ANALISIS KELAYAKAN INSTALASI PENGELOLAAN
DAFTAR LAMPIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam
3.1.1 Pengertian Proyek
Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan pengelolaan yang baik dalam penanggulangan sampah tersebut. Salah satunya dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat meningkatkan nilai dan manfaat dari sampah tersebut. Adanya analisis proyek diperlukan agar proyek pengelolaan sampah tersebut bisa terus berlanjut.
Tujuannya dilakukan analisis proyek : 1. Mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi di dalam proyek, 2. Menghindari pemborosan sumber daya dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat dipilih aternatif proyek yang paling menguntungkan, 4. Menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992)
Proyek menurut Gray, et al (1992) didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat berupa penambahan kesempatan kerja atau perbaikan suatu sistem, sedangkan menurut Gittinger (1986), proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.
Alasan dilakukan analisis terhadap proyek pada dasarnya adalah untuk mencoba menentukan atau menilai manfaat yang diperoleh akibat dari
pengeluaran biaya dari adanya proyek dan membandingkannya dengan situasi tanpa proyek. Dari analisa suatu proyek juga dapat diketahui apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungannya.
Tujuan analisis proyek menurut Gray, et al (1993) adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas proyek.
3.1.2 Identifikasi Manfaat dan Biaya
Dalam menentukan manfaat dan biaya suatu program/proyek harus dilihat secara luas pada manfaat dan biaya sosial dan tidak hanya pada individu saja. Manfaat dan biaya dapat dikelompokkan dengan berbagai cara karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (Mangkoesoebroto, 1998), salah satunya yaitu membagi manfaat dan biaya suatu proyek secara riil dan semu. Manfaat dan biaya riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat atau biaya bagi pihak lain, sedangkan manfaat dan biaya semu adalah yang hanya diterima oleh kelompok tertentu, tetapi kelompok lainnya mendapat keuntungan atau kerugian karena proyek tersebut. 1. Biaya
Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang dapat membantu tujuan (Gittinger, 1986). Dalam suatu analisis finansial, biaya yang umumnya digunakan adalah biaya
langsung yaitu biaya operasional, biaya investasi, dan biaya lainnya. Manfaat lebih berupa nilai produksi total, pinjaman, nilai sisa, dan pendapatan lainnya.
Secara umum menurut Gittinger (1986), analisis biaya manfaat merupakan suatu analisis yang ditujukan untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diterima pada suatu kegiatan ekonomi. Analisis ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan mengenai pengalokasian sumber daya yang langka.
Pentingnya mengukur biaya secara akurat sering diabaikan dalam analisis manfaat dan biaya. Hasil dari suatu analisis menjadi kurang baik akibat memperkirakan biaya yang terlalu besar atau memperkirakan manfaat yang terlalu rendah. Negara-negara berkembang yang masih mengutamakan pertumbuhan ekonomi lebih cenderung melihat manfaat suatu proyek atau program terhadap pertumbuhan dan mendistribusikan biaya yang muncul ke setiap kelompok masyarakat. Negara-negara maju, khususnya program yang berhubungan dengan lingkungan hidup, sering lebih memperhatikan biaya sehingga analisis dimaksudkan untuk landasan memperkirakan biaya secara akurat.
2. Manfaat
Pada dasarnya analisis biaya-manfaat merupakan suatu cara untuk menghitung manfaat-manfaat yang akan diperlukan dan kerugian-kerugian yang harus ditanggung akibat dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam analisis biaya manfaat juga dilakukan perhitungan terhadap biaya dan manfaat yang akan diterima oleh masyarakat dan individu. Analisis biaya manfaat yang ditujukan untuk melihat di suatu proyek dari sudut pandang kelembagaan atau badan-badan
yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek tersebut dilakukan analisis finansial.
Menurut Gittinger (1986), manfaat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya. Menurut Kadariah, et al, (1999), manfaat dan biaya dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Manfaat langsung yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik dan penurunan biaya. Manfaat langsung berhubungan dengan tujuan utama dari proyek. Manfaat langsung timbul karena meningkatnya hasil atau produktivitas karena adanya proyek.
2. Manfaat tidak langsung yang disebabkan oleh adanya proyek tersebut biasanya dirasakan oleh orang tertentu serta masyarakat berupa adanya efek ganda, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja.
3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan kualitas lingkungan hidup.
3.1.3 Analisis Finansial
Analisis finansisal dilakukan dengan tujuan untuk melihat suatu hasil kegiatan investasi. Analisis finansial merupakan analisis manfaat biaya yang berpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya.
Analisis finansial didasarkan pada suatu keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan yang sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat
segera melakukan penyesuaian apabila proyek berjalan menyimpang dari rencana semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan analisis cash flow (Gittinger, 1986). Cash flow analysis
dilakukan setelah komponen-komponen ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penghasilan atau manfaat.
