and non-financial aspects of business broiler farms appropriate to proceed, as seen from the NPV of IDR632 149 173, Net B / C by 3.23, amounting to 71.68 percent IRR and PP of 2.8 years, with a discount rate of 6.5 percent. The results of the analysis indicate switching value broiler chicken farm is very sensitive to rising feed prices by 15.53 percent and the decrease in selling price by 47.42 percent, while the DOC price increase of 65.22 percent in broiler chicken farms is not sensitif.

(8)
(9)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN

KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR

AGUS SETIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2015 ini adalah kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku pembimbing, Ibu Prof. Dr. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama di sidang skripsi, Bapak Ferryanto W. Karokaro, SP, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan di sidang skripsi, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator di kolokium, dan Priscilla Maulina Juliani Siregar selaku pembahas di seminar hasil penelitian yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ade Sumarna yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Sahundin), ibu (Endang Setiawati), adik-adik (Meri Heryati dan Ussy Apriliani) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan di Babakan Fakultas dan Alih Jenis Agribisnis IPB, yang telah memberikan semangat serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

(14)
(15)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan 5 Manfaat 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Non Finansial 6 Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Finansial 9

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis 11

Aspek Non Finansial 12

Aspek Finansial 15

Kerangka Pemikiran Konseptual 17

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 20

Aspek Pasar 20

Aspek Teknis 20

Aspek Manajemen dan Hukum 21

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 21

Aspek Lingkungan 21

Analisis Kelayakan Aspek Finansial 21

Analisis Switching Value 24

Asumsi-Asumsi Dasar 25

GAMBARAN UMUM 25

Gambaran Umum Daerah Penelitian 25

Gambaran Umum Peternakan Ayam Broiler 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Analisis Aspek Non Finansial 27

Aspek Pasar 28

Aspek Teknis 29

Aspek Manajemen dan Hukum 35

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 36

Aspek Lingkungan 36

Analisis Aspek Finansial 37

(16)

Analisis Laba Rugi 43

Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 43

SIMPULAN DAN SARAN 46

Simpulan 46

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 46

(17)

ix

DAFTAR TABEL

1 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional pada

tahun 2010-2014 1

2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi

daging di Provinsi Jawa Barat (ton) 2

3 Populasi ayam broiler yang menjadi sentra peternakan di Provinsi

Jawa Barat tahun 2013 (ekor) 2

4 Populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) tahun 2009 - 2013 di Kabupaten Bogor terhadap populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat 3 5 Data penduduk Desa Lulut menurut mata pencaharian tahun 2015 26

6 Jumlah penggunaan pakan ayam broiler 31

7 Penerimaan penjualan ayam broiler hidup 38

8 Penerimaan penjualan kotoran ayam 38

9 Biaya investasi pada peternakan ayam broiler 39

10 Biaya tetap usaha peternakan ayam broiler 40

11 Biaya variabel usaha peternakan ayam broiler 42 12 Hasil analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler 45

13 Hasil analisis perhitungan switching value 45

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 16

2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakaan

ayam broiler di Desa Lulut Kabupaten Bogor 18

3 Layout peternakan ayam broiler di lokasi penelitian 30

4 Kandang pada peternakan ayam broiler 31

5 Proses produksi pada peternakan ayam broiler 35 6 Surat perijinan usaha peternakan ayam broiler 36

7 Hubungan NPV dan IRR di lokasi penelitian 44

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rincian biaya penyusutan investasi peternakan ayam broiler 48

(18)

3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) ayam broiler 50 4 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga DOC

naik sebesar 65.22 persen 52

5 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga pakan

naik sebesar 15.53 persen 53

6 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga jual

ayam broiler turun sebesar 47.42 persen 54

7 Dokumentasi peternakan ayam broiler di lokasi penelitian 55

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan luas wilayah tercatat 37 173.97 Km2 dan merupakan salah satu sentra peternakan ayam broiler di Indonesia (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015). Hal ini dapat dilihat dari informasi pada Tabel 1 yang menunjukan kontribusi populasi ayam broiler di Jawa Barat terhadap populasi ayam broiler nasional.

Tabel 1 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional pada tahun 2010-2014

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015)

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa populasi ayam broiler mengalami fluktuasi dengan rata-rata kontribusi populasi ayam di Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional sebesar 49.45 persen, dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2015 ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan kontribusi populasi ayam broiler yang diakibatkan karena adanya perubahan kondisi cuaca yang menyebabkan timbulnya penyakit pada ayam broiler yaitu penyakit flu burung (avian influenza/ H5N1), sehingga hal ini juga berdampak kepada tingkat konsumsi daging ayam mengalami penurunan. Pada tahun 2014 kontribusi ayam broiler mulai mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena pada tahun 2014 pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan program dimana salah satunya setiap peternakan mendapatkan fasilitas pendampingan di dalam melakukan perawatan hewan ternak khususnya pada aspek kesehatan hewan. Peningkatan pertumbuhan populasi ternak ayam broiler di Provinsi Jawa Barat pada tahun tersebut mengindikasikan adanya pertumbuhan populasi ternak yang akan meningkatkan produksi daging ayam broiler (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015).

