Menurut Babbie (1986: 558) dalam (Sudjana, 2007: 313) kuesioner adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan (questions) atau pernyataan (statement) yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.
Kuesioner, menurut jenisnya, dapat dibagi ke dalam kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, dan kuesioner gabungan (tertutup dan terbuka).
a) Kuesioner tertutup terdiri atas stem (pertanyaan dan/atau pernyataan) yang jawabannya telah disediakan sebagai pilihan (option) jawaban pada setiap pertanyaan atau pernyataan. Responden dapat memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat dan kehendaknya. Kelemahan jenis kuesioner tertutup adalah bahwa pilihan jawaban dapat membatasi kebebasan responden. Responden harus memilih jawaban-jawaban tertentu yang telah disediakan.
b) Kuesioner terbuka terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang memberi kebebasan kepada responden untuk mengemukakan berbagai alternatif jawaban menurut pikiran dan cara responden dalam mengemukakan jawaban masing-masing.
c) Kuesioner gabungan (tertutup dan terbuka) terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang mengkombinasikan jawaban-jawaban yang telah disediakan dan harus dipilih, serta jawaban bebas.
Kuesioner yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Stem (pertanyaan atau pernyataan) ditulis dengan menggunakan kata-kata, istilah, atau kalimat yang jelas, tegas, sederhana, sopan, dan mudah dimengerti oleh responden.
b) Setiap stem dikemukakan secara khusus, mengandung satu pengertian sehingga tidak rancu bagi responden.
c) Setiap pertanyaan atau pernyataan tidak mengandung unsur sugesti sehingga responden seakan-akan merasa diarahkan untuk memilih suatu jawaban tertentu.
d) Option (pilihan jawaban) dikemukakan dengan tegas, mengandung daya pembeda yang jelas antara satu pilihan jawaban dengan pilihan jawaban yang lain, setiap pilihan jawaban berdekatan atau serumpun dan homogen.
e) Format dan isi kuesioner menarik perhatian responden. Kuesioner memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan dari kuesioner yaitu:
a) Penggunaan kuesioner menghemat biaya pengumpulan data apabila dibandingkan dengan teknik interview terhadap responden yang tersebar luas dan jumlahnya.
b) Menghemat waktu karena kuesioner dapat disebarkan kepada orang banyak secara serempak.
c) Kuesioner dapat diisi oleh responden sesuai dengan waktu yang disediakan bagi mereka.
d) Kerahasiaan jawaban responden dapat terjaga dengan baik. e) Kata dan istilah yang digunakan adalah seragam untuk semua
responden.
f) Tidak terdapat bias yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan diri para evaluator yang menyebarkan kuesioner. g) Responden yang dikirimi kuesioner melalui surat dapat
memberikan informasi yang akurat dengan mencari sumber informasi lain sebelum menjawab pertanyaan secara tertulis. Sebaliknya, kuesioner mempunyai beberapa kelemahan yaitu: a) Cara mengumpulkan data tidak fleksibel.
b) Respon terhadap kuesioner rata-rata rendah c) Perilaku hanya diungkapkan dengan kata-kata. d) Tidak dapat mengontrol lingkungan.
e) Tidak dapat mengontrol ketepatan urutan pertanyaan. f) Banyak pertanyaan yang mungkin tidak dijawab.
g) Tidak dapat menghimpun jawaban spontan dari responden. h) Tidak dapat menjamin ketepatan alamat responden.
i) Tidak dapat mengontrol ketepatan waktu pengembalian kuesioner dari responden.
j) Tidak dapat menggunakan format kuesioner yang rumit. k) Kemungkinan terjadinya penyimpangan sampel.
2) Wawanacara (interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee). Penanya (interviewer) melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Kegiatan wawancara melibatkan empat komponen yaitu isi pertanyaan, pewawancara, responden, dan situasi wawancara. Isi
pertanyaan yang dimuat dalam pedoman wawancara berisi sejumlah daftar yang akan disampaikan langsung kepada responden.
