• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka berfikir ini disusun secara rasional menurut konsep dan teori yang ada dengan penemuan permasalahan ketika diimplementasikan. Proses alur pikir peneliti dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut :

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan : Gambar 2.4

Fenomena Umum :

1. Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 78

2. PP No. 47 Tahun 2008

3. Instruksi Presiden No.15 Tahun 1974 EVALUASI PROGRAM PELATIHAN PENYUSUNAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK Fenomena Khusus :

1) Tujuan program pelatihan yang akan dicapai terlalu umum.

2) Kriteria peserta pelatihan kurang diperhatikan berdasarkan analisis kebutuhan.

3) Kurang sesuainya contoh penyampaian materi yang dilakukan pelatih terhadap peserta diklat. 4) Sejauh mana peserta pelatihan yang

sudah mengikuti pelatihan mengaplikasikan pelatihan tersebut, pihak lembaga belum bisa secara

Fokus Penelitian

Context

Input

Process

Product Terlatihnya keterampilan tenaga

pendidik dalam menyusun atau mendesain bahan ajar berbasis TIK

= Garis utama (titik awal yang akan diteliti) = Garis penghubung (saling berhubungan) = Garis pendukung (yang akan dicapai) = Garis yang menjadi fokus kajian

Kerangka pikir yang terdapat dalam gambar 2.4 tersebut merupakan alur berpikir yang melandasi pemikiran penelitian analisis evaluasi program pelatihan di lembaga diklat yang diawali oleh perundang-undangan yang menjelaskan mengenai evaluasi , yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 78 mengenai evaluasi pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 pasal 8 dan Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974. Selain adanya peraturan perundang-undangan tersebut, dalam penelitian ini juga terdapat banyak fenomena-fenomena khusus yang terjadi diantaranya: tujuan program pelatihan yang akan dicapai terlalu umum, penunjukkan peserta pelatihan kurang diperhatikan berdasarkan analisis kebutuhan, kurang sesuainya contoh penyampaian materi yang dilakukan pelatih terhadap peserta diklat, sejauh mana peserta pelatihan yang sudah mengikuti pelatihan mengaplikasikan pelatihan tersebut, pihak lembaga belum bisa secara cepat mengevaluasi.

Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, maka akan menjadi bahan dasar dalam melakukan analisis evaluasi program pelatihan di lembaga diklat. Analisis evaluasi dilihat dari komponen context, input, process, dan product. Maksud evaluasi context ini adalah upaya menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan. Adapun evaluasi input merupakan gambaran penyediaan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan program. Evaluasi process merupakan gambaran pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi perencanaan. Sedangkan evaluasi product adalah ambaran pengukuran dan menginterpretasi pencapaian program selama pelaksanaan program dan pada akhir program. Sehingga dalam menganalisis dengan model evaluasi CIPP ini bermaksud untuk menganalisis evaluasi program pelatihan di lembaga diklat agar menjadi efektif dan efisien.

C. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian berjudul “Evaluasi Penyelenggaraan Program Pelatihan Reguler Di UPTP Balai Latihan Kerja Industri Makassar Periode 2010”. Pengarang Satriana Maraya (E211 07 023). Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga komponen pembentuk kompetensi yakni pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Setelah melakukan penelitian, evaluasi penyelenggaraan program pelatihan reguler periode 2010 yang difokuskan pada dampaknya, maka dapat dikatakan program pelatihan reguler telah mencapai tujuan yakni dapat mewujudkan tenaga kerja yang berkompeten dibidangnya. Hal ini dapat dilihat dari para alumni program pelatihan reguler di Balai Latihan Kerja Industri Makassar Periode 2010 yang telah memiliki pengetahuan, keterampilan dan mampu menerapkan sikap kerja yang baik sehingga dapat dikatakan berkompeten dibidangnya. Namun demikian diharapkan program pelatihan reguler di Balai Latihan Kerja Industri Makassar perlu lebih ditingkatkan lagi sehingga tetap dapat mewujudkan tenaga kerja yang berkompeten dibidangnya.

2. Penelitian berjudul “Evaluasi Program Intensive Course (IC) di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (Penelitian Evaluasi Berbasis Model CIPP)”. Pengarang Nyoman Pasek Hadisaputra S2 Pengembangan Kurikulum. Hasil dari penelitian evaluasi ini memperlihatkan: 1) Tujuan inti program IC sesuai dengan hasil analisis kebutuhan, akan tetapi dalam analisis kebutuhan stakeholder juga membutuhkan kompetensi lainnya untuk dimasukkan ke dalam program IC nantinya seperti kompetensi linguistik, kepribadian, dan sosial, 2) Desain program IC secara umum sesuai dengan tujuan program IC, hanya saja komponen pengembangan materi perlu disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan, 3) Proses pelaksanaan program IC secara umum sesuai dengan tujuan program IC, akan tetapi monitoring dan evaluasi terhadap program IC perlu dilakukan, 4) Hasil pembelajaran program IC selama dan setelah pelaksanaan program sesuai dengan tujuan program IC, dan 5) Terdapat beberapa aspek yang cukup berhasil dan yang masih perlu perbaikan dalam program ini. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti merekomendasikan: a) Penyesuaian tujuan program IC dengan kebutuhan stakeholders, b) Mengembangkan materi yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders tersebut, dan c) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program IC secara berkala. Perubahan yang bersifat neomobilisitic dalam hal tujuan, materi (content), metode pembelajaran (teaching methods), dan evaluasi harus dilakukan terhadap program IC dalam usaha memenuhi kebutuhan para stakeholder saat ini.

3. Jurnal berjudul “Evaluasi Program Pelatihan Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (Studi Penelitian Evaluatif dengan Model Evaluasi CIPP di Kabupaten Bantul)”. Pengarang Gunawan Yuliyanto S2 Penyuluhan dan Pembangunan PPs Pascasarjana UNS. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif, dengan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process dan Product) dari Stufflebeam. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Program pelatihan pembekalan relevan dengan kebutuhan peserta, Analisis Kebutuhan Latihan perlu dilakukan lebih cermat, Materi pelatihan termasuk kategori sangat relevan dengan kebutuhan peserta (45,4%); 2) Katagori sarana pelatihan baik (45,5%), Pengelolaan program dalam katagori baik (54,5%); 3) Karakteristik pendidikan peserta 77,27% berpendidikan SMK, Kemampuan fasilitator perlu ditingkatkan dalam hal Icepelatihan/memotivasi peserta; 4) Kualitas pelaksanaan program termasuk katagori baik (45,5%); 5) Manfaat program pelatihan pembekalan bagi peserta termasuk katagori baik (45,4%); 6) Keterampilan THL TBPP melakukan penyuluhan di lapangan dinilai oleh Pengurus Kelompok Tani maupun Pimpinan BPP dalam katagori baik (45,5%), pada aspek pengetahuan teknis pertanian dan pembuatan media penyuluhan perlu ditingkatkan.

Dokumen terkait