Daging ayam broiler merupakan produk dari subsektor peternakan yang produksinya semakin meningkat dikarenakan untuk mengimbangi jumlah permintaan daging ayam broiler yang semakin meningkat. Hampir seluruh kalangan masyarakat menyukai daging ayam yang kaya akan protein mulai dari anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, serta daging ayam broiler juga memiliki cita rasa yang enak dan memberikan kontribusi positif bagi kesehatan tubuh manusia. Selain itu, daging ayam broiler memiliki kontribusi positif

Tahun Jawa Barat (Ekor) Nasional (Ekor) Kontribusi (%)

2010 497 814 154 986 871 712 50.44 2011 583 263 441 1 177 990 869 49.51 2012 610 436 303 1 244 402 016 49.05 2013 645 229 707 1 344 191 104 48.00 2014 744 833 919 1 481 871 723 50.26 Rata-rata 616 315 504 1 247 065 485 49.45

(20)

terhadap produksi daging secara keseluruhan di Provinsi Jawa Barat. Kontribusi total produksi daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat pada tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di Provinsi Jawa Barat (ton)

No Tahun Daging Ayam Broiler Produksi Daging Kontribusi (%)

1 2009 365 573 524 163 69.74 2 2010 399 745 550 717 72.59 3 2011 492 413 646 796 76.13 4 2012 498 862 648 112 76.97 5 2013 563 529 709 702 79.40 Rata-rata 464 024 615 898 74.97

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa daging ayam broiler memberikan kontribusi sangat besar bagi produksi daging di Jawa Barat. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, kontribusi daging ayam broiler mengalami peningkatan dengan rata-rata mencapai angka 74.97 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat penting untuk dikembangkan karena dapat membantu perekonomian masyarakat terutama di Provinsi Jawa Barat.

Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten yang menjadi sentra produksi ayam broiler dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor, pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan pada pertumbuhan populasi di daerah ini yang paling tinggi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah populasi ayam broiler terbesar dibandingkan dengan kawasan lainnya di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah populasi ternak dalam satu tahun sebanyak 158 265 152 ekor ayam broiler pada tahun 2013. Adapun populasi ayam broiler dalam satu periode di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Populasi ayam broiler yang menjadi sentra peternakan di Provinsi Jawa

Barat tahun 2013 (ekor)

No Kabupaten/Kota Jumlah 1 Kab Bogor 158 265 152 2 Kab Sukabumi 69 286 216 3 Kab Indramayu 65 074 952 4 Kab Ciamis 112 239 336 5 Kab Karawang 84 506 104

Sumber : Badan Pusat Statistik Peternakan Provinsi Jawa Barat (2013)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Barat, secara statistik populasi ayam broiler di Kabupaten Bogor sejak tahun 2009 hingga 2013 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari populasi dan kontribusi ayam broiler Kabupaten Bogor terhadap populasi ayam broiler di Jawa Barat tahun 2009 sampai tahun 2013 pada Tabel 4.

(21)

3

Tabel 4 Populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) tahun 2009 - 2013 di Kabupaten Bogor terhadap populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat

Tahun Kabupaten Bogor Jawa Barat Kontribusi (%) 2009 114 907 968 455 258 895 25.24 2010 126 174 240 497 814 154 25.35 2011 137 400 256 583 263 441 23.56 2012 141 478 096 610 436 303 23.18 2013 158 265 152 645 229 707 24.53 Rata-rata 135 645 142 558 400 500 24.37

Sumber : Dinas peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Jawa Barat (2013)

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor memiliki perkembangan populasi yang baik pada peternakan ayam broiler. Hal ini didukung dengan rata-rata kelajuan peningkatan populasi sebesar 135 645 142 ekor dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Selain itu, Kabupaten Bogor juga termasuk salah satu kabupaten yang cukup memiliki kontribusi dalam penambahan jumlah populasi di provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kontribusi sebesar 24.37 persen dalam kurun waktu lima tahun, mulai dari tahun 2009 hingga 2013. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor cukup berperan penting bagi peternakan ayam broiler di Provinsi Jawa Barat. Peningkatan populasi di Kabupaten Bogor tersebut berhasil karena ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumber daya manusia, dan manajemen pemasaran.

Pengelolaan manajemen yang baik di dalam usaha peternakan ayam broiler tentunya akan meningkatkan tingkat produksi daging ayam, dimana kita ketahui untuk saat ini permintaan ayam broiler terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang mulai beralih mengkonsumsi daging ayam sebagai sumber protein hewani menggantikan daging sapi yang saat ini harganya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam. Harga daging ayam yang relatif lebih murah dibandingkan daging sapi sebagai sumber gizi bagi masyakarat terjadi akibat mulai banyaknya bisnis di bidang peternakan ayam broiler yang dilakukan oleh perusahaan peternakan yang berskala besar (komersil), peternakan skala rakyat yang bekerja sama dengan perusahaan melalui pola kemitraan dan peternakan skala rakyat non kemitraan atau mandiri. Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya produksi daging ayam broiler sehingga ketersediaan daging ayam broiler cenderung lebih stabil dibandingkan dengan produksi daging sapi.

Peternakan ayam broiler skala rakyat non kemitraan atau mandiri menjadikan pemilik peternakan sebagai pengambil keputusan bisnis yang harus memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola usahanya, yang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang dengan infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukan dengan kemudahan akses keluar dan masuk peternakan, jaringan listrik dan telepon, sumber air, tersedianya peralatan dan lain-lain. Selain itu, usaha pertanian sangatlah sensitif terhadap perubahan lingkungan, baik lingkungan ekstenal maupun internal. Hal ini disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah kenaikan biaya bahan baku, adanya gangguan

(22)

penyakit, dan sebagainya. Perubahan tersebut diduga akan langsung mempengaruhi komponen cashflow yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kelayakan investasi yang dilakukan peternak atas kandang yang didirikan.