3.1.4 Kriteria Investasi
1. Nett Present Value (NPV)
NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun internal cash flow) dimasa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2000). Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari pada biaya yang diperlukan. Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek yang dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya adalah (Gittinger, 1986) :
NPV = 0
(1
)
T t t t tM
B
i
=−
+
∑
dengan :NPV : nilai bersih sekarang i : tingkat diskonto t : umur proyek
t : tahun = 0, 1, 2, . . . , T Mt : Manfaat pada tahun t
Bt : Biaya pada tahun t
Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPV tertinggi adalah proyek yang mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan proyek tergantung dari tingkat diskonto yang dipilih. Pemilihan tingkat diskonto haruslah mencerminkan biaya oportunitas pengunaan dana.
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah sebagai berikut : i) NPV > 0, artinya proyek tersebut layak untuk dilaksanakan secara finansial
karena manfaat yang didapat lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. ii)NPV = 0, artinya proyek tersebut bisa dilaksanakan, tetapi manfaat yang
diterima hanya sanggup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
iii)NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang didapat tidak bisa menutupi biaya yang telah dikeluarkan
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat bunga yang apabila dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek (Kadariah et al, 1999). Proyek dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang dianggap relevan dan dinyatakan tidak layak jika lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan. Dengan metode ini tingkat diskonto dicari sehingga menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan adalah (Gittinger, 1986) :
IRR = − − + (iN iP) NPVN NPVP NPVP iP dengan :
iP : tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif iN : tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPVP : nilai bersih sekarang dari iP NPVN : nilai bersih sekarang dari iN
Proyek yang mempunyai nilai IRR yang lebih tinggi yang mendapat prioritas, walaupun demikian, pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup hanya dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat pengembaliannya (rate of return) harus lebih besar dari biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu proyek akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (IRR) dan tingkat diskonto (i). Tingkat diskonto disebut juga sebagai external rate of return, merupakan biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan dengan tingkat pengembalian investasi. Investor akan melaksanakan semua proyek yang mempunyai IRR ≥ i dan tidak melaksanakan investasi pada proyek yang mempunyai IRR < i.
3. Nett Benefit Cost Ratio (NBCR)
Nett B/C merupakan angka perbandingan anatara jumlah present value
yang positif dengan jumlah present value yang negatif, artinya perhitungan ini berguna untuk mengetahui nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Proyek dikatakan layak jika Nett B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika lebih kecil dari satu. Jika Nett B/C sama dengan satu maka keputusan diserahkan kepada pihak manajemen.
N B/C =
∑
∑
= = + − + − n t t n o t t i Ct Bt i Ct Bt 0 (1 ) ) 1 ( ; dimana 0 0 > − > − Ct Bt Ct Bt dengan :Ct : biaya yang dikeluarkan pada tahun t t : umur proyek
I : tingkat diskonto
Proyek yang akan dijalankan adalah proyek yang memiliki nilai Nett B/C lebih dari satu, sedangkan yang memiliki nilai kurang dari satu tidak akan dijalankan (Gittinger, 1986).
4. Payback Period
Payback period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar manfaat yang diterima sama besarnya dengan investasi yang dikeluarkan (Zubir, 2005). Kriteria investasi ini mengukur jangka waktu pengembalian biaya investasi maupun manfaat bersih negatif, melalui pendapatan bersih yang diperoleh. Terkait dengan hal ini, semakin singkat payback period suatu investasi menunjukan investasi tersebut lebih diprioritaskan oleh investor dan semakin baik untuk dilakasanakan.
3.1.5 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi memiliki kesamaan dengan analisis finansial dalam perhitungan NPV, Nett B/C serta IRR, namun ada beberapa unsur yang berbeda dalam penilaiannya, yaitu pembayaran transfer dalam analisis ekonomi terkait atas pajak dan subsidi.
a. Pajak
Dalam analisis ekonomi, pajak tidak dikurangi dalam perhitungan benefit dari proyek tersesbut. Pajak adalah bagian dari hasil bersih proyek yang diserahkan kepada pemerintah untuk digunakan bagi masyarakat sebagai keseluruhan, oleh karena itu pajak tidak dianggap biaya.
b. Subsidi
Subsidi sesungguhnya adalah suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek sehingga dalam analisis ekonomi harga pasar harus disesuaikan untuk menghilangkan efek dari subsidi. Jika subsidi menurunkan harga barang input, maka besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga barang input tersebut sehingga masuk ke dalam biaya.