Dalam melakukan wawancara, pewawancara atau penanya, perlu memiliki karakteristik sosial yang dapat menarik perhatian dan minat responden, memiliki reputasi menurut pandangan responden, dan memiliki keterampilan berkomunikasi dan memotivasi, nserta dapat menumbuhkan rasa aman bagi responden.Penanya harus perlu memahami kemampuan responden dalam menangkap pertanyaan dan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penanya. Penanya perlu menggunakan istilah yang dapat dipahami oleh responden.
Menurut Sudjana, (2007 : 325) ada yang perlu diperhatikan oleh penanya atau pewawancara dalam pelaksanaan wawancara yaitu:
a) Persiapan
Dalam tahap persiapan, penanya harus memahami dan menguasai pedoman wawancara, mencatat pokok-pokok pertanyaaan dengan baik, sehingga pada waktu wawancara penanya tidak membacakan daftar pertanyaan kepada responden. Penanya perlu mengenal pribadi responden, perlu disiapkan pula jumlah responden yang akan diwawancarai, dan dengan siapa penanya akan mengadakan kunjungan kepada
responden. Kegiatan teknis administratif pun perlu dipersiapkan oleh pengelola atau penanya seperti penjadwalan, pemberitahuan kepada calon responden, alat perlengkapan yang diperlukan, dan perizinan.
b) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, penanya akan melakukan dua kegiatan yaitu:
(1) Memperkenalkan diri kepada responden dan diikuti dengan menjelaskan maksud kunjungan kepada responden.
(2) Pada saat mengajukan pertanyaan, penanya perlu menggunakan urutan pokok-pokok pertanyaan melalui obrolan yang rileks. Apabila diperlukan ulangi lagi atau jelaskan pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden.
c) Penutup
Pada tahap penutup, penanya perlu menyampaikan ucapan terima kasih atas kesediaan responden, dan atas keterangan yang diberikan responden. Penanya hendaknya memeriksa kelengkapan jawaban sebelum berpamitan kepada responden. Menurut Sudjana (2008 : 197) terdapat sepuluh macam kelebihan teknik wawancara bila dibandingkan dengan teknik lainnya.
a) Penggunaan teknik wawancara dapat dilakukan secara fleksibel sehingga memungkinkan untuk pengulangan atau modifikasi pertanyaan yang dirasa kurang jelas oleh responden, dan adanya peluang untuk melakukan “probing” oleh penanya kepada responden.
b) Intensitas respon terhadap pertanyaan yang diperoleh melalui wawancara lebih tinggi dibandingkan dengan respon melalui kuesioner.
c) Memungkinkan bagi penanya untuk memperoleh data penguat lain melalui mimik atau perilaku responden (non verbal behavior) dalam menjawab pertanyaan.
d) Dapat mengontrol lingkungan yang mungkin mengganggu wawancara seperti hubungan yang kurang mendukung, suara gaduh, dan kekurangsiapan responden untuk diwawancarai. e) Penanya dapat menyusun urutan pertanyaan sesuai dengan
arah pembicaraan antara penanya dengan responden.
f) Penanya dapat mengakomodasi jawaban spontan yang informatif dari responden.
g) Hanya responden sendiri yang menjawab pertanyaan secara langsung tanpa harus dibantu dengan orang lain yang mungkin dapat mempengaruhi jawabannya.
h) Memungkinkan penanya dapat memperoleh jawaban secara menyeluruh untuk setiap pertanyaan.
i) Penanya dapat mengatur waktu yang tepat dan menggunakan tempat yang cocok untuk melakukan wawancara.
j) Dapat digunakan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan bagan, grafik, dan bulkonah (bulatan, kolom dan panah), dan sebagainya.