Perumusan Masalah

Peternakan skala rakyat non kemitraan atau mandiri saat ini masih belum banyak di usahakan oleh para peternak ayam broiler di Kabupaten Bogor. Di sisi lain, Kapubaten Bogor memiliki potensi yang baik mulai dari kondisi alam dan lingkungan yang mendukung serta akses yang mudah dari berbagai wilayah di Jabodetabek. Selain itu, saat ini dapat diketahui bahwa produksi daging ayam broiler memiliki potensi penjualan yang cukup baik, dimana banyak masyarakat yang mulai beralih mengkonsumsi daging ayam sebagai sumber protein hewani menggantikan daging sapi yang harganya relatif lebih tinggi. Adapun pengusahaan peternakan ayam broiler ini dapat dilakukan secara non kemitraan atau mandiri dan lokasi yang mudah terjangkau dari wilayah-wilayah perkotaan yang cenderung masyarakatnya banyak mengkonsumsi daging ayam.

Salah satu lokasi yang dilakukan usaha peternakan ayam broiler yaitu di Desa Lulut, kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan melakukan peternakan ayam broiler skala rakyat non kemitraan atau mandiri. Dimana peternakan seperti ini dapat dikelola langsung oleh pemilik dan didukung oleh dua orang tenaga kerjanya yang masing-masing memiliki tugas untuk mengurus setiap kandang yang ada di peternakan. Jumlah produksi ayam yang usahakan sebanyak 10 000 ekor ayam. Peternakan ayam broiler ini memiliki lahan seluas kurang lebih 1 000 meter2. Usaha ini sudah berjalan sekitar empat tahun yang lalu tepatnya pada Tahun 2011 sampai dengan sekarang. Namun pemilik usaha peternakan ayam broiler ini belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh atas investasi kandang yang telah dikeluarkan dengan sistem non kemitraan atau mandiri. Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus dari pihak pemilik sendiri. Walaupun telah berjalan selama empat tahun, hal ini belum berarti usaha tersebut telah layak baik dilihat dari aspek non finansial maupun aspek finansial. Pemilihan lokasi peternakan di daerah ini didasari pada berbagai aspek pertimbangan.

Aspek pertama adalah skala usaha yang dikerjakan peternakan skala rakyat dengan kapasitas produksi dibawah 15 000 ekor per siklus. Aspek kedua adalah pengalaman kerja operasional pemilik peternakan dalam mengelola peternakan ayam broiler. Dari kedua aspek pertimbangan tersebut diharapkan gambaran yang muncul dari peternakan merupakan jawaban terbaik yang dapat menjawab permasalahan yang diangkat. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler non kemitraaan atau mandiri di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

Selain itu, pada usaha peternakan ini juga terdapat beberapa kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan yang dapat terjadi di dalam kegiatan usaha yang tentu saja mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam ini. Perubahan-perubahan tersebut antara lain terjadi pada harga DOC, harga pakan, dan harga jual ayam. Perubahan-perubahan tersebut tentu dapat mempengaruhi kelayakan

(23)

5

usaha ternak ayam broiler dari segi finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas karena adanya perubahan-perubahan tersebut. Di sisi lain, penentuan kelayakan dari suatu usaha dilakukan melalui analisis-analisis lebih mendalam terhadap berbagai aspek yang terkait. Menurut Nurmalina et al. (2014), terdapat berbagai aspek utama yang harus dianalisa, yaitu aspek: pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, serta finansial. Aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budidaya, serta lingkungan merupakan aspek non finansial yang akan dipaparkan secara deskriptif. Sedangkan aspek finansial akan dipaparkan secara kuantitatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana tingkat kelayakan usaha peternakan ayam broiler di lokasi penelitian jika dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen hukum, sosial ekonomi budaya, dan lingkungan)?

2. Bagaimana tingkat kelayakan usaha peternakan ayam broiler di lokasi penelitian jika dilihat dari aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, PP) berdasarkan investasi kandang yang telah dilakukan?

3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan usaha peternakan ayam broiler di lokasi penelitian dengan kemungkinan terjadinya kenaikan harga pakan, DOC dan penurunan harga jual ayam?

Tujuan

Adapun tujuan dari adanya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler berdasarkan aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler berdasarkan aspek finansial dengan investasi kandang yang telah dilakukan.

3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha ternak ayam broiler terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan harga jual ayam.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak : 1. Bagi penulis meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu

studi kelayakan bisnis yang diperoleh dalam perkuliahan sekaligus sebagai referensi bisnis yang dapat dilakukan di sektor peternakan.

2. Bagi perusahaan sebagai referensi bisnis dan pertimbangan dalam pengembangan usaha ternak yang akan dijalankan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi kelangsungan usaha.

3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

(24)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengenai analisis kelayakan usaha ayam broiler yang mencakup:

1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang diusahakan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Ade Sumarna di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak peternak ayam broiler dan data sekunder berupa data mengenai harga pada Desember 2015.

3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis kelayakan usaha ayam broiler dan alat analisis switching value terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan harga jual ayam.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Non Finansial

Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh Saputra (2011) dan Sianturi (2011). Saputra (2011) meneliti mengenai kelayakan investasi pada peternakan ayam broiler sedangkan Sianturi (2011) meneliti mengenai kelayakan usaha ayam ras petelur. Pada penelitian yang dilakuan Saputra (2011) dan Sianturi (2011) jenis ayam yang dijadikan penelitian berbeda yaitu ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras petelur. Akan tetapi terdapat kesamaan diantara keduanya yaitu sama-sama ingin melihat kelayakan usaha yang dijalankan. Analisis kelayakan usaha yang mereka lakukan tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi dari aspek nonfinansial juga. Aspek nonfinansial yang dilihat adalah aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi,dan budaya serta aspek lingkungan.

