• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan, sehingga perusahaan dapat menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi risiko tersebut.

12

Konsep Risiko

Secara sederhana risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Setiap usaha pasti memiliki risikonya tersendiri, namun apakah risiko tersebut dapat dideteksi lebih dini atau dapat muncul dengan tiba-tiba, dan bila risiko tersebut terjadi apakah besarnya risiko dapat mempengaruhi usaha yang sedang dijalankan.

Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup perusahaan risiko tampak dalam kejadian-kejadian berikut: kegagalan penjualan barang yang sudah diproduksi, kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi secara mendadak, piutang-piutang yang tidak dapat ditagih, kebocoran kas perusahaan akibat ketidakjujuran karyawan, kegagalan produksi karena kerusakan mesin, dan hal-hal lainnya. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi (penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapakan. Jika menggunakan bahasa statistik hal ini dapat diartikan menjadi derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar posisi sentral atau disekitar titik rata-rata.

Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar antara risiko dan ketidakpastian (Robison and Barry, 1987). Robison dan Barry (1987) menjelaskan risiko adalah perluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluangdari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Risiko memiliki peluang dari suatu kejadian minimal terjadi dua kali kejadian.

Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan terjadinya risiko. Ketidakpastian itu sendiri memiliki pengertian situasi dimana seseorang tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi. Ketidakpastian merupakan hal yang penting bagi risiko agar dapat bertahan, namun bukan ketidakpastian yang diarahkan pada situasi penuh risiko. Jika peluang suatu kejadian tersebut tidak dapat diketahui yang dikarenakan tidak adanya informasi mengenai peluang dari suatu kejadian, sehingga peluang tersebut tidak dapat diukur, maka kejadian tersebut dikategotikan sebagai ketidakpastian.

Berdasarkan sifatnya, definisi risiko dan ketidakpastian itu bersifat subjektif. Hal tersebut dikarenakan risiko dan ketidakpastian dapat didefinisikan berdasarkan cara seorang pengambil keputusan memandang suatu kejadian berisiko. Bagi individu seorang petani suatu risiko melibatkan beberapa kombinasi kegiatan dengan hasil yang tidak pasti dengan tingkat pengembalian yang diharapkan berbeda. Dengan demikian, risiko tersebut dapat dihadapi oleh seorang pengambil keputusan yang membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil evaluasi dari perubahan risiko. Sehingga risiko dapat dengan mudah diukur oleh

13 pengambil keputusan berdasarkan pengalaman yang sudah dirasakanoleh pengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan dialaminya.

Setiap orang atau pelaku bisnis memiliki sikap tersendiri dalam menghadapi risiko. Sikap dan perilaku yang ditunkukkan memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni risk averse, risk neutral, dan risk taker.

Sumber-Sumber Risiko

Ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi perusahaan/petani baik secara langsung maupun tidak langsung (Harwood et. al, 1999). Sumber risiko tersebut antara lain :

1. Risiko pasar yaitu pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan output yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan alam seperti perubahan cuaca, serangan hama, dan gulma

3. Risiko institusional yaitu risiko yang terjadi karena adanya perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya seperti kebijakan bibit tanaman, kebijakan harga, maupun kebijakan ekspor-impor.

4. Risiko sumber daya manusia yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi perusahaan seperti kesalahan pencatatan data, kesalahan teknis dan human error.

5. Risiko financial yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang financial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan UMR (Upah Minimum Regional)

Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan berdasarkan beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang penyebab, 2) risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang aktivitas. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional. Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a) risiko murni versus risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c) risiko subjektif dan risiko objektif. Menurut Kadarsan (1992) risiko produksi di sektor pertanian dalam arti luas (tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibangingkan dengan risiko di sektor non pertanian karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Selain dipengaruhi oleh alam kemungkinan terjadinya risiko produksi lebih besar dapat didorong oleh sifat komoditi pertanian sendiri, antara lain membutuhkan ruang yang besar (voluminous), mudah rusak (perishable), dan tidak tahan lama (bulky).

14

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Menurut Darmawi (2004) perlunya mengukur risiko yaitu untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan untuk mengukur risiko yaitu, frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian itu. Yang ingin diketahui dari masing-masing dimensi tersebut yaitu rata-rata nilainya dalam periode anggaran; variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya; dampak keseluruhan dari kerugian- kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.

Pengukuran risiko dilakukan agar derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dapat diketahui dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko, pengukuran dampak, sehingga dapat diketahui status risiko yang terjadi. Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah kerugian perlu untuk diketahui, sehingga diperlukan metode pengukuran risiko. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran kemungkinan/probabilitas suatu risiko, yaitu metode poisson, metode binomial, metode nilai standar (z-score), dan metode aproksimasi. Semua metode tersebut memiliki kesamaan, yaitu samasama memerlukan data historis, namun metode poisson dan metode binomial memerlukan data yang diskrit atau dalam bentuk bulat. Oleh karena itu dalam perhitungan pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode nilai standar (z- score). Menurut Kountur (2008) metode yang efektif dalam pengukuran dampak risiko dikenal dengan istilah VaR (Value at Risk). VaR (Value at Risk) merupakan salah satu metode yang paling popular dalam manajemen risiko. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis dari usaha pada waktu sebelumnya (Kountur 2008). Setelah diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkan, langkah selanjutnya yaitu memetakan hasil yang didapat.