Namun wawancara mempunyai beberapa kelemahan yang dikemukakan oleh Sudjana (2008 : 198) seperti berikut:
a) Biaya pengumpulan data melalui wawancara, apabila respondennya banyak, pada umumnya lebih besar bila dibandingkan dengan biaya pengumpulan data melalui kuesioner. Tenaga lapangan, supervisor, pelaksana, penentuan sampel membutuhkan biaya yang lebih besar. b) Pelaksanaan wawancara dan perjalanan menemui responden
sering memerlukan waktu lebih lama dari waktu yang disediakan sesuai rencana.
c) Wawancara mungkin akan bias dengan cara mendesak responden dalam menjawab pertanyaan, pencatatan jawaban mungkin tidak lengkap, lebih-lebih apabila tidak tersedia waktu untuk mengulang pertanyaan, dan kemungkinan status,
jenis kelamin, usia, pakaian, dan penampilan penanya dapat mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan. d) Responden tidak memiliki kesempatan untuk mencari
informasi dari sumber lain sebelum atau sewaktu menjawab pertanyaan.
e) Kemungkinan waktu wawancara kurang cocok dengan kondisi responden seperti responden sedang dalam keadaan kurang sehat, perasaan tegang, udara panas, banyak kerumunan orang, dan gangguan lainnya, sehingga jawaban responden ti8dak diperoleh secara wajar atau apa adanya. f) Kerahasiaan responden kurang terjamin. Nama dan alamat
responden dan situasi kehidupannya diketahui oleh penanya. Keadaan demikian sering dirasakan sebagai “tekanan” oleh responden.
g) Kalimat dan istilah yang digunakan penanya kadang-kadang tidak seragam untuk seluruh responden sehingga sering menyulitkan untuk membandingkan kesamaan atau perbedaan jawaban dari setiap responden.
h) Wawancara tidak dapat menjangkau responden dalam jumlah besar dan dalam wilayah yang luas.
3) Pengamatan (Observation)
Obserrvasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak menggunkan perkataan atau tidak disertai dengan komunikasi lisan. Taknik ini pada umumnya melibatkan penglihatan terhadap data visual, observasi dapat pula melibatkan indera lainnya seperti pendengaran, sentuhan atau rabaan, serta penciuman. Teknik observasi sering digunakan sebelum melakukan survei atau pemakaiannya dapat digabungkan dengan teknik studi dokumentasi dalam evaluasi program.
Menurut Sudjana (2006:200) teknik observasi memiliki beberapa keunggulan yaitu:
a) Teknik observasi dilakukan tanpa harus berbicara. Evaluator dapat menggunakan catatan lapangan atau rekaman gambar
tentang tingkah laku, peristiwa, atau keadaan yang diobservasi.
b) Objek yang diobservasi berada dalam lingkungan alamiah, bukan lingkungan yang dimanipulasi sehingga data yang dihimpun melalui teknik observasi akan objektif.
c) Analisis data dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam rentang waktu tertentu (longitudinal analysis) sehingga memungkinkan bagi evaluator untuk melakukan observasi lebih lama dibandingkan dengan pengumpulan data melalui metode survei atau eksperimen.
Adapun kelemahan dari teknik observasi yaitu:
a) Kelemahan dalam pengontrolan terhadap variabel luar (extranuous variable) yang mungkin mempengaruhi data yang terhimpun melalui observasi.
b) Kesulitan membuat kuantifikasi data karena pengukuran dalam observasi pada umumnya terjadi melalui persepsi evaluator terhadap data yang bukan kuantitatif.
c) Sampel terlalu kecil sehingga sulit untuk menarik generalisasi dan untuk membandingkan data yang diperoleh melalui observasi dengan data lainnya.
d) Tidak mudah untuk memperoleh izin mengobservasi. Pengamatan dalam situasi alamiah sering dilakukan dalam lingkungan terbatas seperti kelompok tertentu, lembaga pemerintah, perusahaan, dan lembaga swadaya masyarakat. Evaluator sering mengalami kesulitan untuk memperoleh persetujuan dari pihak-pihak tersebut untuk melakukan observasi.
e) Kesulitan dalam mengobservasi peristiwa yang mengandung isu yang sensitif dan dalam menjaga kerahasiaan nama orang-orang yang diobservasi.