Pada penelitian Saputra (2011) aspek pasar mengenai ayam broiler milik Bapak Marhaya dapat dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan pemasaran output, dimana peternakan Bapak Marhaya sudah terjalin kerjasama dengan perusahaan Dramaga Unggas Farm. Berapapun jumlah ternak yang diusahakan oleh Bapak Marhaya, Dramaga Unggas Farm pasti akan membeli ayam broiler tersebut. Sehingga untuk pasar ayam broiler Bapak Marhaya sudah terjamin, karena sudah memiliki pasar yang tetap. Pemasaran output yang dilakukan oleh Bapak Marhaya hanya kepada Dramaga Unggas Farm saja. Hal ini dilihat dari saluran pemasaran ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya. Menurut Saputra (2011) usaha peternakan Bapak Marhaya layak berdasarkan aspek pasarnya. Hal tersebut dilihat dari permintaan ayam broiler kepada Bapak Marhaya oleh Dramaga Unggas Farm. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) mengenai ayam ras petelur pada Dian Layer Farm yang dilihat

(25)

7

dari peluang pasar dan bauran pemasarannya. Peluang pasar Dian Layer Farm memiliki prospek yang baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam usaha peternakan ayam ras petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa Sukadamai. Selain itu, jumlah permintaan telur kepada DLF terus meningkat, hal ini dilihat dari informasi permintaan telur atau market share dari DLF.

Menurut Sianturi (2011) DLF juga layak secara pasar, karena dilihat dari jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat meningdikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di perusahaan. Dari penelitian Saputra (2011) pada usaha peternakan Bapak Marhaya yang pasarnya sudah terjamin dan penelitian Sianturi (2011) pada DLF yang belum ada jaminan pasar yang pasti, keduanya menyimpulkan bahwa usaha yang dijalankan oleh Bapak Marhaya maupun DLF layak secara aspek pasar dilihat dari apabila output dari usaha tersebut masih memiliki permintaan maka usaha tersebut dapat dikatakan layak secara pasar. Hasil analisis dari kedua penelitian tersebut dapat ditarik sebuah indikator layaknya aspek pasar adalah masih adanya permintaan dari output yang dihasilkan.

Selain itu, aspek teknis dan teknologi pada penelitian Saputra (2011) mengenai kelayakan usaha peternakan Bapak Marhaya dilihat dari penentuan lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan prasarana, serta proses pembesaran ayam broiler. Dari lokasi budidaya, usaha peternakan Bapak Marhaya memiliki lokasi yang cukup strategis. Hal ini dilihat dari lokasi kandang yang didirikan cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tidak menimbulkan polusi. Disisi lain, lokasi menuju kekandang mudah dilalui oleh sarana transportasi. Kualitas air di lokasi kandang memenuhi standar baku. Luasan produksi usaha peternakan ayam broiler Bapak Marhaya sebanyak 6 000 ekor ayam broiler, yang mana sudah memenuhi skala ekonomis minimum. Letak sumber bahan baku yang dipakai peternakan milik Bapak Marhaya adalah pasokan dari sebuah perusahaan kemitraan Dramaga Unggas Farm yang terletak di jalan Raya Dramaga, sehingga mudah untuk dijangkau. Sarana prasarana dan pemeliharaan yang dilakukan pada peternakan Bapak Marhaya sudah sesuai dengan teori budidaya ayam yang kebanyakan dilakukan oleh peternakan lainya. Sehingga menurut Sianturi (2011) usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya layak secara teknis. DLF mampu memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis sehingga layak secara teknis. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis dilihat dari lokasi kandang, budidaya dan teknologi saja.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian Saputra (2011) dimana untuk melihat lokasi kandang yang baik dan strategis yaitu apabila kandang yang didirikan berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya ayam ras petelur yang dilakukan oleh DLF sudah sesuai dengan prosedur. Teknologi yang digunakan oleh DLF yaitu mesin pembuat pakan dan saluran instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi. Menurut Saputra (2011) DLF telah memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis. Sehingga usaha DLF secara teknis dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Dari kedua hasil penelitian Saputra (2011) dan Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis secara tidak langsung dapat dikatakan layak apabila lokasi kandang yang didirikan berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya yang dilakukan harus sudah sesuai dengan

(26)

idealnya atau umumnya budidaya usaha ternak yang dilakukan, serta teknologi yang digunakan sudah tepat guna. Hasil kedua penelitian, indikator yang dilihat pada aspek teknis berbeda-beda, namun indikator utama aspek teknis dapat dikatakan layak dilihat dari penentuan lokasi usahanya. Apabila lokasi usahanya sesuai dengan usaha yang dijalankan maka secara teknis dapat dikatakan layak, selain lokasi usaha indikator kedua adalah akses terhadap sarana dan prasarana, kemudahan dalam akses terhadap sarana dan prasarana juga akan menentukan layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya, indikator ketiga adalah dilihat dari proses budidaya yang dilakukan. Apabila budidaya yang dilakukan menghasilkan suatu output maka secara teknis dapat dikatakan layak.