Teknik Pemetaan

Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi

15 Sangat Kecil Kecil Normal Besar Sangat besar Probabilitas % Kuadran I Kuadran II Kuadran IV Kuadran III Dampak (Rp)

Kecil Normal Besar

t bes

Sangat besar tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan. Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan. Strategi Penanganan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Kountur (2008) menyatakan bahwa dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah Proses Pengelolaan Risiko.

Gambar 3 Peta Risiko Sumber : Kountur (2008)

16

Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa konsekuensi dari risiko tersebut.Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Langkah selanjutnya adalah menangani risiko-risiko yang ada untuk memberikan tindakan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut, sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko yang diterapkan dalam perusahaan dapat meminimalkan risiko yang ada.

Menurut Kountur (2008) Strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.

1. Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi

Strategi mitigasi adalah strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari risiko yang ada.Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah : a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa usaha sehingga salah satu usaha terkena musibah, maka tidak akan menghabiskan seluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. Menurut Harwood et al. (1999), kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu, keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi lebih rumit.

b. Penggabungan

Penggabungan atau merger adalah usaha pengelolaan risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi penggabungan adalah merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (risk transfer) adalah cara pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Hal ini bertujuan apabila terjadi kerugian pada pihak perusahaan, maka yang menanggung kerugian adalah pihak lain. Beberapa cara untuk mengalihkan dampak atau kerugian kepada pihak lain adalah dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

17 3. Pemetaan Risiko

Penentuan alternatif strategi juga dapat menggunakan peta risiko. Teknik pemetaan risiko akan membagi sumber risiko dalam empat kuadran yang setiap kuadran memiliki skala probabilitas dan dampaknya masing-masing. Kountur (2008) menjelaskan, peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta daru dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemingkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil. Contoh layout peta risiko seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

a. Pengelolaan risiko preventif

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 2 dan 3. Penanganan risiko dengan menggunakan startegi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur, 2006). Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 4.

b. Pengelolaan mitigasi

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalisasi dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 dapat bergeser ke kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 4. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan

Sangat Kecil Kecil Normal Besar Sangat besar Probabilitas % Kuadran I Kuadran II Kuadran IV Kuadran III Dampak (Rp)

Kecil Normal Besar

gat be

Sangat besar

Gambar 4 Strategi preventif risiko Sumber : Kountur (2006)

18 Sangat Kecil Kecil Normal Besar Sangat besar Probabilitas % Kuadran I Kuadran II Kuadran IV Kuadran III Dampak (Rp)

Kecil Normal Besar

t be

Sangat besar dan pengalihan risiko (Kountur, 2006). Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 5.

Kerangka Pemikiran Operasional

Petani anggrek di Desa Rawakalong, Kabupaten Bogor merupakan salah satu penghasil anggrek terbesar di Jawa Barat. Petani anggrek dalam menjalankan usahanya menghadapi berbagai risiko, salah satunya risiko produksi. Risiko yang dihadapi dapat disebabkan oleh pengaruh cuaca dan iklim, hama dan penyakit, bibit, alat dan bangunan, sumber daya manusia dan lainnya. Adanya sumber risiko tersebut berdampak pada penurunan produktivitas petani. Penurunan produktivitas tersebut berakibat pada menurunnya jumlah produksi sehingga pendapatan petani berkurang. Penelitian ini akan mengkaji analisis risiko produksi yang dihadapi oleh petani anggrek, dalam penelitian ini akan dilakukan proses pengkajian faktor penyebab terjadinya risiko dalam usaha bunga anggrek yang dilakukan oleh petani anggrek di Desa Rawakalong. Analisis risiko yang digunakan terhadap risiko yang dihadapi petani yaitu melalui pendekatan Standard Deviation, perhitungan Z-score untuk mengetahui probabilitas dari setiap sumber risiko,dan Value at Risk untuk menganalisis dampak kerugian yang diderita petani akibat setiap sumber risiko yang ada. Sehingga akan diperoleh hasil yang akan diterapkan pada pemetaan risiko. Hasil dari pemetaan risiko tersebut akan dijadikan prioritas penyusunan alternatif strategi penanganan risiko yang dapat digunakan dalam mengatasi risiko yang terjadi pada petani anggrek Kecamatan Gunung Sindur. Untuk lebih jelas pada alur pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Mitigasi risiko Sumber : Kountur (2006)

19

Dokumen terkait