Pendidikan merupakan suatu yang hakiki dan mutlak harus diperoleh warga negara serta wajib disediakan oleh negara dalam rangka menunjang proses pembangunannya, baik berupa pembangunan fisik ataupun pembangunan sosial budaya termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Telah jauh sebelumnya pertanyaan yang menyelimuti dunia pendidikan nasional kita banyak sekali dipertanyakan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang pasti akan dilalui oleh setiap manusia di dunia ini, baik melalui pendidikan formal, non formal maupun informal. Kita tentunya sering mendengar kata
“pendidikan”, kita juga paham akan pentingnya pendidikan dalam hidup manusia (Rosalin Elin:28).
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa.Perpaduan dari kedua unsure manusiawi ini melahirkan Interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada proses belajar mengajar keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan member masukan. Karena ituah proses belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan ( Pupuh& Sobry, 2007:8).
Kimble dan Garmezy menurutnya, belajar adalah suatu kecendrungan dalam mengubah tingkah laku yang secara relatif bersifat permanent dan sebagai hasil dari praktik yang bersifat menguatkan (Burhan Nurgiyantoro, 1988: 58).
72 James.O. Withaker mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, disamping itu juga diartikan sebagai proses sebagian tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui proses latihan (Dewi Ketut Sukardi, 1983:17)
Dari definisi-definisi belajar di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu;
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
Upaya proses pendidikan melalui pencapaian rencana pembelajaran yang optimal adalah konsukuensi dari guru profesional dengan hasil akhir yang semestinya sesuai dan selaras dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang dimaksud berdasarkan standarisasi peraturan hukum positif (hukum yang berlaku). Guru sebagai pendidik dalam hal ini harus mampu menyusun program pembelajaran dengan baik.
Dalam penyusunan Program Pembelajaran yang baik tersebut, pendidik harus memahami dan menguasai beberapa komponen yang ada, diantaranya adalah metode, media dan sumber pembelajaran. Dengan menguasai seperangkat komponen pembelajaran maka tupoksi wajib perencanaan program pembelajaran diharapkan akan menjadi lebih efektif,terarah,teratur dan sistematis (Arni Fajar, 2002: 57).
Kata metode berasal dari bahasa latin yaitu “methodo” yang berarti “jalan”. Winarno Surachmad (1980:76) menyatakan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Lebih jelas lagi ia menyatakan bahwa metode mengajar adalah cara – cara pelaksanaan proses belajar mengajar, atau bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid- murid di sekolah.
73 Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif (Ibid, Hal: 58).
Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru dituntut untuk menguasai macam macam metode mengajar sehingga dapat menentukan metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajarannya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru betul-betul menjadi milik siswa.
Menurut Ida Badariyah Almatsir (Lukmanaul Hakim ,2011:52) ada beberapa faktor yang ikut berperan dalam menentukan efektif tidaknya suatu metode mengajar. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pengajaran 2. Bahan pengajaran 3. Siswa yang belajar
4. Kemampuan guru yang mengajar 5. Besarnya jumlah siswa
6. Alokasi waktu yang tersedia 7. Fasilitas yang tersedia 8. Media dan sumber 9. Situasi pada suatu saat 10. Sistem evaluasi
Senada dengan Husein Akhmad dkk( Winarno 1980;58) bahwa seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan faktor –faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut diantaranya yaitu pengajar (guru), siswa, tujuan yang akan dicapai, materi atau bahan, waktu, dan fasilitas yang tersedia.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang sangat lekat dengan lekat dengan hafalan.Banyaknya alur peristiwa menyebabkan kegiatan menghafal tidak dapat dihindari.Keadaan ini seringkali menyebabkan siswa sekedar menghafal tanpa memahami inti
74 dari pelajaran. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi para guru dan tentunya bagi siswa di masa yang akan datang.