Pada aspek organisasi dan manajemen penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011) di peternakan Bapak Marhaya masih sangat sederhana. Struktur organisasi yang disusun sangatlah sederhana yaitu Bapak Marhaya sebagai pemilik peternakan dan satu orang yang mengurus kegiatan operasional peternakan dengan bantuan dan pengawasan pemilik. Jika dilihat secara kasat mata memang sangat sederhana, akan tetapi mampu membuat kegiatan pembesaran ayam broiler mampu berjalan dengan lancar. Dilihat dari pengelolaannya usaha milik Bapak Marhaya juga layak secara manajemen yaitu sudah mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankannya. Penelitian yang dilakukan Sianturi (2011) aspek manajemen yang dilakukan sudah sangat baik. Struktur organisasi yang dimiliki sudah terdapat job description masing-masing pekerja dan wewenang yang cukup jelas sehingga memberikan kemudahan dan koordinasi diantara karyawan. Sehingga DLF layak secara manajemennya. Dari kedua penelitan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha milik Bapak Marhaya dan DLF layak secara manajemen apabila mampu menjalankan usaha dengan baik dan menghasilkan output dari usaha yang dijalankan tersebut. Indikator layaknya aspek manajemen dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat dari struktur organisasinya. Meskipun struktur organisasinya sederhana maupun tidak sederhana apabila dalam menjalankannya dapat menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, maka secara manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak.

Pada aspek hukum penelitian Saputra (2011) Sampai saat ini Bapak Marhaya belum terdaftar sebagai peternak ayam broiler di Dinas Kabupaten Bogor. Ijin yang dilakukan baru berupa ijin lisan dari masyarakat sekitar melalui Kepala Desa. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) perusahaan DLF telah memiliki ijin yang cukup dalam menjalankan usahanya, akan tetapi ada beberapa ijin yang perlu diurus agar tidak terjadi permasalahan nantinya. Dari kedua penelitan aspek hukum usaha Bapak Marhaya dan DLF layak dilakukan dilihat dari ijin yang dimiliki walaupun belum semuanya terpenuhi, tetapi setidaknya dari lingkungan sekitar dan Kepala Desa sudah memberikan ijin. Sehingga akan memudahkan untuk memproses ijin selanjutnya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan indikator layaknya aspek hukum yang utama dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, serta kepala desa. Apabila ijin tersebut sudah didapatkan maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Indikator selanjutnya adalah hukum lainnya yang diperlukan pada usaha yang dijalankan. Apabila semua hukum yang harus dilakukan sudah dimiliki maka usaha tersebut dapat dikatakan layak secara aspek hukum.

(27)

9

Pada aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan penelitian Saputra (2011) pada ternak ayam broiler milik Bapak Marhaya memiliki dampak positif dan negatif, dimana dampak negatifnya usaha ternak Bapak Marhaya menghasilkan bau yang menyebabkan polusi, dan dampak positifnya mampu mempekerjakan seorang karyawan sebagai anak kandang. Sampai saat ini usaha ternak Bapak Marhaya belum mendapatkan komplain dari masyarakat sekitar mengenai bau kotoran ayam, karena pada usaha peternakan Bapak Marhaya selalu dibersihkan setiap kali habis panen, dan untuk menghindari timbulnya permasalahan dengan warga dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Bapak Marhaya memberikan ayam broiler saat panen pada rumah-rumah warga yang berada disekitar lokasi kandang ternak. Pada aspek ekonominya dilihat dari penyerapaan tenaga kerja. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) juga layak secara aspek sosial, hal ini dikarenakan lokasi DLF yang berada diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau.

Selain itu DLF memiliki tenag kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit, dan juga DLF memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dijadikan pupuk kandang sama halnya pada peternakan milik Bapak Marhaya. Aspek ekonominya dilihat dari penyerapan tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Marhaya. Serta aspek lingkungannya dilihat dari bagaimana Bapak Marhaya mengelola limbah dari usaha yang dijalankannya. Dari kedua penelitian indikator aspek sosial adalah dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan dan bagaimana menanganinya. Indikator aspek ekonomi dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari adanya usaha. Indikator aspek lingkungan adalah bagaimana pengelolaan limbah yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan. Apabila suatu usaha dapat menangani dampak dari usahanya dengan baik, dan mampu menyerap tenaga kerja, serta mampu mengelola limbah yang dihasilkannya dengan baik maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan.

Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Finansial

Kajian pada penelitian ini juga akan melakukan analisis aspek kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial tidak jauh berbeda dengan penelitan sebelumnya. Pada aspek finansial akan dilakukan perhitungan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dan akan dimasukan kedalam arus kas (cashflow). Arus kas (cashflow) ini terdiri dari komponen arus penerimaan (inflow) dan arus pengeluaran (outflow). Hasil arus kas yang diperoleh akan dilakukan analisis aspek finansial melalui analisi laba rugi, penilian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta dilakukan perhitungan analisis sensitivitas. Perbedaan pada penelitian ini dilakukan pada peternakan ayam broiler milik Bapak Ade Sumarna, dimana kepemilikan usaha hanya dimiliki oleh pemilik sehingga keuntungan secara pasti akan dikuasai oleh pemilik usaha. Berbeda halnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada usaha ternak kelompok dengan modal yang digunakan berasal dari pemerintah. Selain itu juga, perbedaan pada penelitian sebelumnya dimana usaha yang dijalankan memiliki jumlah ternak yang lebih banyak dari pada peternakan ayam broiler milik Bapak Ade Sumarna, serta terdapat data historis mengenai perubahan- perubahan baik dari

(28)

komponen arus penerimaan (inflow) maupun dari arus pengeluaran (outflow). Sehingga pada penelitian ini hanya dilakukan analisis sensitivitas saja. Hasil dari analisis sensitivitas akan terlihat komponen mana yang lebih sensitif terhadap layak atau tidaknya usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Ade Sumarna.

Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Penelitian terdahulu yang menganalisis laporan laba rugi untuk menilai analisis kelayakan usahanya yaitu Karmidi (2012) yang meneliti tentang analisis kelayakan peternakan ayam broiler pada kemitraan inti plasma studi kasus plasma Agus Suhendar dan penelitian Matjuri (2012) yang meneliti tentang analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik pada perusahaan CV Tritunggal Sejahtera. Pada kedua penelitian modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri sehingga dalam perhitungan laporan laba rugi tidak ada biaya bunga. Hasil penelitian Matjuri (2012) CV Tritunggal Sejahtera memperoleh keuntungan sebesar Rp93 404 438 per tahun. Pada penelitian Karmidi (2012) peternakan Agus Suhendar memperoleh laba bersih selama 5 tahun sebesar Rp57 454 335. Dari kedua penelitian analisis laporan laba rugi hanya digunakan untuk nilai pajak yang diperoleh. Karena nilai pajak tersebut nantinya akan dimasukkan pada analisis cashflow.

Analisis kriteria penilaian investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan cashflow. Ada beberapa penelitian yang melakukan analisis kelayakan usaha dengan menilai analisis kriteria investasi yang dilakukan. Penelitian Fakhrudin (2013) melakukan analisis finansial budidaya ayam petelur di Desa Cihideung Udik Kabupaten Bogor dengan hasil NPV pada skala usaha pemeliharaan 5 000 ekor ternak sebesar Rp232 226 621 dan NPV pada skala usaha pemeliharaan 90 000 ekor sebesar Rp2 698 694 890. Hasil perhitungan NPV yang didapatkan berdasarkan jumlah ternak yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala usaha yang dijalankan maka hasil NPV yang diperoleh semakin besar pula. IRR yang diperoleh pada skala pemeliharaan 5 000 ekor sebesar 47 persen dan IRR pada skala pemeliharaan 90 000 ekor sebesar 30 persen. Dimana hal ini mununjukkan bahwa usaha tersebut layak karena IRR lebih besar dari Discount Rate (DR) sebesar 10 persen. Hasil Net B/C rasio pada skala pemeliharaan 5 000 ekor adalah 2.27 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 2.27 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C rasio pada skala pemeliharaan 90 000 ekor adalah 1.53 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1.53 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan IRR dan Net B/C pada skala usaha yang lebih besar akan menghasilkan IRR dan Net B/C yang semakin kecil. Pada hasil perhitungan payback periode (PP) pada skala pemeliharaan 5 000 ekor yaitu 2 tahun 3 bulan dan pada skala pemeliharaan 90 000 ekor selama 2 tahun 10 bulan.

Setelah melakukan analisis kriteria investasi perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat variabel atau komponen inflow atau outflow manakah yang paling mempengaruhi kelayakan suatu usaha yang dijalankan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Komalasari (2008) yang menggunakan perhitungan switching value pada analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu. Pada penelitian Komalasari (2008), usaha peternakan ayam broiler terpadu tersebut dengan kapasitas 25 000 ekor. Perubahan-perubahan pada komponen inflow adalah penurunan harga jual ayam broiler dan perubahan pada komponen outflow adalah kenaikan harga DOC ayam broiler. Hasil penelitian

(29)

11

Komalasari (2008) menunjukkan hasil perhitungna analisis switching value pada perubahan penurunan harga jual ayam broiler yang masih dapat terjadi yaitu sebesar 11.08 persen dan kenaikan harga DOC yang boleh terjadi yaitu sebesar 62.73 persen. Dari hasil analisis switching value mengindikasikan bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu lebih sensitif bila terjadi perubahan penurunan harga jual ayam broiler dibandingkan dengan terjadinya kenaikan harga DOC. Pada analisis nilai pengganti guna melihat perubahan maksimum yang boleh terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan. Variabel yang akan dilihat perubahannya yaitu dari komponen inflow (penurunan harga jual ayam buras pedaging) dan outfow (peningkatan harga pakan ayam buras pedaging). Dari hasil tersebut akan terlihat seberapa besar perubahan maksimum yang akan terjadi.

Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis kelayakan usaha. Hasil penelitian terdahulu dapat memberikan masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengkaji studi kelayakan usaha. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai referensi dalam melakukan penelitian dengan topik analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Usaha merupakan suatu kegiatan investasi yang menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode waktu tertentu. Investasi adalah suatu kegiatan pengadaan barang modal dengan nilai yang besar ataupun memiliki umur pakai ekonomis lebih dari satu tahun. Perhitungan dalam analisis sebuah kegiatan investasi tidak dapat menggunakan analisis laba rugi saja namun perlu dilakukan perhitungan yang memasukkan komponen nilai uang terhadap waktu yang biasa disebut dengan studi kelayakan usaha (Nurmalina et al. 2014).

Studi kelayakan usaha merupakan salah satu langkah awal yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kelayakan usaha yang akan dikerjakan. Selain itu perhitungan ini juga dapat dipakai pada usaha yang sedang berjalan jika perhitungan kelayakannya belum pernah dilakukan selama usaha berjalan. Dari perhitungan analisis kelayakan finansial akan diperoleh informasi megenai kelayakan usaha dari sisi finansial (Nurmalina et al. 2014).

Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis

Definisi usaha pertanian secara luas adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat sedangkan definisi usaha pertanian secara sempit adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger 1986). Mengkaji kelayakan suatu usulan usaha

(30)

bertujuan mempelajari usaha tersebut dari segala segi secara profesional agar nantinya setelah diterima dan dilaksankan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jika kedua definisi ini digabungkan maka kajian kelayakan suatu usaha pertanian ditujukan untuk mempelajari penggunaan sumberdaya khususnya sumberdaya alam utuk memperoleh manfaat dari berbagai aspek sehingga ketika usaha tersebut dilaksanakan dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Analisis suatu kelayakan bisnis perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis (Nurmalina et al. 2014).

Aspek Non Finansial

Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat enam aspek non finansial yang dibahas pada penelitian ini.

1. Aspek Pasar

Menurut Umar (2007) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu kelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar sehingga dengan demikian terbentuk harga. Menurut Rangkuti (2006) pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya politik ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditi. Terdapat unsur taktik pemasaran dalam aspek pemasaran dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Diferensiasi berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan dilakukan oleh perusahaan lain.

b. Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Konsep marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Komponen-komponen pokok marketing mix yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk (product) merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan pada pasar sasaran. Harga (price) merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan produk. Tempat (place) menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dan tersedia bagi konsumen. Promosi (promotion) merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkombinasikan manfaat dari produk dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya.

(31)

13

2. Aspek Teknis dan Teknologi

Studi aspek teknis dan teknologi mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Berdasarkan kajian teknologi perlu dipahami bahwa perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Antisipasi perkembangan teknologi perlu dikaji agar teknologi yang akan digunakan nantinya dapat meningkatkan efektivitas efisiensi dan ekonomi sehingga akhirnya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar. Menurut Umar (2007), tujuan studi aspek teknik dan teknologi adalah untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin. Aspek teknis merupakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pembagunan unit usaha secara teknis. Dalam aspek teknis ini akan dikaji mengenai perencanaan kapasitas produksi ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang serta penentuan lokasi produksi atau lokasi usaha. Sedangkan pada aspek teknologi akan dikaji mengenai teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Aspek teknis juga membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, pemilihan jenis teknologi dan equipment. (Nurmalina et al. 2014).

a. Lokasi Usaha

Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi usaha dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.

b. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang.

c. Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu, dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus.

(32)

d. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria-kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu.

3. Aspek Organisasi dan Manajemen

Menurut Umar (2007), tujuan aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Perencanaan organisasi dan manajemen dalam pembangunan proyek dan implementasi berdasarkan perencanaan pengorganisasian actuating dan pengendalian. Aspek organisasi dan manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis dan berdasarkan pada kegiatan usaha disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan struktur organisasi yang ditetapkan kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan.

4. Aspek Hukum

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerja sama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2014).

5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Dalam aspek sosial dan ekonomi yang dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat

(33)

15

keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2014). 6. Aspek Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting diperhatikan sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung memengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang. Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina et al. 2014).

Aspek Finansial

Menurut Umar (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Hasil pengolahan data kuantitatif yang digunakan untuk aspek finansial yang disajikan dalam bentuk tabulasi yang dilakukan secara manual. Metode analisis yang dianggap relevan untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan kajian pengembangan usaha ini adalah :

1. Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi yang akan digunakan adalah menggunakan analisis cashflow yang disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar 2007). Analisis kelayakan investasi terdiri dari : a. Net Present Value (NPV)

Suatu usaha dapat dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2014). Tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode NPV yaitu :

i. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, usaha layak secara finansial dan menguntungkan sehinnga dapat dilaksanakan.

(34)

ii. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, usaha layak namun keuntungan masih relatif kecil dari tingkat suku bunga yang digunakan karena itu keputusan diserahkan kepada pihak manajemen. iii. NPV lebih kecil dari no (NPV < 0) artinya, usaha tersebut tidak layak

secara finansial karena keuntungan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.

b. Manfaat biaya bersih atau Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net B/C yaitu:

i. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.

ii. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

iii. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan (Nurmalina et al. 2014).

c. Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengukur besaran IRR. IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari Opportunity Cost of Capital-nya. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2014).

Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2014)

(35)

17

d. Payback Period (PP)

Menurut Umar (2007), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas dengan kata lain payback period merupakan rasio initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Jika payback period lebih pendek dari umur usaha maka usaha dikatakan menguntungkan jika payback period lebih panjang dari umur usaha maka usaha tersebut tidak menguntungkan.

e. Proyeksi Laba/Rugi

Proyeksi laba/rugi digunakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan dari laba operasional yang digunakan untuk penentuan Net B/C NPV dan IRR. Laba bersih dapat diperoleh dari selisih laba operasional dan pajak penghasilan (Umar 2007).

f. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis dalam menentukan bagaimana distribusi pengembalian yang mungkin untuk usaha dipengaruhi oleh perubahan salah satu variabel input (Keown et. al dalam Saputra, 2011). Analisis sensitivitas dilakukan pada sebuah proyek dengan memakai tiga kemungkinan perubahan, yaitu (Siahaan, 2009):

i. Variabel unit penjualan dinaikkan atau diturunkan sebesar presentase tertentu, sementara lainnya konstan.

ii. Variabel penyusutan diubah, dinaikkan atau diturunkan sebesar presentase tertentu, sementara variabel input lainnya dianggap konstan.

