Kerangka pemikiran secara teoritis pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu konsep uji korelasi dan konsep multiplier effect. Penjelasan kedua konsep tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikut.
3.1.1 Konsep Uji Korelasi
Sugiyono (2011) mengungkapkan bahwa untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan positif bila suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatakan variabel yang lain dan sebaliknya bila nilai suatu variabel diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan negatif bila nilai suatu variabel dinaikkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain begitupun sebaliknya.
Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif sebesar sama dengan 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar adalah -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi sama dengan 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna artinya kejadian-kejadian pada variabel yang satu akan dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan (error) (Sugiyono 2011).
Menurut Sugiyono (2011) terdapat bermacam-macam teknik statistik korelasi yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis hubungan. Teknik korelasi yang digunakan tergantung pada jenis data yang akan dianalisis. Jenis statistik nonparametrik yang digunakan pada penelitian ini yaitu korelasi Pearson untuk data interval (karakteristik kondisi sosial ekonomi berupa umur dan pendapatan serta kondisi intensitas penggunaan pedestrian), korelasi Spearman untuk data
ordinal (persepsi kondisi lingkungan berupa kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan) serta korelasi Kendall Tau untuk data nominal (berupa jenis kelamin dan jenis pekerjaan).
3.1.2 Konsep Multiplier Effect
Menurut Cooper et al (1998), konsep multiplier didasarkan pada penjualan perusahaan yang membutuhkan pembelian dari perusahaan lain di dalam perekonomian lokal, seperti sektor industri ekonomi yang saling bergantung satu sama lain. Keunikan industri pelayanan jasa lingkungan terhadap perekonomian berupa dampak ganda (multiplier effect). Pelayanan jasa lingkungan memberikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri pariwisata, tetapi juga industri yang tidak langsung terkait dengan industri pariwisata. Analisis dampak ekonomi terkait dengan elemen-elemen penghasilan, penjualan dan tenaga kerja di daerah kawasan pembangunan jasa lingkungan. Analisis dampak ekonomi menelusuri aliran uang dari pengeluaran pengunjung terhadap kegiatan unit usaha (Cooper et al 1998) :
(1) Unit usaha dan pemangku kepentingan usaha selaku penerima pengeluaran wisatawan atau pengguna jasa lingkungan;
(2) Unit usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata atau pedagang;
(3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata atau jasa lingkungan dan industri penunjangnya.
Dampak secara langsung meliputi perubahan produksi terhadap perubahan belanja pengunjung. Dampak tidak langsung meliputi perubahan produksi yang dihasilkan dari pembelanjaan berbagai kegiatan berikutnya misalnya, perubahan penjualan, lapangan kerja dan penghasilan dalam industri. Nilai multiplier
ekonomi merupakan nilai yang menunjukan sejauh mana pengeluaran pengunjung akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya meningkatkan aktivitas ekonomi di tingkat lokal. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung
(indirect effect), dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan
Konsep multiplier dapat dilihat dari jenis dampak secara langsung, tidak langsung dan dampak lanjutan yang mempengaruhi akibat dari tambahan pengeluaran pengunjung ke dalam ekonomi lokal atau ekonomi nasional. Di bawah ini merupakan formula untuk menghitung nilai pengganda dari pengeluaran wisatawan (Marine Ecotourism for Atlantic Area 2001) :
(1) Lokal pendapatan Keynesian
Multiplier dimana nilai yang dihasilkan dari pengeluaran digandakan untuk
mengetahui penambahan dan pengurangan pendapatan lokal. Keynesian merupakan metode terbaik untuk merefleksikan keseluruhan dampak dari pengeluaran.
(2) Rasio pendapatan multiplier yakni nilai yang diperoleh dari peningkatan dan penurunan pendapatan langsung ekonomi lokal yang digandakan untuk memperoleh hasil peningkatan dan penurunan total pendapatan lokal.
Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk dari multiplier (Cooper et al 1998): 1. Transaksi (penjualan) multiplier yang mengukur jumlah tambahan
penghasilan bisnis ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung. Konsep ini sama dengan output multiplier.