3.1.6 Analisis Nilai Pengganti (SwitchingValue)
Suatu proyek pada dasarnya menghadapai ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Analisis nilai pengganti digunakan untuk melihat perubahan input maupun output sampai batas dimana proyek tersebut masih layak untuk dilanjutkan. Menurut Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV = 0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu. Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah- ubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986). Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu :
1. Penurunan harga output 2. Kenaikan biaya investasi 3. Kenaikan biaya total 4. Kenaikan biaya operasional
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Masalah sampah telah menjadi masalah yang serius di Kecamatan Citeureup. Sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar dan industri tidak mampu dikelola dengan baik, sehingga menumpuk di beberapa tempat pembuangan sementara. Timbunan sampah yang tidak diiringi dengan jadwal pengambilan yang pasti menimbulkan pemandangan yang kurang sedap bagi penduduk sekitar. Adanya masalah tersebut membuat Kecamatan Citeureup bekerja sama dengan PT Indocement membangun sebuah pengelolaan sampah yang nantinya hasil dari pengelolaan sampah tersebut digunakan untuk bahan bakar dalam produksi PT Indocement.
Pembangunan instalasi pengelolaan sampah tersebut masih kurang mencukupi jika dibandingkan dengan pasokan sampah yang ada. Dibutuhkan setidaknya dua sampai tiga unit instalasi pengelolaan sampah untuk dapat mengelola sampah yang dihasilkan di Kecamatan Citeureup. Pembangunan instalasi pengelolaan sampah membutuhkan evaluasi dari instalasi pengelolaan sampah yang telah ada sebelumnya. Evaluasi dari instalasi pengelolaan sampah tersebut bisa terlihat melalui analisis finansial dan analisis ekonomi.
Analisis finansial dan ekonomi dicari menggunakan analisis NPV, IRR, Nett B/C, dan payback period. Selain itu dibutuhkan juga analisis nilai pengganti untuk melihat kepekaan proyek tersebut terhadap perubahan harga baik input maupun output. Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk melihat pendapatan bersih yang diterima, menguntungkan atau tidak. Analisis IRR digunakan untuk melihat tingkat pengembalian dari investasi yang telah dikeluarkan. Semakin besar nilai IRR, maka proyek tersebut semakin layak untuk
dilanjutkan. Analisis Nett B/C digunakan untuk melihat perbandingan manfaat dan biaya bersih dari proyek. Semakin besar nilai Nett B/C maka proyek tersebut semakin menguntungkan, karena manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Analisis payback period digunakan untuk melihat waktu pengembalian investasi. Semakin kecil pacyback period proyek tersebut makin bagus, karena tingkat pengembalian dari investasi yang telah ditanamkan semakin cepat.
Analisis kelayakan ini dibuat agar nantinya diharapkan ada pihak yang mau bekerja sama dengan Kecamatan Citeureup untuk membangun instalasi pengelolaan sampah lain, sehingga pasokan sampah di Kecamatan Citeureup bisa terus dikendalikan. Selain itu, analisis kelayakan proyek ini juga bisa digunakan sebagai bahan evaluasi apabila ada kekurangan pada instalasi pengelolaan sampah yang telah dibuat.
Sampah Kecamatan Citeureup
Instalasi Pengelolaan Sampah
Analisis Biaya Manfaat
Analisis Finansial dan Ekonomi • NPV
• IRR • Nett B/C
• Payback Period
Analisis Nilai Pengganti • Perubahan harga input • Perubahan harga output
Layak / Tidak Layak
Rekomendasi masukan dalam strategi pengelolaan sampah
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Desa Puspanegara, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa lokasi pengelolaan sampah ini hanya satu-satunya di Kecamatan Citeureup dan penelitian ini akan dijadikan acuan oleh PT Indocement dan Kecamatan Citeureup untuk membangun instalasi pengelolaan sampah lainnya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai Februari 2012
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pimpinan tempat pengelolaan sampah dan pimpinan Safety Security and Community Departement (SSCD) PT. Indocement, selain itu data primer juga didapatkan dari observasi langsung di tempat penelitian, sedangkan data sekunder didapat dari laporan keuangan dari tempat pengelolaan sampah dan PT. Indocement.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan pengolahan sampah menjadi RDF, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pembuatan proyek pengelolaan sampah tersebut. D yang didapat dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam arus biaya dan manfaat, kemudian disusun dengan Microsoft Excel sehingga terbentuk arus dana yang dibutuhkan untuk analisis finansial dan ekonomi.
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam menganalisis data pembuatan
cash flow diantaranya :
1. Analisis finansial yang dilakukan hanya melihat pada criteria kelayakan yang terdiri dari Nett Present Value, Internal Rate of Return, Nett Benefit Cost Ratio
dan Payback Period, tanpa meneliti secara mendalam pada aspek-aspek non- finansial (aspek teknis, aspek sosial, institusi-organisasi-manjerial, aspek komersial).
2. Perhitungan pada analisis ekonomi hanya sebatas pada subsidi dan pajak. Perhitungan ekonomi mengenai harga sampah dan akibat penggunaan RDF tidak dilakukan.