iii. Cost of kapital (k) diubah, sementara variabel lainnya dianggap konstan.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta peningkatan pendapatan masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat dalam pemenuhan gizi, khususnya protein hewani. Peristiwa ini tak diimbangi dengan usaha pengembangan ternak potong lainnya, sehingga populasi ternak besar seperti sapi, kerbau ataupun ternak kecil sebagai ternak potong akan sangat menurun. Oleh karena itu berkembanglah usaha ternak ayam broiler untuk mengimbangi kebutuhan protein hewani masyarakat. Usaha ternak ayam broiler dipandang dapat memberikan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang singkat, karena ayam broiler memiliki siklus hidup yang pendek.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2015, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ayam broiler yang cukup besar di Indonesia. Kabupaten Bogor adalah salah satu penghasil ayam broiler terbesar pertama setelah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Sukabumi. Dalam penelitian ini usaha peternakan non kemitraan atau mandiri berjalan dengan baik. Namun peternak belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit)

(36)

yang diperoleh atas investasi kandang yang telah dikeluarkan. Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus dari pihak pemilik sendiri. Walaupun usaha telah berjalan, hal ini belum berarti usaha peternakan tersebut telah layak baik dilihat dari aspek non finansial maupun aspek finansial. Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis non finansial dan analisis finansial. Analisis non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial dan ekonomi, aspek manajemen dan hukum serta aspek lingkungan dan analisis finansial meliputi penilaian Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP).

Hasil penelitian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis switching value untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam usaha peternakan ayam broiler. Komponen yang digunakan yaitu kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan harga jual ayam menjadi fokus pada analisis switching value. Sehingga pada kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan peternak harus lebih bertindak secara efisien agar keuntungan peternak tetap tinggi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan usaha yang akan dilakukan.

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi peternakan ayam broiler untuk menjalankan pengembangkan usaha. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukan bahwa pengembangan usaha ini layak, maka pengembangan usaha ini dilanjutkan, dan apabila tidak layak, maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti. Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakaan ayam broiler di Desa Lulut Kabupaten Bogor

analisis switching value Pengembangan usaha Peternakan Ayam Brolier Skala Rakyat Non Kemitraan

Investasi Kandang yang telah dilakukan

Aspek Non Finansial

Aspek Pasar Aspek Teknis

Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek Lingkungan

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Finansial NPV IRR Net B/C PP Laba-Rugi

Belum dilakukan perhitungan cashflow oleh pemilik peternakan

(37)

19

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam broiler non kemitraan atau mandiri yang terletak di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan yaitu skala usaha yang dikerjakan peternakan masih dalam lingkup peternakan skala rakyat dengan kapasitas produksi dibawah 15 000 ekor per siklus. Selanjutnya pengalaman kerja operasional pemilik peternakan dalam mengelola peternakan ayam broiler. Selain itu, dimana Kabupaten Bogor merupakan sentra peternakan ayam broiler terbesar di Provinsi Jawa Barat. Peternakan ayam broiler ini juga dipilih berdasarkan pertimbangan adanya potensi untuk pengembangan usaha karena bertambahnya permintaan dari pihak konsumen. Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan pemilik, tenaga kerja, dan masyarakat di sekitar lingkungan usaha peternakan. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan usaha yang dilakukan di peternakan baik dari aspek non finansial maupun dari aspek finansial.

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran studi pustaka dari berbagai literatur baik dari buku internet hasil publikasi dinas atau instansi pemerintah terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Bogor serta Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan LSI IPB dan berbagai pustaka lainnya seperti majalah jurnal dan skripsi terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu dengan cara pengamatan langsung atau observasi di lapangan serta melakukan wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada pihak pengelola peternakan yang terdiri dari pemilik dan karyawan serta instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencarian di internet dan studi literatur yang relevan. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), alat pencatat, dan alat dokumentasi elektronik (foto digital, dan foto handphone).

Gambar

Gambar 1  Hubungan antara NPV dan IRR  Sumber:  Nurmalina et al. (2014)
Gambar 2   Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakaan  ayam broiler di Desa Lulut Kabupaten Bogor
Gambar 3  Layout peternakan ayam broiler di lokasi penelitian
Gambar 4  Kandang pada peternakan ayam broiler                                 Sumber : Dokumentasi di lokasi penelitian, 2015  2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Format kelembagaan (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap) UPTSA, difungsikan sebagai frontline dari dinas-dinas yang ada untuk menjadi satu-satunya lembaga yang berhubungan dengan

Untuk “rule” dengan “premis” majemuk yang dihubungkan dengan operator ‘dan’ atau ‘atau’ dimana masing-masing memiliki nilai faktor kepastian sendiri- sendiri, maka

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penulis disini melakukan penelitian tentang etika bisnis islam di kalangan pedagang pasar manaqib di

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam

Berdasarkan hasil analisis video terhadap subjek penelitian kedua, diperoleh beberapa keunggulan dari subjek penelitian kedua, antara lain: Sudah percaya diri berdiri

Salah satu penyewaan yang ada pada JN Photograph Kudus dalam bidang fotografi adalah penyewaan kamera dan jasa fotografi.Pelayanan penyewaan yang ada saat ini

Musharakah. •   Walaubagaimanapun, dari perspektif undang-undang berdasarkan amalan standard di Malaysia, pihak yang terbabit di dalam Musharakah akan bersetuju

Beribu manfaat tentang informasi dan teknologi di bidang pendidikan dan kebudayaan bisa didapatkan oleh masyarakat melalui kanal-kanal di laman http://kemdikbud.go.id sesuai dengan