2. Output multiplier mengukur jumlah output pendapatan ekonomi sebagai hasil
dari peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung. Perbedaan mendasar antara kedua multiplier ini bahwa output multiplier terlibat dengan perubahan-perubahan aktual dalam tingkat produksi dan tidak dengan jumlah dan nilai dari penjualan.
3. Income multiplier dimana mengukur tambahan pendapatan (upah dan gaji,
sewa, bunga dan keuntungan) dari ekonomi sebagai hasil peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung.
4. Employment multiplier dimana mengukur salah satu dari total jumlah
pendapatan pekerjaan berdasarkan dari unit pengeluaran pengunjung atau pekerjaan itu sendiri.
5. Government revenue multiplier yang mengukur dampak dari pendapatan
pemerintah dari berbagai sumber yang dihubungkan dengan peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Penerapan sistem transportasi di kawasan perkotaan akan sangat berpengaruh pada semakin baik atau buruknya kualitas lingkungan perkotaan. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan pengembangan transportasi perkotaan yang berorientasi pada pengembangan transportasi berwawasan lingkungan dimana salah satunya adalah memberikan prioritas yang tinggi terhadap pengembangan prasarana kendaraan tidak bermotor atau jalur pejalan kaki.
Pengembangan prasarana pejalan kaki saat ini dihadapkan pada permasalahan terbatasnya ruang milik jalan. Pengembangan kota yang dari awal tidak mempertimbangkan pejalan kaki serta penekanan pengembangan sistem jaringan pada kendaraan bermotor dan peningkatan jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) menyebabkan ruang untuk pengembangan prasarana pejalan kaki menjadi sangat terbatas. Jalan-jalan kota perlu diselamatkan dari dominasi mobil dan harus dikembalikan kepada para pejalan kaki dan kendaraan umum. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran sistem pedestrian yang baik menjadi penting adanya karena dapat berperan antara lain, mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor, mempermudah aksesibilitas sehingga menambah pengguna atau pengunjung terhadap kegiatan – kegiatan di sekitarnya serta mewujudkan terciptanya transportasi yang ramah lingkungan dengan meningkatkan kualitas udara dan mengurangi konsumsi energi penggunaan bahan bakar minyak.
Pada tahap perencanaannya, kehadiran pedestrian sering dirasa cukup selama mampu hadir dan dapat memfasilitasi pejalan kaki untuk sekedar berjalan (di luar jalan untuk kendaraan) tanpa benar – benar memfasilitasi dan berfungsi secara maksimal dimana mampu memenuhi faktor – faktor keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan fungsional. Adanya perbaikan pada beberapa aspek lingkungan dan meningkatkan dampak positif dari keberadaan pedestrian
path diharapkan dapat membuat kondisi pedestrian lebih baik dan nyaman sesuai kebutuhan pengguna jalan. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka pemikiran operasional terkait dengan penelitian disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
Keterangan :
Analisis metode penelitian yang digunakan Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional
Identifikasi Kondisi Umum Pedestrian Path Analisis Dampak Keberadaan Pedestrian Path Analisis Hubungan
Karakteristik dan Persepsi Responden Dengan Kondisi
Umum Pedestrian Path
Dampak Sosial Dampak Lingkungan Dampak Ekonomi
Rekomendasi Pengelolaan Pedestrian Path yang baik dan nyaman sesuai kebutuhan pengguna jalan. Analisis Deskriptif Multiplier Effect dan Perubahan Pendapatan Analisis Korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall Tau
- Belum menjadi prioritas dibanding moda transportasi lain.
- Sering terjadi konflik dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pengguna kendaraan umum. - Tidak tertibnya PKL dan pengguna kendaraan umum.
- Peningkatan jumlah kendaraan menambah polusi udara dan menimbulkan kemacetan. - Keselamatan pejalan kaki terganggu.
- Pemeliharaan pedestrian yang ada kurang baik dari pihak pengelola. Kawasan Stasiun KA Bogor sebagai pusat transportasi memiliki
volume kendaraan umum dan pengguna jalan yang tinggi
Membutuhkan keberadaan pedestrian path sebagai moda transportasi ramah lingkungan
Permasalahan Perlunya Keberadaan Pedestrian Path
Analisis Deskriptif