Metode pengajaran aplikatif dan melibatkan siswa secara aktif merupakan kunci dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).mengkritisi berita faktual dan isu – isu yang sedang berkembang di masyarakat, mengajak siswa untuk menjadi aktor dalam sebuah situasi, dan mengajak siswa untuk bertukar argument merupakan pilihan cara mengajar kreatif agar siswa tidak hanya sekedar hafal, melainkan juga sepenuhnya memahami materi pengetahuan sosial yang sedang diajarkan(Sumiati Asra, 2002: 47).
Metode pengajaran kreatif tersebut dapat berjalan efektif tanpa melupakan satu hal yaitu, pengetahuan siswa terkait manfaat dari materi yang sedang dipelajari. Dalam hal ini, guru IPS harus mampu mengkomunikasikan manfaat dibalik pembelajaran materi kepada siswa di masa depan. Sehingga siswa dapat termotivasi dan memiliki kesadaran bahwa pengetahuan sosial merupakan hal penting untuk dimiliki dan dipahami.
Setelah memilih metode pengajaran IPS kreatif yang dinilai cocok dengan karateristik anak didik, maka semua kembali berujung pada evaluasi. Cara evaluasi kemampuan murid di pelajaran IPS perlu diperhatikan, karena seperti yang disampaikan oleh Pak Isna Puryanta dalam blognya (botaksaktiblogspot.com) : “Pelajaran apapun bisa berujung hafalan manakala evaluasinya juga hanya tentang hafalan.”
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat untuk mencapai tujuan tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat sekolah. IPS adalah bidang studi yang mempelajari , menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Yaba, 2006:29 )
75 Dalam rangka menghadapi era yang serba tekhnologi ini Pembelajaran IPS akan semakin tenggelam sebagai dampak globalisasi , hal ini dikarenakan ketika siswa tidak cocok lagi dengan cara penyampaian materi yang dilakukan guru di Sekolah. Disisi lain guru – guru IPS di sekolah amatlah susah dalam menempatkan diri dalam era globalisasi ini, salah satu faktor yang menyebabkan begitu sulitnya untuk beradaptasi adalah dengan kemampuan SDM guru yang amat minim dalam penguasaan dan pemahaman tentang berbagai macam jenis metode pembelajaran.
Kesan bahwa mata pelajaran IPS sangat padat dan luas akan memperlihatkan kesan kepada siswa bahwa pembelajaran IPS cenderung sulit dan membosankan, Ilmu Pengetahuan Sosial hendaknya berlangsung secara efektif bahkan kalau perlu langsung berhadapan dengan sumber-sumber belajar yang ada dalam kehidupan bermasyarakat(Ibid, Hal:30).
76 Bagan 1.Bagan Proses Pembelajaran Dengan Menggunakan
Metode Advokasi
Bagan diatas menjelaskan proses belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran di kelas bisa berjalan efektif dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal apabila dalam prosesnya siswa mengikuti pembelajaran di kelas dengan Suasana yang rileks dan nyaman sehingga siswa termotivasi dalam belajarnya.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran salah satu diantaranya adalah metode Advokasi. Metode Pembelajaran Advokasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered advocacy learning) sering diidentikkan dengan proses debat. Pembelajaran Advokasi dipandang sebagai suatu pendekatan
Kurang efektifnya suasana kelas : ribut, siswa tidak termotivasi mengikuti proses pembelajaran di kelas, dan kurangnya pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari .
Proses Belajar Siswa di Kelas(Study Centered
Learning)
Penerapan Metode Advokasi
Efektivitas Proses Pembelajaran
77 alternatif terhadap pengajaran didaktis di dalam kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari isu-isu sosial dan personal melalui keterlibatan langsung dan partisipasi pribadi.Metode pembelajaran Advokasi menuntut para peserta didik terfokus pada topik yang telah ditentukan sebelumnya dan mengajukan pendapat yang bertalian dengan topik tersebut.
Jadi pada dasarnya model pembelajaran Advokasi sangat berharga untuk meningkatkan pola pikir dan perenungan, terutama jika peserta didik dihadapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan mereka sendiri. Hal ini juga merupakan pembelajaran debat yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik di dalam kelas tidak hanya mereka yang berdebat (Oemar Hamalik,2001:228 ).