3. Discount factor menggunakan suku bunga kredit, yaitu sebesar 12 persen, walaupun pada proyek ini tidak menggunakan dana pinjaman, tapi penggunaan suku bunga kredit ini akan lebih kompetitif dibandingkan menggunakan suku bunga deposito.
4. UPK memiliki kapasitas produksi 60 ton setiap bulannya. Pada tahun pertama dan kedua produksi hanya 50 dan 75 persen dari kapasitas produksi. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja masih membutuhkan adaptasi dalam mengelola sampah agar mencapai kapasitas produksi maksimal.
5. Cash flow finansial dan ekonomi hanya dibedakan pada aspek subsidi, pajak dan bunga.
6. Umur proyek 10 tahun, karena pinjaman tanah yang diberikan oleh Kecamatan Citeureup hanya memiliki jangka waktu 10 tahun. Tanah dijadikan patokan umur proyek karena tanah merupakan aset yang memiliki umur ekonomis paling panjang dibanding aset yang lain.
4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial
Untuk melihat kelayakan dari proyek pengelolaan sampah tersebut, dibutuhkan kriteria investasi dengan mencari nilai NPV, Nett B/C, IRR dan
payback period. Kriteria tersebut digunakan baik untuk analisis finansial maupun ekonomi. Dibutuhkan juga analisis sensitivitas untuk melihat apakah proyek masih layak ketika terjadi perubahan pada input maupun output.
1. Nett Present Value (NPV)
NPV dalam penilitian ini dirumuskan sebagai berikut :
NPV =
∑
+ − 10 0 (1 0.12) t Bt Mt dengan :NPV : nilai bersih sekarang
i : tingkat suku bunga, yaitu 12 persen t : umur proyek, yaitu 10 tahun
Mt : Manfaat pada tahun t Bt : Biaya pada tahun t
2. Internal Rate of Return (IRR)
Rumus IRR yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
IRR = − − + (iN iP) NPVN NPVP NPVP iP dengan :
iP : tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif iN : tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif NPVP : nilai bersih sekarang dari iP
NPVN : nilai bersih sekarang dari iN 3. Nett Benefit-Cost Ratio (Nett B/C)
Rumus yang digunakan penelitian ini untuk menghitung Nett B/C adalah sebagai berikut : N B/C =
∑
∑
+ − + − 10 0 10 0 ) 12 . 0 1 ( ) 12 . 0 1 ( t t Ct Bt Ct Bt ; dimana 0 0 > − > − Ct Bt Ct Bt dengan :Bt : manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct : biaya yang dikeluarkan pada tahun t t : umur proyek, yaitu10 tahun
I : tingkat suku bunga, yaitu 12 persen
Proyek yang akan dijalankan adalah proyek yang memiliki nilai Nett B/C lebih dari satu, sedangkan yang memiliki nilai kurang dari satu tidak akan dijalankan.
4. Payback Period
Payback period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar manfaat yang diterima sama besarnya dengan investasi yang dikeluarkan. Dalam penelitian ini, proyek akan layak dijalankan ketika kurang dari 10 tahun atau lebih cepat.
5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Analisis nilai pengganti merupakan metode yang menganalisis perubahan nilai input maupun output sampai batas proyek tersebut masih layak. Skenario yang dilakukan dalam analisis nilai pengganti pada penelitian ini dengan melihat kondisi UPK ketika terjadi penurunan harga RDF atau peningkatan harga solar.
4.3.2 Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisis kelayakan ekonomi yang dilakukan dalam penelitian ini terkait atas pajak dan subsidi.
a. Pajak
Pajak dalam penelitian ini hanya sebatas Pajak Bumi dan Bangunan. Pada analisis finansial, Pajak Bumi dan Bangunan diperhitungkan ke dalam biaya, sedangkan pada analisis ekonomi Pajak Bumi dan Bangunan tidak diperhitungkan dalam biaya dan bernilai 0 (nol).
b. Subsidi
Subsidi sesungguhnya adalah suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek sehingga dalam analisis ekonomi harga pasar harus disesuaikan untuk menghilangkan efek dari subsidi. Subsidi yang didapatkan UPK dianggap sebagai pendapatan pada analisis finansial, sedangkan pada analisis ekonomi subsidi dibebankan sebagai biaya.
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan
PT Indocement Tunggal Prakarsa telah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia. Indocement merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen. Perseroan didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Perseroan ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan. Sejak itu, Perseroan bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di Indonesia tahun 1998. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan dukungan HeidelbergCement Group, Indocement kembali memfokuskan kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen dan beton siap pakai. Pada tahun 2007, Indocement menyelesaikan proyek modifikasi salah satu pabrik di Citeureup, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat.
Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, PT Indocement berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak
(Jatropha curcas) pada lahan bekas penambangan batu kapur. PT Indocement juga berhasil memprakarsai proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan kompos.